dua raja Yehuda

Devotion from 2 Raja-raja 8:16-29

Bagian hari ini membahas dua raja Yehuda dengan pengaruh dari raja Ahab. Kedua raja ini membuat Yehuda dan Israel sama dalam hal penyembahan berhala. Inilah dua raja yang menjerumuskan Yehuda karena kedekatan mereka dengan Israel. Mengapa mereka bisa sangat dipengaruhi oleh Ahab? Karena istri dari Yoram anak Yosafat (bukan Yoram anak Ahab, raja Israel) adalah anak perempuan Ahab. Yoram ini adalah yang menjadi raja Yehuda pada waktu tahun ke-5 Yoram, raja Israel bertakhta. Kedekatan relasi kedua negara dimulai dari kedekatan Yosafat dengan Ahab. Begitu dekatnya mereka sehingga mereka memutuskan memberi nama “Yoram” pada anak-anak mereka. Ada Yoram anak Ahab, yang menjadi raja Israel pada zaman Elisa menjadi nabi, dan ada juga Yoram anak Yosafat, yang dalam bacaan kita dibahas. Kedekatan Yosafat dengan Ahab jugalah yang menyebabkan Yehuda jatuh karena kedekatan itu membuat Yosafat mengawinkan Yoram, anaknya, dengan Atalya, anak perempuan Ahab. Anak perempuan Ahab inilah yang membuat Yoram menyembah berhala sama seperti Ahab menyembah berhala.

Kesetiaan Tuhan sungguh besar. Dalam ayat 19 dikatakan bahwa Tuhan tetap tidak mau memusnahkan Yehuda karena janji-Nya kepada Daud. Dia tidak akan melanggar janji ini walaupun raja Yehuda sudah bertindak sama dengan raja-raja Israel yang Tuhan benci. Tuhan tetap akan membangkitkan keturunan bagi Yoram untuk meneruskan takhta Tuhan bagi Yehuda. Tetapi ini tidak berarti Tuhan tidak memberikan hukuman-Nya. Hukuman yang dicatat pada bagian ini adalah lepasnya Edom dari penguasaan Yehuda. Edom, dalam keadaan ditundukkan, sebenarnya telah menjadi sekutu Yehuda sejak zaman Yosafat, tetapi kali ini mereka telah mengangkat raja dengan maksud membebaskan diri dari pengaruh Yehuda. Bahkan ketika Yoram maju untuk menundukkan Edom, pasukannya dipukul kalah dan melarikan diri dari orang-orang Edom. Ayat 22 mengatakan bahwa Libna juga ikut memberontak dan membebaskan diri dari kuasa raja Yehuda. Libna telah berada dalam kondisi takluk kepada Yehuda sejak Yosua membawa bangsa Israel masuk ke Kanaan. Libna juga menjadi tempat penting Yehuda ketika Asyur datang dan menyerang mereka. Tetapi pada zaman Yoram anak Yosafat, Libna memberontak dari Yehuda.

Catatan singkat mengenai kehidupan Yoram yang hanya memasukkan kegagalannya dalam menguasai Edom dan Libna berakhir dengan kematian Yoram. Lalu anak Yoram, yaitu Ahazia, menggantikan ayahnya menjadi raja. Ahazia lahir dari anak Ahab bernama Atalya, seorang perempuan kejam yang adalah penyembah berhala yang sangat giat. Ahazia bersekutu dengan Yoram bin Ahab untuk memerangi Hazael, raja Aram. Kekuatan Hazael yang begitu besar membuat Yoram terluka di dalam pertempuran. Yoram segera dibawa ke Yizreel untuk diobati dan Ahazia, raja Yehuda mengunjungi dia. Inilah kunjungan yang akan mengorbankan nyawa Ahazia karena baik dirinya sendiri maupun Yoram akan dibunuh oleh seorang pemimpin pasukan Yoram yang bernama Yehu.

Untuk direnungkan
Ingatlah betapa besarnya bahaya persekutuan dengan orang yang tidak percaya Tuhan. Inilah hal yang sering kali kita abaikan di dalam hidup kita. Kita dengan tenang menjalin persekutuan dengan orang-orang tidak percaya demi koneksi dan demi penerimaan supaya diri kita bisa hidup lebih baik. Tentu saja tidak ada yang salah untuk menjalin relasi dengan orang-orang tidak percaya, tetapi yang paling berbahaya adalah kalau dalam relasi itu pengaruh dari orang tidak percaya menjadi sangat kuat dan memengaruhi orang percaya itu. Yehuda mengalami keadaan yang sangat merosot karena dua rajanya, Yoram dan Ahazia, justru mendapatkan pengaruh dari Israel Utara melalui keluarga Ahab. Umat Tuhan yang tidak memperkuat dirinya dengan pemahaman yang sejati akan Tuhan dan dedikasi yang tinggi untuk menyembah hanya kepada Dia membuat banyak orang mengompromikan imannya demi hal yang lain. Jika iman kita pun kita anggap enteng, bagaimana mungkin kita akan diperkenan oleh Tuhan. Itu sebabnya jalinan persahabatan antara orang percaya dengan orang tidak percaya harus dilakukan demi menjangkau mereka, bukan justru mendapatkan pengaruh dari mereka. Kita tidak dipanggil untuk membangun banyak relasi. Kita dipanggil untuk membawa kembali semua orang yang Tuhan percayakan untuk kita jangkau agar mereka kembali kepada Allah yang sejati. Tetapi jika kita sendiri tidak mempunyai kekuatan iman dan pengertian akan apa yang kita imani, maka tentu saja kita tidak akan punya kekuatan untuk bertahan di tengah-tengah pengaruh dunia kita yang anti Tuhan.

Jika pada zaman raja-raja Israel dalam kitab ini mereka banyak digoda oleh penyembahan berhala, maka dunia kita saat ini menawarkan sekularisme sebagai alternatif. Kita tidak harus percaya kepada Tuhan dengan cara seperti orang-orang fundamentalis yang ekstrim, tetapi kita harus toleransi dan hidup dengan saling terima satu dengan yang lain. Jika dulu orang-orang di dunia tidak bisa bedakan mana Allah sejati dan mana berhala palsu, maka zaman sekarang orang gagal untuk melihat mana iman sejati kepada satu-satunya Allah yang hidup, dan mana agama yang palsu. Mereka berpikir, bukankah semuanya sama baiknya? Jika kita tidak kuat di dalam pengenalan iman kita, bagaimana kita dapat bertahan? Jika anak-anak kita tidak mengenal Kristus dengan benar sesuai dengan firman Tuhan, bagaimana mereka dapat bertahan? Anak-anak Daud gagal karena ikatan persahabatan dengan Ahab. Dan jangan lupa bahwa yang mengikat persahabatan dengan Ahab adalah Yosafat, raja Yehuda yang takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan tetapi demi nama relasi dia tetap menjalin persahabatan dengan Ahab. Persahabatan yang membuat pengaruh keluarga Ahab masuk ke dalam keluarga Yosafat, dan bukan sebaliknya.

Lalu bagaimana? Apakah yang harus kita lakukan untuk mencegah pengaruh kerusakan dunia yang menarik manusia menjauhi Allah? Yang pertama adalah kita harus melihat anugerah Tuhan di dalam melindungi orang-orang pilihan-Nya. Tuhanlah, bukan kita sendiri, yang mampu terus diperkuat di dalam anugerah Tuhan. Tuhanlah yang memberikan penyertaan-Nya dan Dia jugalah yang mengatur supaya segala hal boleh mengarahkan kita ke dalam kekuatan iman yang sejati. Tuhan melakukan ini untuk Yehuda. Dia membuat adanya Bait Suci-Nya di tengah-tengah Yehuda. Tempat ibadah kepada Allah yang sejati akan mencegah orang-orang untuk melakukan hal-hal yang kafir untuk menyembah Allah. Maka aplikasi dalam kehidupan kita adalah: kita harus memiliki ibadah yang sejati kepada Allah. Kita harus menghadap Allah dengan cara yang tidak dikompromikan. Beribadah kepada Allah adalah kehendak Allah bagi setiap umat-Nya sekaligus cara Allah memperkuat manusia untuk makin mengenal Dia dan makin diperkuat di dalam iman. John Calvin mengatakan bahwa satu-satunya cara iman dapat bertumbuh adalah melalui firman dan sakramen. Tanpa kedua hal ini, baik pemberitaan firman, maupun sakramen perjamuan kudus dan baptisan, tidak mungkin orang bisa bertumbuh dengan benar. Sudahkah kita memelihara cara ibadah yang sejati? Sudahkah kita melihat keindahan ibadah yang sejati? Sudahkah anak-anak kita mengenal Tuhan melalui cara beribadah yang sejati. Sudahkah firman yang sejati terus berbicara kepada kita?

Hal kedua adalah relasi yang dijalin. Sudahkah kita menjalin relasi dengan kerinduan untuk memenangkan dunia, bukan untuk terseret menjadi makin menyerupai dunia? Yosafat membuat perjanjian dengan Ahab lebih daripada yang seharusnya. Bahkan dia mengawinkan anaknya dengan anak Ahab. Ini celaka yang sangat besar. Jangan anggap enteng pergaulan anak-anak kita. Jika dia menjadi pasangan dengan orang yang tidak percaya, maka godaan dan bujukan untuk meninggalkan iman yang sejati akan sangat banyak. Biarlah persekutuan sejati yang dekat dan hangat kita miliki dengan saudara seiman kita. Biarlah pergaulan yang kita jalin dengan orang tidak percaya dapat memenangkan mereka kembali kepada Kristus.