Devotion from 2 Samuel 18:1-33
Seluruh pasal 18 mengisahkan tentang satu-satunya perang saudara yang pernah terjadi dalam sejarah kerajaan Israel bersatu. Perang antara ayah dengan anak. Perang antara keluarga Daud sendiri. Sepanjang sejarah Israel, belum pernah ada keluarga raja yang saling berperang. Raja yang diserang atau digulingkan oleh orang lain memang ada, tetapi raja yang diserang dan digulingkan oleh anak sendiri hanya dialami oleh Daud. Ayat 1 dan 2 menuliskan persiapan Daud untuk memilih tiga pemimpin utama dari seluruh tentaranya. Tidak jelas berapa banyak jumlah mereka. Tetapi mengingat mereka sanggup membunuh 20 ribu tentara Israel (ay. 7), tentu jumlah mereka tidak jauh dari 20 ribu. Atau, kemungkinan lain, walaupun dengan jumlah sedikit mereka tetap sanggup mengalahkan pasukan besar dari Israel. tetapi, jika ada tiga pemimpin utama dan juga beberapa pemimpin pasukan seribu, maka tentulah pasukan Daud berjumlah lebih dari tiga ribu orang. Pertempuran ini menjadi besar sehingga banyak orang Israel melarikan diri ke dalam hutan. Di dalam hutan inilah lebih banyak lagi tentara yang tewas. Absalom dikisahkan menunggangi bagal masuk ke dalam hutan kemudian dia tersangkut di sebuah pohon. Yoab dan sepuluh anak buahnya menikam dan memukul Absalom hingga dia tewas. Bahkan dikatakan dalam ayat 14 bahwa Yoab menusukkan tiga buah lembing ke dalam dada Absalom.
Tetapi cinta kasih Daud yang tidak seimbang kembali menjadi pengganggu. Sebelum pertempuran Daud berpesan kepada para pemimpin pasukan agar mereka berlaku lunak kepada Absalom. Daud ingin menyelamatkan nyawa Absalom. Dia begitu mengasihi Absalom sehingga dia tidak peduli pasukannya sendiri dan lebih peduli terhadap keselamatan anaknya sendiri. Bahkan seluruh pasukan tidak menginginkan Daud ikut berperang bersama mereka (ay. 3) karena takut perasaan Daud terhadap Absalom akan mengganggu dia dan seluruh pasukannya dalam berperang.
Kematian Absalom ini membuat seluruh tentara Daud berhenti mengejar tentara Israel. Mereka kembali ke tempat di mana Daud berada. Tetapi sebelum para tentara pulang, seorang Etiopia dan juga Ahimaas, anak Zadok, berlari mendahului para tentara untuk memberikan kabar kemenangan kepada Daud. Dan setelah mendapatkan kabar tentang kemenangan pasukannya dan juga kematian Absalom, raja Daud menangis dengan sangat sedih. Dia berseru dengan keras untuk meratapi Absalom, anaknya. Sikap yang membuat Yoab marah dan menegur Daud (2Sam. 19:5-6).
Kematian Absalom membuat seluruh Israel kehilangan figur yang memimpin mereka. Mereka kembali berpaling kepada Daud. Absalom hanya tinggal dikenang melalui patung yang didirikannya sendiri karena dia tidak mempunyai anak laki-laki untuk melanjutkan ingatan kepada namanya (ay. 18). Di dalam 2 Samuel 14:27 dicatat bahwa dia mempunyai tiga orang anak laki-laki. Apa yang terjadi kepada mereka? Mungkin mereka meninggal sehingga Absalom tidak lagi mempunyai anak laki-laki. Maka inilah akhir dari pemberontakan terbesar di dalam sejarah Israel. Pemberontakan yang menyeret seluruh Israel untuk menolak raja mereka yang lama. Kekuatan yang besar dari pesona Absalom mampu melakukan itu. Tetapi sebesar apa pun pesona Absalom, Tuhan tidak berkenan kepada dia. Dia tetap bukanlah raja yang Tuhan akan bangkitkan untuk menggantikan Daud.
Seluruh pasal 18 mengisahkan tentang satu-satunya perang saudara yang pernah terjadi dalam sejarah kerajaan Israel bersatu. Perang antara ayah dengan anak. Perang antara keluarga Daud sendiri. Sepanjang sejarah Israel, belum pernah ada keluarga raja yang saling berperang. Raja yang diserang atau digulingkan oleh orang lain memang ada, tetapi raja yang diserang dan digulingkan oleh anak sendiri hanya dialami oleh Daud. Ayat 1 dan 2 menuliskan persiapan Daud untuk memilih tiga pemimpin utama dari seluruh tentaranya. Tidak jelas berapa banyak jumlah mereka. Tetapi mengingat mereka sanggup membunuh 20 ribu tentara Israel (ay. 7), tentu jumlah mereka tidak jauh dari 20 ribu. Atau, kemungkinan lain, walaupun dengan jumlah sedikit mereka tetap sanggup mengalahkan pasukan besar dari Israel. tetapi, jika ada tiga pemimpin utama dan juga beberapa pemimpin pasukan seribu, maka tentulah pasukan Daud berjumlah lebih dari tiga ribu orang. Pertempuran ini menjadi besar sehingga banyak orang Israel melarikan diri ke dalam hutan. Di dalam hutan inilah lebih banyak lagi tentara yang tewas. Absalom dikisahkan menunggangi bagal masuk ke dalam hutan kemudian dia tersangkut di sebuah pohon. Yoab dan sepuluh anak buahnya menikam dan memukul Absalom hingga dia tewas. Bahkan dikatakan dalam ayat 14 bahwa Yoab menusukkan tiga buah lembing ke dalam dada Absalom.
Tetapi cinta kasih Daud yang tidak seimbang kembali menjadi pengganggu. Sebelum pertempuran Daud berpesan kepada para pemimpin pasukan agar mereka berlaku lunak kepada Absalom. Daud ingin menyelamatkan nyawa Absalom. Dia begitu mengasihi Absalom sehingga dia tidak peduli pasukannya sendiri dan lebih peduli terhadap keselamatan anaknya sendiri. Bahkan seluruh pasukan tidak menginginkan Daud ikut berperang bersama mereka (ay. 3) karena takut perasaan Daud terhadap Absalom akan mengganggu dia dan seluruh pasukannya dalam berperang.
Kematian Absalom ini membuat seluruh tentara Daud berhenti mengejar tentara Israel. Mereka kembali ke tempat di mana Daud berada. Tetapi sebelum para tentara pulang, seorang Etiopia dan juga Ahimaas, anak Zadok, berlari mendahului para tentara untuk memberikan kabar kemenangan kepada Daud. Dan setelah mendapatkan kabar tentang kemenangan pasukannya dan juga kematian Absalom, raja Daud menangis dengan sangat sedih. Dia berseru dengan keras untuk meratapi Absalom, anaknya. Sikap yang membuat Yoab marah dan menegur Daud (2Sam. 19:5-6).
Kematian Absalom membuat seluruh Israel kehilangan figur yang memimpin mereka. Mereka kembali berpaling kepada Daud. Absalom hanya tinggal dikenang melalui patung yang didirikannya sendiri karena dia tidak mempunyai anak laki-laki untuk melanjutkan ingatan kepada namanya (ay. 18). Di dalam 2 Samuel 14:27 dicatat bahwa dia mempunyai tiga orang anak laki-laki. Apa yang terjadi kepada mereka? Mungkin mereka meninggal sehingga Absalom tidak lagi mempunyai anak laki-laki. Maka inilah akhir dari pemberontakan terbesar di dalam sejarah Israel. Pemberontakan yang menyeret seluruh Israel untuk menolak raja mereka yang lama. Kekuatan yang besar dari pesona Absalom mampu melakukan itu. Tetapi sebesar apa pun pesona Absalom, Tuhan tidak berkenan kepada dia. Dia tetap bukanlah raja yang Tuhan akan bangkitkan untuk menggantikan Daud.
-
Kaitan bagian ini dengan seluruh Kitab 2 Samuel.
Kaitan yang utama tentulah kematian Absalom pada bagian ini. Kematian Absalom adalah kematian ketiga yang dialami oleh Daud. Anak Daud yang pertama, hasil dari hubungan berdosanya dengan Batsyeba mati karena ditulahi Tuhan. Lalu Amnon mati di tangan Absalom. Kemudian Tuhan mengizinkan pergolakan yang sangat hebat di tengah-tengah keluarga Daud, yaitu bangkitnya Absalom untuk memberontak terhadap ayahnya sendiri. Empat tahun saja waktu yang diperlukan oleh Absalom untuk membawa seluruh Israel tunduk kepada dia. Seluruh kisah Daud di dalam pelarian yang tercatat dalam kitab ini memuncak pada bagian ini. Bagian yang menunjukkan bahwa tangan Tuhan tetap tidak meninggalkan Daud. Dia tetap mengalami kemenangan walaupun di tengah-tengah hukuman dari Tuhan. Maka perang besar ini berakhir dengan kematian Absalom. Kematian yang ternyata malah membuat Daud berduka ketimbang bersuka. Kematian Absalom inilah yang juga Tuhan pakai untuk menghukum Daud. Lewat mulutnya sendiri Daud mengatakan bahwa orang kaya yang mencuri domba si miskin harus bayar 4 kali lipat kerugiannya. Demikian juga Daud mencuri nyawa satu orang, dia sekarang harus membayar dengan empat nyawa anaknya sendiri. Bayi Batsyeba, Amnon, Absalom, dan di dalam zaman Salomo, Adonia. Empat anak Daud akhirnya harus mati. -
Apakah yang dapat kita pelajari?
Hal utama yang harus kita pelajari dalam bagian ini adalah membedakan hukuman Tuhan dengan status kita sebagai anak Tuhan. Daud adalah raja pilihan Tuhan dan dia sedang diberikan hukuman oleh Tuhan. Hukuman Tuhan tidak membatalkan status kita sebagai anak-anak Allah. Justru penghukuman Tuhan diberikan dengan cara yang (seharusnya) menggerakkan kita untuk bertobat, mencari penghiburan dari Tuhan dan memohon kekuatan kepada Roh Tuhan. Daud tetap mengatakan bahwa Tuhan adalah yang paling berbelaskasihan kepada dia (2Sam. 24:14). Di tengah-tengah hantaman hukuman Tuhan, hal ini tetap tidak berubah. Tuhan tetap memberikan belas kasihan kepada kita di tengah-tengah ketidakmengertian kita untuk melakukan sesuatu. Tuhan pasti akan memberikan konsekuensi dari setiap dosa-dosa kita. Dia ingin agar anak-anak-Nya hidup suci. Jika kita gagal memelihara kesucian hidup, maka Tuhan pasti akan menghukum. Tetapi biarlah kita belajar dari Daud. Daud menerima hukuman yang diberikan kepada dia di dalam pelanggaran yang sangat besar. Hukuman yang diberikan juga sangat berat. Tetapi perhatikan bahwa kebergantungan Daud kepada Tuhan kembali muncul. Keberserahan kepada Tuhan kembali terlihat. Daud di dalam penghukuman mendapatkan anugerah yang sangat besar, yaitu Tuhan tidak pernah berhenti menyertai dia dan memelihara iman di dalam hati Daud. Jika kita dihukum karena dosa-dosa kita, apakah masa ketika kita sedang menanggung akibat dari kesalahan kita sendiri itu adalah masa yang kering? Ataukah menjadi masa yang penuh dengan refleksi diri, merenung, dan terutama kerinduan untuk memperbaiki relasi dengan Tuhan? Ketika kita harus menanggung konsekuensi dosa kita, ingatlah tiga hal ini. Yang pertama: ingatlah bahwa kita dihukum sebagai akibat dari dosa kita. Kita tidak sedang mengalami perlakuan tidak adil. Seorang tahanan tidak bisa mengeluh di dalam tahanan lalu memutuskan untuk keluar sesukanya. Demikian juga orang-orang Kristen tidak bisa mengeluh karena hukuman atas dosa-dosa mereka. Biarlah masa-masa kita menerima hajaran dari Tuhan adalah masa-masa di mana kita merasakan kelimpahan berjalan bersama dengan Tuhan yang penuh dengan anugerah. -
Bayang-bayang Kristus.
Bagian ini menunjukkan bahwa tidak ada anak Daud yang lain yang bisa naik takhta kecuali dipilih oleh Tuhan. Salomolah yang akan menjadi pengganti Daud. Tetapi, setelah itu tidak ada lagi penekanan atas kehendak Tuhan untuk memilih pengganti. Mengapa hanya Salomo? Karena Salomo adalah seorang yang telah Tuhan pilih sendiri untuk menjadi gambaran tentang Sang Anak Daud sejati, yaitu Kristus. Maka setiap anak Daud yang telah lahir sebelum dia dan juga yang lahir sesudahnya bukanlah penerus takhta sekaligus gambaran dari Sang Anak Daud itu. Demikianlah Kristus akan bertakhta sebagai Anak Daud, sebuah takhta yang tidak mungkin diperebutkan dan tidak mungkin diminta oleh siapa pun. Tuhanlah yang memberikan kepada siapa yang Dia pilih dan Dia telah melantik Kristus sebagai Raja atas takhta Daud.