Pernahkah pertanyaan berikut ini muncul dalam benak kita: “Kenapa
perpolitikan negara kita kok begini banget sih? Harusnya dia sebagai
pemimpin atau wakil rakyat itu tugasnya adalah menyejahterakan rakyat,
bukannya malah asyik bersilat lidah tanpa ada hasil kerja”, “Wah ini sih
pemimpinnya yang dungu. Sepertinya sudah waktunya aku hengkang dari
negeri ini.”
Lelah? Atau bukan hanya lelah, tapi juga takut? Ya, takut. Takut jadi korban! Korban diskriminasi, korban minoritas, korban ketidakadilan, ataupun korban pengucilan. Ini belum seberapa, karena masih banyak jenis “korban-korban” lainnya yang mungkin terjadi di masa depan, yang bahkan belum dapat kita bayangkan sekarang.
Ratusan ribu penduduk kota Hiroshima dan Nagasaki tidak tahu bahwa mereka akan menjadi korban peledakan bom atom. Jutaan orang Yahudi Jerman tidak mengetahui bahwa mereka akan menjadi korban Holocaust. Tak terhitung banyaknya jumlah orang tak bersalah yang tidak menyadari, kalau suatu saat mereka harus mati di tangan para pemimpinnya sendiri.
Sejarah berlalu, berganti dengan cepat, dan tidak bisa diprediksi dengan akurat. Semua kekejian ini bisa dikatakan: diakibatkan oleh manusia berdarah dingin yang tidak bertanggung jawab. Ditambah dengan kuasa dan posisi yang mereka miliki, maka terciptalah para pemimpin “besar” yang tidak ragu untuk mengakhiri hidup manusia lain yang tidak bernilai baginya.
“Tidak adil” katamu? “Rusaknya negeri ini” katamu? Sadarkah kita bahwa mengerjakan sesuatu lebih baik daripada berkeluh kesah. Sebagai orang Kristen, seharusnya kita bekerja untuk menjadi berkat bagi sesama, lingkungan, negara, dan dunia. Manusia memang tidak sempurna, dan ia tidak mampu membuat dunia ini sempurna. Itu hal yang mustahil! Yang mungkin bisa dilakukan hanyalah berusaha untuk menunda kehancurannya sendiri.
Mari kita kembali mengingat bahwa satu-satunya pengharapan kita hanya pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat dunia. Sebagai orang percaya, kita seharusnya sangat bersyukur dan bersukacita menanti-nantikan kedatangan-Nya, karena kedatangan-Nya sajalah yang dapat memutarbalikkan kerusakan dunia. Tidak ada jalan lain. Sebab Ia akan datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran. Setelah itu, Ia akan memulihkan seluruh ciptaan dengan sempurna. Bukankah itu yang kita rindukan? Marilah kita bekerja menyatakan pengharapan ini dengan menghadirkannya sekarang, menjadi berkat bagi sesama kita. (ET)
Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah! Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring, dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN! Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya! Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran. (Mzm. 98: 4-9)
Lelah? Atau bukan hanya lelah, tapi juga takut? Ya, takut. Takut jadi korban! Korban diskriminasi, korban minoritas, korban ketidakadilan, ataupun korban pengucilan. Ini belum seberapa, karena masih banyak jenis “korban-korban” lainnya yang mungkin terjadi di masa depan, yang bahkan belum dapat kita bayangkan sekarang.
Ratusan ribu penduduk kota Hiroshima dan Nagasaki tidak tahu bahwa mereka akan menjadi korban peledakan bom atom. Jutaan orang Yahudi Jerman tidak mengetahui bahwa mereka akan menjadi korban Holocaust. Tak terhitung banyaknya jumlah orang tak bersalah yang tidak menyadari, kalau suatu saat mereka harus mati di tangan para pemimpinnya sendiri.
Sejarah berlalu, berganti dengan cepat, dan tidak bisa diprediksi dengan akurat. Semua kekejian ini bisa dikatakan: diakibatkan oleh manusia berdarah dingin yang tidak bertanggung jawab. Ditambah dengan kuasa dan posisi yang mereka miliki, maka terciptalah para pemimpin “besar” yang tidak ragu untuk mengakhiri hidup manusia lain yang tidak bernilai baginya.
“Tidak adil” katamu? “Rusaknya negeri ini” katamu? Sadarkah kita bahwa mengerjakan sesuatu lebih baik daripada berkeluh kesah. Sebagai orang Kristen, seharusnya kita bekerja untuk menjadi berkat bagi sesama, lingkungan, negara, dan dunia. Manusia memang tidak sempurna, dan ia tidak mampu membuat dunia ini sempurna. Itu hal yang mustahil! Yang mungkin bisa dilakukan hanyalah berusaha untuk menunda kehancurannya sendiri.
Mari kita kembali mengingat bahwa satu-satunya pengharapan kita hanya pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat dunia. Sebagai orang percaya, kita seharusnya sangat bersyukur dan bersukacita menanti-nantikan kedatangan-Nya, karena kedatangan-Nya sajalah yang dapat memutarbalikkan kerusakan dunia. Tidak ada jalan lain. Sebab Ia akan datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran. Setelah itu, Ia akan memulihkan seluruh ciptaan dengan sempurna. Bukankah itu yang kita rindukan? Marilah kita bekerja menyatakan pengharapan ini dengan menghadirkannya sekarang, menjadi berkat bagi sesama kita. (ET)
Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah! Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring, dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN! Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya! Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran. (Mzm. 98: 4-9)