Devotion from 2 Samuel 19:15-39
Dalam bagian ini kita melihat ada beberapa orang yang dicatat di sini sebagai orang-orang pertama yang menyambut Daud. Mereka semua, kecuali Mefiboset, adalah orang-orang yang bertemu Daud ketika Daud melarikan diri dari Absalom.
Daud dan Simei
Ayat 18 mencatat bahwa orang pertama yang menyambut kepulangan Daud adalah Simei. Di dalam 2 Samuel 16:5-8 Simei mengutuki Daud dengan kutukan yang kejam. Dia berpikir bahwa Tuhan sedang membuang Daud. Setelah mendengar bahwa Daud telah mengalahkan Absalom, dapat kita bayangkan betapa ketakutannya Simei. Dia tentu berpikir kalau Daud akan mencari dia dan membunuh dia. Ayat 21 mencatat bahwa Abisai, anak Zeruya, salah satu panglima Daud, ingin menghukum mati Simei karena Simei telah mengutuk orang yang diurapi Tuhan. Perkataan Abisai benar, tetapi Daud tidak menuruti keinginan Abisai. Simei memang layak dihukum mati, karena mengutuk orang yang diurapi Tuhan sama dengan memberikan kata-kata kutuk itu kepada Tuhan sendiri. Itu sebabnya perkataan Abisai adalah benar. Simei layak mati. Tetapi Daud bertindak sebagai raja yang penuh pengampunan. Dia mengampuni Simei karena sadar bahwa dirinya juga adalah pendosa yang telah diampuni oleh Allah. Kekuatan Daud untuk mengampuni datang dari pengalaman dia menerima pengampunan Allah. Pengampunan dari Allah bagi kita membuat kita sanggup menerima orang lain, mengampuni kesalahan mereka, dan tidak menyimpan dendam kepada siapa pun. Sudahkah kita diampuni oleh Allah di dalam pengorbanan Kristus Yesus? Jika sudah, mengapa masih sulit menerima orang lain? Mengapa masih sulit mengampuni kesalahan mereka? Mengapa masih sulit untuk tidak menyimpan dendam?Mefiboset
Ayat ke 24-30 mengisahkan tentang penyambut kedua, yaitu Mefiboset. 2 Samuel 16:1-4 menyatakan bahwa hamba Mefiboset, yaitu Ziba, menyambut Daud dan mengatakan bahwa Mefiboset sedang menanti kerajaan Israel kembali kepada keturunan Saul, yaitu Mefiboset sendiri. Tuduhan Ziba ini palsu. Mengapa? Yang pertama karena Mefiboset tidak merawat dirinya, bahkan tidak pernah mengganti pakaiannya sejak raja pergi hingga saat dia kembali (2Sam. 19:24). Tidak mungkin seorang yang bersukacita menyatakan sukacitanya dengan tidak mengurus dirinya seperti ini. Tidak mungkin Mefiboset, yang berharap akan dijadikan raja, melakukan tindakan tanda dukacita seperti ini sejak Daud, raja saingannya, diusir dari istananya. Apalagi Mefiboset sebenarnya tidak ada peluang menjadi raja. Daud disingkirkan oleh Absalom, yang adalah anaknya sendiri, dan sangat mungkin kalau suku Yehuda juga sangat mendukung Absalom. Jika segenap Israel mendukung Absalom (2Sam. 15:6), berapa besarkah kemungkinan Mefiboset merebut takhta? Ziba sangat licik! Demi kepentingan dirinya sendiri, dia mengadu domba Daud dan Mefiboset. Orang-orang seperti Ziba sangat banyak beredar. Mereka tidak takut untuk menyebarkan berita negatif yang palsu atau yang dibesar-besarkan mengenai seseorang demi keuntungan pribadinya. Tetapi pada bagian ini Mefiboset, yang sungguh-sungguh mengerti bahwa dia mendapatkan anugerah besar dari Daud dengan dijadikan seperti anaknya sendiri, membuktikan kepada Daud bahwa dia tetap setia kepada Daud. Ujian bagi kesetiaannya makin bertambah karena Daud berkata bahwa separuh dari hartanya tetap menjadi milik Ziba. Ziba, yang memberitakan fitnah, tetap mendapat separuh ladang Mefiboset, sedangkan Mefiboset, yang adalah korban berita fitnah Ziba, kehilangan separuh ladangnya. Apakah ini adil? Tidak. Tetapi memberikan posisi anak raja kepada Mefiboset juga tidak layak diterima Mefiboset. Itu sebabnya di dalam ayat 30 Mefiboset mengatakan bahwa dia tidak peduli kalau seluruh ladangnya diambil Ziba sekalipun. Mefiboset lebih menginginkan Daud kembali menjadi raja dan dia sendiri kembali mendapatkan belas kasihan Daud. Dia tidak mau harta. Dia hanya menginginkan sang raja kembali. Alangkah indahnya pelajaran dari Mefiboset bagi kita. Adakah kerinduan kita berada pada kedatangan kembali Sang Raja? Akankah kita mengharapkan dia lebih besar daripada mengharapkan harta duniawi? Jika harta kita, yaitu “ladang” kita, diambil separuh secara tidak adil, masih bisakah kita menerimanya dengan rela, bahkan dengan berkata, “Biarlah dunia mengambil semuanya, sebab Tuhanku Kristus akan kembali”?Barzilai
Tokoh ketiga dalam bacaan kita adalah Barzilai. Dia adalah orang yang sudah sangat tua, tetapi dengan tekun melayani raja Daud. Dia terus menyediakan makanan bagi Daud dan seluruh orang yang menyertainya. Bahkan dia juga mengumpulkan segenap tenaganya yang masih ada untuk menyambut Daud yang akan kembali ke Yerusalem. Daud sangat menghargai segala bantuan Barzilai. Itu sebabnya ketika Daud kembali ke Yerusalem, dia menawarkan Barzilai untuk tinggal bersama-sama dengan dia di istana raja. Daud tidak pernah melupakan anugerah yang dia terima dari Tuhan dan dia juga tidak pernah melupakan saluran anugerah tersebut. Tuhanlah yang memelihara Daud beserta keluarga dan pasukan besar tentaranya, tetapi Tuhan memakai Barzilai untuk mencukupkan kebutuhan Daud dan orang-orang yang bersama dengan dia. Oleh sebab itu Daud menawarkan Barzilai tempat bersama-sama dengan dia di istana raja. Tetapi Barzilai menolak dengan halus tawaran Daud. Dia merasa tidak layak menerima apa-apa karena dia merasa belum mengerjakan apa-apa untuk boleh diberi hadiah terhormat seperti itu. Benarkah Barzilai tidak melakukan apa-apa? Ayat 32 mengatakan bahwa dia menyediakan makanan untuk ribuan (mungkin bahkan puluhan ribu) orang yang bersama-sama dengan Daud selama Daud berada dalam pelarian! Ini adalah sesuatu yang sangat besar! Barzilai sudah kerjakan hal yang memerlukan pengorbanan yang sangat besar, tetapi dia merasa belum melakukan apa-apa. Banyak orang yang baru berkorban sedikit tetapi menuntut tanda jasa. Barzilai sudah kerja sedemikian besar tetapi merasa belum melakukan apa-apa (ayat 36 bisa juga diterjemahkan secara bebas: aku hanya menemani raja berjalan beberapa langkah, mengapa diberikan upah – yaitu tinggal di istana raja – sedemikian besar?). Barzilai tidak merasa sudah berbuat apa-apa padahal dia memelihara raja dan seluruh pasukan yang menyertainya dengan makanan! Karena Daud sangat ingin membalas perbuatan baik Barzilai, maka Barzilai menawarkan hambanya yang bernama Kimham (ay. 37) untuk menggantikan dia tinggal di istana raja. Jawaban raja Daud adalah gambaran yang sangat indah untuk menjelaskan penebusan Kristus bagi kita. Daud mengatakan dalam ayat 38 bahwa segala hal yang akan dia perbuat untuk Barzilai akan dia perbuat bagi Kimham. Semua hal yang sebenarnya layak diperoleh Barzilai karena pelayanannya, sekarang diberikan kepada Kimham yang tidak melakukan apa-apa. Bukankah ini mirip dengan apa yang Allah Bapa lakukan kepada kita? Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus, yang telah melayani Bapa dengan sempurna dan setia, bahkan rela mati di kayu salib demi menggenapi kehendak Bapa, adalah yang berhak untuk menerima segala anugerah dan kebenaran Allah. Tetapi apa yang hendak Allah Bapa berikan kepada Kristus, ternyata juga diberikan kepada kita. Kita yang telah ditebus oleh Kristus dan telah menerima pengampunan Bapa, ternyata memperoleh lebih dari pengampunan. Kita memperoleh pembenaran yang seharusnya menjadi milik Kristus. Kita diberikan tempat bersama-sama dengan Kristus dan Bapa di surga walaupun kita tidak layak memperolehnya sama sekali.
Inilah tiga orang yang sambutannya memberikan kepada kita perenungan yang dalam mengenai relasi kita dengan Allah. Biarlah kita belajar memahami keindahan relasi kita dengan Allah yang rela mengampuni kita walaupun kita layak dihukum mati, sama seperti Daud mengampuni Simei. Biarlah kita belajar untuk menyadari ketidaklayakan kita menerima anugerah Tuhan, sehingga setelah kita menerima anugerah-Nya, hati kita terarah kepada Dia untuk mengasihi Dia dan menantikan Dia lebih daripada apa pun. Biarlah kita belajar bahwa Kristus telah membuat Bapa di surga mengaruniakan kepada kita apa yang sebenarnya hanya layak diterima oleh Kristus saja.