Devotion from 2 Raja-raja 9:30-10:17
Ayat 30-37 mencatat mengenai kematian Izebel, perempuan keji yang sebenarnya mengatur banyak hal dalam kerajaan Israel. Dia adalah anak raja Sidon dan menyembah Asyera (1Raj. 16:30; 18:19). Perempuan kejam ini telah menjadi penguasa sejati dari Israel sejak dia menjadi istri Ahab. Dialah yang bertindak kejam dan merancang pembunuhan Nabot dengan memakai segel raja (1Raj. 20:8-10). Meskipun tidak dicatat, tetapi kekuasaannya tentulah tetap berjalan ketika zaman pemerintahan Yoram anak Ahab. Izebel tentunya sudah mendengar kabar Yehu membunuh Yoram, anaknya. Itulah sebabnya dia memanggil Yehu dengan sebutan “Zimri,” yaitu pembunuh raja Ela yang kemudian dibunuh oleh Omri, ayah mertua Izebel. Zimri tidak hidup lama setelah membunuh raja dan, menurut Izebel, begitu juga nasib Yehu. Dia tidak akan lama bertakhta karena akan ada banyak orang-orang yang setia kepada raja akan menuntut balas pembunuhan yang dia lakukan. Tetapi Yehu ternyata mendapat dukungan yang jauh lebih kuat dari yang disangka Izebel. Bahkan dua atau tiga orang pegawainya pun mendukung Yehu. Ketika Yehu berseru agar Izebel dijatuhkan mereka langsung melempar dia ke bawah. Izebel pun jatuh dan terinjak-injak kuda dari pasukan Yehu yang masuk ke dalam istananya. Setelah membunuh Izebel, Yehu bahkan dengan tenang makan dan minum terebih dahulu lalu memutuskan untuk menguburkan Izebel. Ayat 35 mengatakan bahwa tidak ada yang tersisa dari Izebel selain kepala, kaki, dan kedua telapak tangan. Badannya telah dimakan anjing, seperti yang dinubuatkan Elia (9:36). Kematian Izebel merupakan kematian pembalasan dari semua kejahatan yang dilakukan sejak Ahab memerintah. Dia adalah seorang perempuan kejam yang pernah membunuh nabi-nabi Tuhan (1Raj. 18:4). Dia jugalah yang mempunyai kekuatan untuk mengambil keputusan di dalam zaman Ahab memerintah. Dialah otak kejahatan raja Israel sejak Ahab hingga Yoram. Pembalasan Tuhan akhirnya terjadi dan apa yang dinubuatkan oleh Elia menjadi genap melalui pembunuhan yang dilakukan Yehu.
Setelah membunuh Izebel, Yehu masih mempunyai satu tugas lagi, yaitu memunahkan keturunan Ahab. Dia harus mencari anak-anak dari Ahab serta membunuh mereka semua (1Raj. 21:24). Kemarahan yang sangat mengerikan dari Tuhan sekarang akan terlaksana di tangan Yehu dan keadilan akhirnya terjadi. Murka Tuhan, meskipun sangat mengerikan, adalah pernyataan keadilan yang sepantasnya diberikan kepada siapa pun yang menerimanya. Yehu menyurati semua pengasuh anak-anak Ahab dan pembesar-pembesar di tempat ke-70 anak Ahab itu tinggal. Dia meminta para pembesar mengangkat seorang raja baru pengganti Yoram yang telah mati, dan biarlah raja itu berperang dengan dia untuk memperebutkan takhta Israel. Tetapi para tua-tua dan pembesar itu takut kepada Yehu. Mereka tahu bahwa anak-anak Ahab tidak akan sanggup menghadapi dia, bahkan seluruh kota itu pun dianggap tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengalahkan Yehu. Tuhan memberikan rasa takut kepada orang-orang penjaga anak-anak Ahab itu sehingga naiknya Yehu menjadi raja tidak terhalang oleh siapa pun. Maka semua pembesar kota itu menulis surat tanda menyerahkan diri mereka menjadi hamba Yehu. Yehu membalas surat mereka dengan mengatakan bahwa tanda mereka mau tunduk kepada dia adalah dengan membawa 70 kepala dari anak-anak Ahab. Mereka semua melakukannya. Para pembesar kota itu mengambil ke-70 anak Ahab dan memenggal kepala mereka. Maka ke-70 anak-anak Ahab semua mati sesuai dengan firman Tuhan melalui Elia.
Namun apa yang terjadi pada bagian selanjutnya adalah mulainya ada bias antara menaati kehendak Tuhan atau ambisi pribadi Yehu yang mau menyingkirkan ancaman bagi takhtanya. Selain membunuh anak-anak Ahab, sesuai dengan rencana Tuhan, dia juga membunuh semua pegawai-pegawai dan pembesar-pembesar yang memihak kepada keluarga Ahab. Perlukah ini? Mungkin perlu. Mungkin dia melakukannya sebagai bentuk kegigihan di dalam menjalankan kehendak Tuhan. Lalu dia juga membunuh sanak saudara Ahazia (10:12-14). Apakah ini sesuai juga dengan perintah Tuhan? Ataukah dia ingin memperkuat diri dengan menyingkirkan semua ancaman yang mungkin muncul atas takhtanya? Ini masih belum jelas. Fakta bahwa Tuhan mengungkit kembali soal “hutang darah Yehu” di dalam nubuat nabi Hosea (Hos. 1:4) menunjukkan bahwa dia melakukan pembunuhan-pembunuhan itu secara berlebihan. Ambisi pribadi masuk di dalam kegiatan melakukan perang Tuhan. Bukankah ini juga yang bisa terjadi di tengah-tengah pelayanan Kristen? Kita menjadi begitu giat untuk Tuhan tetapi mulai muncul motivasi-motivasi lain. Sambil melayani Tuhan sambil berusaha menjadi besarkah? Menjadi signifikan? Sekalian juga untuk menjalin relasi untuk memperkuat bisnis? Ambisi pribadi masuk dan mulai menggantikan ketekunan pelayanan. Pikirkanlah hal ini! Biarlah firman Tuhan mengoreksi apa yang telah kita lakukan selama ini. Jika itu untuk Tuhan, biarlah Dia disenangkan. Tetapi jika keinginan-keinginan diri kita yang tidak berkait dengan Tuhan mulai masuk, hati-hati, sebab sedikit lagi kita akan jatuh ke dalam dosa karena mengerjakan apa yang seharusnya untuk Tuhan menjadi untuk diri.
Tetapi, meskipun mulai ada bias dan motivasi yang bercampur, Yehu tetap giat mengerjakan apa yang Tuhan perintahkan dan untuk hal ini Tuhan memberikan penghargaan (2Raj. 10:30) untuk ketaatannya memunahkan keluarga Ahab. Perhatikanlah bagaimana Tuhan menuntut ketaatan yang sangat tinggi untuk orang-orang yang menjadi alat murka Tuhan. Ketika Saul menolak untuk menghancurkan sama sekali orang-orang Amalek, Tuhan murka dan membuang Saul (1Sam. 15:9-11). Ketika Yehu dengan giat mengerjakan apa yang Tuhan mau untuk menghukum keturunan Ahab, Tuhan pun memberikan pujian-Nya. Jika Tuhan telah memberikan pujian, bukankah Yehu telah dengan setia menjalankan tugasnya? Tidak. Tuhan memberikan pujian dan takhta kepada 4 keturunan selanjutnya dari Yehu (2Raj. 10:30). Ini berarti ada hal yang tetap Tuhan tidak perkenan. Sebab jika Yehu mengerjakannya dengan motivasi yang tulus sepenuhnya, tentu Tuhan akan menjanjikan takhta kepada keturunan Yehu untuk seterusnya (bandingkan 1Sam. 13:13-14 dan 1Raj. 11:38). Mengapa hanya empat generasi selanjutnya? Tuhan tahu bagaimana memberikan penilaian terhadap pekerjaan seseorang. Di dalam 1 Korintus 3:13 Paulus mengatakan bahwa hari Tuhan akan menguji setiap perbuatan orang-orang yang membangun kerohanian gereja Tuhan. Tuhan yang akan menyatakan apakah pekerjaan kita lulus uji atau tidak. Apakah pekerjaan Yehu lulus uji? Tidak sepenuhnya. Tetapi karena dia tetap setia dalam perkara pembasmian keluarga Ahab, maka dia mendapatkan takhta bagi empat keturunan selanjutnya.
Untuk direnungkan:
Bagian ini menunjukkan alat murka Tuhan sedang bekerja. Tuhan banyak membangkitkan raja-raja di sepanjang sejarah sebagai alat murka-Nya. Nebukadnezar bahkan berkali-kali disebut sebagai hamba Tuhan oleh Yeremia (Yer. 25:9; 27:6; 43:10) karena dia dan kerajaannya dipakai Tuhan untuk menghukum banyak bangsa, termasuk Yehuda. Tuhan memberikan penghukuman pada waktu yang tepat di dalam ketetapan-Nya. Tetapi betapa mudahnya orang-orang yang menjadi alat murka Tuhan itu serong. Mereka yang dipakai Tuhan untuk menghukum raja-raja dan bangsa-bangsa tentu akan mempunyai kekuatan yang besar. Yehu di dalam bacaan kita pun mempunyai kemampuan memimpin sebagai panglima yang sangat besar. Bahkan Tuhan menggerakkan orang-orang untuk mendukung dia dan sebagian lagi digerakkan untuk takut kepada dia. Tuhan memberikan banyak hal yang membuat Yehu menjadi seorang perkasa yang kuat. Kekuatan inilah yang sangat berpotensi membuat dia berpaling dari Tuhan dan mencari nama bagi diri sendiri. Kiranya kita boleh terus mendoakan orang-orang yang Tuhan pakai dengan kekuatan politik dan senjata. Para pemimpin bangsa dan orang-orang yang Tuhan berikan kepercayaan untuk duduk di kursi-kursi pengambil keputusan militer, doakan mereka supaya mereka menjalankan dengan tepat panggilan mereka sesuai dengan cara Tuhan.
Ayat 30-37 mencatat mengenai kematian Izebel, perempuan keji yang sebenarnya mengatur banyak hal dalam kerajaan Israel. Dia adalah anak raja Sidon dan menyembah Asyera (1Raj. 16:30; 18:19). Perempuan kejam ini telah menjadi penguasa sejati dari Israel sejak dia menjadi istri Ahab. Dialah yang bertindak kejam dan merancang pembunuhan Nabot dengan memakai segel raja (1Raj. 20:8-10). Meskipun tidak dicatat, tetapi kekuasaannya tentulah tetap berjalan ketika zaman pemerintahan Yoram anak Ahab. Izebel tentunya sudah mendengar kabar Yehu membunuh Yoram, anaknya. Itulah sebabnya dia memanggil Yehu dengan sebutan “Zimri,” yaitu pembunuh raja Ela yang kemudian dibunuh oleh Omri, ayah mertua Izebel. Zimri tidak hidup lama setelah membunuh raja dan, menurut Izebel, begitu juga nasib Yehu. Dia tidak akan lama bertakhta karena akan ada banyak orang-orang yang setia kepada raja akan menuntut balas pembunuhan yang dia lakukan. Tetapi Yehu ternyata mendapat dukungan yang jauh lebih kuat dari yang disangka Izebel. Bahkan dua atau tiga orang pegawainya pun mendukung Yehu. Ketika Yehu berseru agar Izebel dijatuhkan mereka langsung melempar dia ke bawah. Izebel pun jatuh dan terinjak-injak kuda dari pasukan Yehu yang masuk ke dalam istananya. Setelah membunuh Izebel, Yehu bahkan dengan tenang makan dan minum terebih dahulu lalu memutuskan untuk menguburkan Izebel. Ayat 35 mengatakan bahwa tidak ada yang tersisa dari Izebel selain kepala, kaki, dan kedua telapak tangan. Badannya telah dimakan anjing, seperti yang dinubuatkan Elia (9:36). Kematian Izebel merupakan kematian pembalasan dari semua kejahatan yang dilakukan sejak Ahab memerintah. Dia adalah seorang perempuan kejam yang pernah membunuh nabi-nabi Tuhan (1Raj. 18:4). Dia jugalah yang mempunyai kekuatan untuk mengambil keputusan di dalam zaman Ahab memerintah. Dialah otak kejahatan raja Israel sejak Ahab hingga Yoram. Pembalasan Tuhan akhirnya terjadi dan apa yang dinubuatkan oleh Elia menjadi genap melalui pembunuhan yang dilakukan Yehu.
Setelah membunuh Izebel, Yehu masih mempunyai satu tugas lagi, yaitu memunahkan keturunan Ahab. Dia harus mencari anak-anak dari Ahab serta membunuh mereka semua (1Raj. 21:24). Kemarahan yang sangat mengerikan dari Tuhan sekarang akan terlaksana di tangan Yehu dan keadilan akhirnya terjadi. Murka Tuhan, meskipun sangat mengerikan, adalah pernyataan keadilan yang sepantasnya diberikan kepada siapa pun yang menerimanya. Yehu menyurati semua pengasuh anak-anak Ahab dan pembesar-pembesar di tempat ke-70 anak Ahab itu tinggal. Dia meminta para pembesar mengangkat seorang raja baru pengganti Yoram yang telah mati, dan biarlah raja itu berperang dengan dia untuk memperebutkan takhta Israel. Tetapi para tua-tua dan pembesar itu takut kepada Yehu. Mereka tahu bahwa anak-anak Ahab tidak akan sanggup menghadapi dia, bahkan seluruh kota itu pun dianggap tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengalahkan Yehu. Tuhan memberikan rasa takut kepada orang-orang penjaga anak-anak Ahab itu sehingga naiknya Yehu menjadi raja tidak terhalang oleh siapa pun. Maka semua pembesar kota itu menulis surat tanda menyerahkan diri mereka menjadi hamba Yehu. Yehu membalas surat mereka dengan mengatakan bahwa tanda mereka mau tunduk kepada dia adalah dengan membawa 70 kepala dari anak-anak Ahab. Mereka semua melakukannya. Para pembesar kota itu mengambil ke-70 anak Ahab dan memenggal kepala mereka. Maka ke-70 anak-anak Ahab semua mati sesuai dengan firman Tuhan melalui Elia.
Namun apa yang terjadi pada bagian selanjutnya adalah mulainya ada bias antara menaati kehendak Tuhan atau ambisi pribadi Yehu yang mau menyingkirkan ancaman bagi takhtanya. Selain membunuh anak-anak Ahab, sesuai dengan rencana Tuhan, dia juga membunuh semua pegawai-pegawai dan pembesar-pembesar yang memihak kepada keluarga Ahab. Perlukah ini? Mungkin perlu. Mungkin dia melakukannya sebagai bentuk kegigihan di dalam menjalankan kehendak Tuhan. Lalu dia juga membunuh sanak saudara Ahazia (10:12-14). Apakah ini sesuai juga dengan perintah Tuhan? Ataukah dia ingin memperkuat diri dengan menyingkirkan semua ancaman yang mungkin muncul atas takhtanya? Ini masih belum jelas. Fakta bahwa Tuhan mengungkit kembali soal “hutang darah Yehu” di dalam nubuat nabi Hosea (Hos. 1:4) menunjukkan bahwa dia melakukan pembunuhan-pembunuhan itu secara berlebihan. Ambisi pribadi masuk di dalam kegiatan melakukan perang Tuhan. Bukankah ini juga yang bisa terjadi di tengah-tengah pelayanan Kristen? Kita menjadi begitu giat untuk Tuhan tetapi mulai muncul motivasi-motivasi lain. Sambil melayani Tuhan sambil berusaha menjadi besarkah? Menjadi signifikan? Sekalian juga untuk menjalin relasi untuk memperkuat bisnis? Ambisi pribadi masuk dan mulai menggantikan ketekunan pelayanan. Pikirkanlah hal ini! Biarlah firman Tuhan mengoreksi apa yang telah kita lakukan selama ini. Jika itu untuk Tuhan, biarlah Dia disenangkan. Tetapi jika keinginan-keinginan diri kita yang tidak berkait dengan Tuhan mulai masuk, hati-hati, sebab sedikit lagi kita akan jatuh ke dalam dosa karena mengerjakan apa yang seharusnya untuk Tuhan menjadi untuk diri.
Tetapi, meskipun mulai ada bias dan motivasi yang bercampur, Yehu tetap giat mengerjakan apa yang Tuhan perintahkan dan untuk hal ini Tuhan memberikan penghargaan (2Raj. 10:30) untuk ketaatannya memunahkan keluarga Ahab. Perhatikanlah bagaimana Tuhan menuntut ketaatan yang sangat tinggi untuk orang-orang yang menjadi alat murka Tuhan. Ketika Saul menolak untuk menghancurkan sama sekali orang-orang Amalek, Tuhan murka dan membuang Saul (1Sam. 15:9-11). Ketika Yehu dengan giat mengerjakan apa yang Tuhan mau untuk menghukum keturunan Ahab, Tuhan pun memberikan pujian-Nya. Jika Tuhan telah memberikan pujian, bukankah Yehu telah dengan setia menjalankan tugasnya? Tidak. Tuhan memberikan pujian dan takhta kepada 4 keturunan selanjutnya dari Yehu (2Raj. 10:30). Ini berarti ada hal yang tetap Tuhan tidak perkenan. Sebab jika Yehu mengerjakannya dengan motivasi yang tulus sepenuhnya, tentu Tuhan akan menjanjikan takhta kepada keturunan Yehu untuk seterusnya (bandingkan 1Sam. 13:13-14 dan 1Raj. 11:38). Mengapa hanya empat generasi selanjutnya? Tuhan tahu bagaimana memberikan penilaian terhadap pekerjaan seseorang. Di dalam 1 Korintus 3:13 Paulus mengatakan bahwa hari Tuhan akan menguji setiap perbuatan orang-orang yang membangun kerohanian gereja Tuhan. Tuhan yang akan menyatakan apakah pekerjaan kita lulus uji atau tidak. Apakah pekerjaan Yehu lulus uji? Tidak sepenuhnya. Tetapi karena dia tetap setia dalam perkara pembasmian keluarga Ahab, maka dia mendapatkan takhta bagi empat keturunan selanjutnya.
Untuk direnungkan:
Bagian ini menunjukkan alat murka Tuhan sedang bekerja. Tuhan banyak membangkitkan raja-raja di sepanjang sejarah sebagai alat murka-Nya. Nebukadnezar bahkan berkali-kali disebut sebagai hamba Tuhan oleh Yeremia (Yer. 25:9; 27:6; 43:10) karena dia dan kerajaannya dipakai Tuhan untuk menghukum banyak bangsa, termasuk Yehuda. Tuhan memberikan penghukuman pada waktu yang tepat di dalam ketetapan-Nya. Tetapi betapa mudahnya orang-orang yang menjadi alat murka Tuhan itu serong. Mereka yang dipakai Tuhan untuk menghukum raja-raja dan bangsa-bangsa tentu akan mempunyai kekuatan yang besar. Yehu di dalam bacaan kita pun mempunyai kemampuan memimpin sebagai panglima yang sangat besar. Bahkan Tuhan menggerakkan orang-orang untuk mendukung dia dan sebagian lagi digerakkan untuk takut kepada dia. Tuhan memberikan banyak hal yang membuat Yehu menjadi seorang perkasa yang kuat. Kekuatan inilah yang sangat berpotensi membuat dia berpaling dari Tuhan dan mencari nama bagi diri sendiri. Kiranya kita boleh terus mendoakan orang-orang yang Tuhan pakai dengan kekuatan politik dan senjata. Para pemimpin bangsa dan orang-orang yang Tuhan berikan kepercayaan untuk duduk di kursi-kursi pengambil keputusan militer, doakan mereka supaya mereka menjalankan dengan tepat panggilan mereka sesuai dengan cara Tuhan.