persiapan pembangunan bait Allah

Devotion from 2 Samuel 24:1-25
Ini adalah bagian terakhir dari 2 Samuel. Bagian yang berbicara tentang penunjukkan tempat Bait Allah yang akan dibangun oleh anak Daud. Ayat 1 memulai dengan kalimat yang sangat mengganggu iman kita. Tuhan menghasut Daud untuk berdosa? Bukankah Tuhan membenci dosa? Mengapa sekarang Dia menyuruh Daud berdosa? Lalu mengapa di dalam Kitab 2 Tawarikh 21:1 mengatakan bahwa Iblislah yang menghasut Daud? Kita akan bahas satu per satu. Siapakah yang menghasut Daud? Iblis atau Allah? Untuk menjawab hal ini kita harus menerima satu hal, yaitu bahwa Allah adalah yang berdaulat atas segala sesuatu. Ini adalah jawaban yang harus diterima terlebih dahulu. Allah berdaulat untuk memakai Iblis dalam menggenapkan kehendak-Nya. Ini yang Allah lakukan sewaktu membiarkan Iblis menghantam Ayub (Ayb. 2:4-7). Allah juga memakai Iblis untuk membujuk Daud menghitung jumlah orang Israel. Sebenarnya tidak ada yang bertentangan di sini. Jikalau Allah menguasai segala sesuatu dan berdaulat akan segala sesuatu, maka adalah hal yang wajar jika kita mengatakan bahwa Allah membujuk Daud dengan memakai Iblis untuk melanjutkan rencana membujuk Daud itu. Jadi siapakah yang membujuk Daud untuk menghitung laskar Israel? Allah, melalui Iblis. Iblis hanyalah alat di tangan Tuhan. Jadi baik 2 Tawarikh maupun 2 Samuel tidak bertentangan. Tetapi bukankah tidak adil kalau Allah membujuk Daud kemudian menghukum Daud karena mengikuti bujukan Allah sendiri? Jawabannya adalah Allah tidak pernah memerintahkan Daud menghitung orang Israel, tetapi Allah menguji dengan memberikan suatu dorongan (melalui bisikan Iblis) untuk Daud menghitung orang Israel. Daud ingin tahu sekuat apakah dia. Daud ingin tahu apakah pasukannya termasuk salah satu pasukan terbesar di dunia? Daud ingin tahu kebesarannya sampai di mana. Ini semua adalah cara Tuhan menguji Daud. Sama dengan ketika Tuhan menguji Adam dan Hawa melalui ular yang menawarkan buah, atau ketika Tuhan menguji Ayub dengan memanfaatkan Iblis untuk menghancurkan Ayub. Semua orang-orang ini diuji oleh Tuhan dengan motivasi yang baik, yaitu berkat kalau mereka melewati ujian dengan ketaatan, atau juga kutuk, yaitu jika mereka gagal di dalam ujian (Ul. 13:1-3). Tuhan menguji Daud dengan memberikan bujukan (dengan memanfaatkan Iblis, si penggoda) untuk Daud membanggakan jumlah angkatan perangnya sehingga dia membanggakan diri, bukan Tuhan. Bujukan ini seharusnya dilawan oleh Daud dengan mengatakan, “Tidak! Saya tidak mau berbangga dengan jumlah tentara! Tuhan dapat memberikan kemenangan dengan jumlah kecil sekalipun!” Inilah seharusnya respons Daud. Tuhan tidak memerintahkan Daud! Tuhan menguji Daud dengan memberikan sedikit ujian, menafaskan suara dalam hati Daud untuk adanya pilihan mengetahui kehebatan tentaranya.
Ayat 1 juga menyatakan bahwa Tuhan melakukan ini karena Israel pun sedang jatuh dalam dosa. Kesombongan Daud dan keberdosaan Israel semuanya akan dihajar oleh Tuhan. Kesombongan Daud akan jumlah yang besar hilang karena Tuhan memberikan penyakit sampar yang besar kepada Israel, sehingga jumlah mereka turun karena kematian akibat wabah. Israel pun dihukum karena keberdosaan mereka melalui wabah sampar ini. Daud begitu hancur hatinya karena hal ini, maka dia menyerukan doa yang sangat mengharukan pada ayat 17. Daud memohon supaya Israel tidak lagi dihukum. Dalam ayat 16 dikatakan Allah melihat bukit tempat malaikat mengacungkan tangannya menghancurkan Israel dan merasa kasihan kepada Israel. Mengapa Allah merasa kasihan kepada Israel dan Yerusalem ketika malaikat berdiri di bukit tempat pengirikan Arauna? Karena di bukit itulah Yesus Kristus nanti akan dipaku di kayu salib mendamaikan manusia berdosa dengan Allah, Bapa-Nya. Itulah sebabnya Daud membeli tempat itu dari Arauna untuk tempat membangun Bait Suci. Dia tahu bahwa inilah cara Tuhan menunjukkan di manakah Bait Suci Tuhan harus didirikan.
Inilah bagian terakhir kitab ini. Bagian yang memasukkan peristiwa yang lebih lama, tetapi diletakkan paling belakang. Peristiwa gagalnya Daud menghadapi ujian kesombongan dan hancurnya Israel karena dosa mereka. Walaupun tidak dicatat apa dosa mereka secara spesifik, tetapi pasti dosa itu berat karena hingga 70 ribu orang mati. Tetapi Tuhan menyatakan belas kasihan-Nya karena ada lokasi yang akan menjadi tempat didirikan Bait Suci. Inilah keseluruhan catatan mengenai Daud sebagai raja hingga pada saat tempat mendirikan Bait Suci dibeli. Kita bisa merangkum dua hal mengenai kehidupan Daud dalam seluruh Kitab 2 Samuel.
  1. Daud adalah manusia yang lemah dan penuh dengan dosa.
    Kitab Suci dengan unik membahas kelemahan dan dosa Daud setelah dia menjadi raja, bukan sebelum. Daud tidak digambarkan sebagai manusia suci yang tanpa cacat, tetapi Daud digambarkan sebagai manusia berdosa yang terus menerus mendapatkan kasih setia dan belas kasihan Tuhan. Bagaimana dengan kita? Jika kita bandingkan, catatan mengenai Daud yang heroik dalam 1 Samuel dengan Daud yang berdosa dalam 2 Samuel, yang manakah yang menjadi patron kita? Daud dalam Kitab 2 Samuel telah lebih matang daripada Daud dalam Kitab 1 Samuel. Yang membuat matang bukan usia, tetapi kehidupan yang pernah bertemu dengan kegagalan dan kejatuhan dalam dosa, tetapi bangkit kembali karena diangkat oleh tangan kasih Tuhan yang tetap menopang dia walaupun dia sudah jatuh. Yang membuat Saudara dan saya dewasa secara iman bukanlah prestasi rohani Saudara dan saya. Bukan karena kemampuan berdoa berjam-jam. Bukan karena menginjili satu juta orang. Bukan karena khotbahnya disukai orang dan jemaat terus bertambah. Yang membuat Saudara dan saya dewasa adalah ketika Saudara dan saya sadar bahwa Saudara dan saya hanyalah manusia cemar yang hina, tetapi diangkat oleh Tuhan untuk kembali berdiri tegak setelah sebelumnya terkapar karena dosa. Daud menjadi dewasa bukan ketika dia membuktikan kepahlawanannya dengan mengambil umban dan membunuh Goliat dengan sebuah batu. Daud menjadi dewasa ketika situasi membuktikan kepada Daud bahwa dia hanyalah seorang berpikiran cabul dan pezinah, dan seorang yang mampu membunuh orang benar hanya demi mempertahankan nama baiknya sendiri yang sebenarnya tidak ada, tetapi Tuhan tetap memanggil dia untuk bertobat. Jika kita menyadari bahwa kasih karunia Tuhanlah yang menopang kita secara kokoh, dan jika kita menyadari bahwa tanpa kasih karunia Tuhan kita telah lama terkapar dalam dosa yang menjijikkan, barulah kita mengalami kedewasaan rohani. Dewasa karena mengetahui betapa rusak dan berdosanya diri kita, tetapi Tuhan tetap mau menopang kita. Inilah yang Daud alami dalam Kitab 2 Samuel ini.
  2. Bait Suci sebagai tanda belas kasihan Tuhan.
    Tuhan berkali-kali menunjukkan kesetiaan-Nya kepada Daud. Kesetiaan itu dibuktikan ketika Daud jatuh ke dalam dosa, walaupun Tuhan menghukum dengan keras, tetapi Tuhan tidak meninggalkan Daud. Tuhan tetap memberikan kasih setia-Nya kepada Daud. Kitab 2 Samuel makin menggambarkan kasih setia itu dengan catatan terakhir ini, yaitu ketika Tuhan menjangkau seluruh Israel dengan kasih setia-Nya. Bukan hanya Daud yang merasakan kasih dan pengampunan Tuhan, tetapi Israel juga merasakannya. Bukan hanya Daud yang akan mendapatkan belas kasihan dan kesetiaan Tuhan, tetapi Israel juga merasakannya. Itulah sebabnya belas kasihan Tuhan dan tanda kesetiaan-Nya akan dinyatakan di gunung dekat Yerusalem, yaitu di tempat pengirikan Arauna. Tempat yang akan didirikan Bait Allah. Tempat yang sama, sedikit di luar tembok dari Bait Allah tersebut, juga akan didirikan lambang kasih kekal Allah bagi kita semua. Lambang berupa kayu berpalang akan didirikan, bersama dengan Sang Anak Domba yang terpaku di atasnya. Tuhan mengasihi umat-Nya sehingga Dia berhenti memberikan tulah dan memberikan Sang Penebus untuk menanggung tulah itu.