Devotion from Ratapan 3:1-40
Kita telah menyelesaikan kitab 2 Raja-raja di hari yang lalu. Sekarang kita akan merenungkan tulisan Yeremia setelah bangsanya dihancurkan Tuhan. Yeremia menulis ratap tangis yang sangat menyedihkan karena menceritakan tentang betapa berat hatinya menerima keputusan Tuhan untuk membuang Yehuda dan menghancurkan Yerusalem. Yeremia terus berkhotbah mengenai kehancuran Yerusalem sebelum Yerusalem hancur, tetapi dia terus berkhotbah tentang pemulihan Yerusalem dan Israel setelah Yerusalem dihancurkan Babel. Pesan Tuhan selalu melampaui apa yang dialami manusia. Dengan panggilannya ini, Yeremia adalah seorang nabi yang sangat kasihan. Dia seorang yang lemah dan rapuh, tetapi diperintahkan untuk mengucapkan firman yang keras dan sangat berani. Dia seorang yang sangat cinta bangsanya, tetapi diperintahkan untuk menubuatkan bahwa bangsanya akan dihancurkan Tuhan dengan cara yang sangat kejam. Dia seorang yang sangat cinta Tuhan dan umat Tuhan, tetapi dia harus mendengar firman dari Tuhan bahwa umat-Nya akan ditinggalkan dan diserahkan kepada bangsa-bangsa lain. Dia sangat cinta Bait Allah, tetapi dialah yang harus menyerukan berkali-kali bahwa Bait Allah akan dihancurkan. Dan terakhir, dia adalah seorang benar yang mengalami sendiri penderitaan akibat serangan Babel. Dia mengalami bangsanya menjadi bangsa tanpa pemerintah yang jelas, Yerusalem menjadi tanah tak bertuan, dan Yehuda menjadi tempat tinggal orang-orang lemah dan tua. Mari kita lihat ratapan Yeremia akibat hancurnya Yerusalem dan Yehuda.
Derita Orang Benar
Dalam bagian pertama pembahasan ini Yeremia menyerukan bahwa dia menderita karena tekanan tangan Tuhan yang menghukum umat-Nya melalui serangan Babel. Ini adalah peristiwa sangat berat bagi seluruh Yehuda. Mereka harus menyaksikan pemandangan yang menyayat hati. Orang-orang Yehuda yang mati dibiarkan begitu saja di jalan-jalan, rumah-rumah yang terbakar, mayat-mayat tentara Yehuda yang menumpuk, tembok kota yang diruntuhkan, istana raja yang dibakar habis, dan Bait Allah yang hancur sama sekali. Siapa yang bisa tahan melihat daerah asalnya mengalami hal ini? Yeremia melihat semua ini dan dia menderita karena hukuman Tuhan bagi bangsanya. Orang benar mengapa ikut menderita? Orang benar mengapa ikut dihukum? Orang benar tidak dihukum, tetapi dia ikut menderita. Apa bedanya? Bedanya adalah orang yang dihukum Tuhan menerima murka Tuhan, tetapi orang benar yang ikut menderita tetap disertai oleh Tuhan di dalam segala kesulitan mereka.
Dalam bagian pertama ini juga Yeremia mengatakan bahwa doa dan seruannya kepada Tuhan tidak didengarkan Tuhan. Tuhan sudah begitu murka. Dia tidak lagi memberikan kesempatan kepada Yehuda untuk bertobat dan berbalik kepada-Nya. Bahkan, bukan saja Tuhan meninggalkan Yehuda, Tuhan menjadi lawan Yehuda dengan mengirimkan hamba-Nya, Nebukadnezar, untuk menghancurkan Yehuda. Tuhan menjadi lawan dari umat-Nya. Ditinggalkan Tuhan saja sudah memberikan sengsara yang sangat dalam, apalagi jika Tuhan berubah menjadi lawan yang siap menghancurkan. Siapakah yang memerangi Yerusalem dan Yehuda? Tuhan! Siapakah yang mengangkat senjata dan membunuh tentara-tentara Yehuda? Tuhan! Siapakah yang merobohkan tembok Yerusalem, membakar istana raja, dan merobohkan semua bangunan Bait Suci? Tuhan! Dialah yang berperang melawan Israel dan Yehuda.
Pengharapan Orang Benar
Tetapi ketika Yeremia telah berhenti berharap, dia justru diingatkan bahwa masih ada harapan. Tuhan masih mau memberikan kesegaran dan kasih setia kepada setiap orang benar yang harus menderita bersama-sama dengan orang fasik. Di tengah-tengah segala derita dan keluhan, Yeremia mendapatkan kekuatan karena janji Tuhan. Tuhan sendiri yang menyertai Yeremia sehingga dia bisa berkata, “tak berkesudahan kasih setia Tuhan, dan tak habis-habisnya rahmat-Nya. Selalu baru setiap pagi, besar kesetiaan-Mu.” Ini adalah kalimat yang sangat menyegarkan di tengah-tengah derita begitu hebat yang harus dirasakan oleh umat Tuhan dan oleh Yeremia. Tuhan menyertai, Tuhan memberikan kekuatan, Tuhan memberikan perlindungan dan kesegaran di tengah-tengah situasi dan suasana yang tidak mungkin. Di tengah penderitaan hebat yang sangat berat, yang hampir tidak ada manusia dapat tanggung, Yeremia dapat menyerukan kalimat agung ini. Inilah kalimat penghiburan sejati. Inilah kekuatan sejati di tengah-tengah badai penderitaan hebat. Sering kali manusia terlalu mengasihani diri. Situasi remeh dianggap badai penderitaan besar. Kesulitan kecil disamakan dengan kehancuran Yerusalem dan Yehuda. Penyakit ringan disamakan dengan mayat-mayat yang berserak di jalan-jalan Yerusalem akibat dibantai oleh Babel. Kita mengalami kesulitan? Tidak. Kita hanya pikir kita sulit. Mengapa? Karena kita terlalu manja. Kita tidak melihat tangan penyertaan Tuhan dan firman Tuhan yang menguatkan di tengah-tengah hidup yang hanya sedikit berat. Yeremia melihat neraka di dunia dan dia terhibur oleh kekuatan dari firman Tuhan. Puji Tuhan! Dia tidak pernah lupa menguatkan dan menghibur hamba-Nya yang telah menyerahkan segala sesuatu untuk mengucapkan firman demi nama-Nya.
Nasihat Orang Benar
Dalam pembahasan yang ketiga ini Yeremia memberikan kekuatan kepada bangsanya. Dia mengatakan bahwa jika seseorang dihukum karena dosa-dosanya, itu baik. Adalah lebih baik jika kita dihukum dan kita sadar bahwa kita sedang membayar untuk dosa-dosa yang telah kita lakukan. Ini akan membuat kita tahu betapa beratnya dosa. Ini membuat pertobatan yang sunguh terjadi di dalam hati. Tetapi jika seseorang berdosa dan tidak mendapatkan hukuman, maka dia akan menganggap enteng dosa. Bukankah saya sudah berdosa dan tidak terjadi apa-apa? Saya bisa berdosa dan lolos. Ini bukan hal yang berat. Dosa adalah hal yang enteng. Ini sangat rusak! Itulah sebabnya Yeremia mengatakan bahwa memikul kuk, penderitaan, dan kesulitan karena dosa adalah baik. Ini membuat kita menghargai Tuhan, kekudusan-Nya, dan akan memimpin kita di dalam perubahan yang sejati.
Untuk direnungkan:
Dukacita Yeremia adalah untuk bangsanya. Biarlah dukacita kita juga bisa tertuju kepada umat-Nya. Jangan egois! Jangan anggap diri paling penting! Jangan anggap kesusahan diri sebagai hal yang sangat besar dan berat! Lihatlah kepada umat Tuhan! Lihatlah kepada kejahatan dan kekejaman yang terjadi! Lihatlah kepada penyembahan berhala dan penolakan manusia terhadap Tuhan! Tuhan dihina, diabaikan, dan tidak dihormati. Inilah hal besar yang sangat merusak dan sangat tidak pantas. Apakah kita memedulikan hal-hal ini? Jika kita hanya melihat diri, maka kehidupan rohani kita tidak akan pernah bertumbuh. Orang Kristen sejati harus belajar memiliki keluasan hati. Belajar melihat dan merasakan dukacita yang sesuai dengan kehendak Allah. Sedih karena diri dan umat Tuhan terus gagal setia kepada Tuhan. Yeremia juga mengajarkan kepada kita untuk menaruh pengharapan kepada janji Tuhan, terutama janji Tuhan bahwa Sang Mesias akan menjadi Raja atas seluruh bumi. Kiranya Tuhan memakai kita untuk melihat pengharapan di tengah-tengah kerusakan yang sepertinya tidak bisa diperbaiki.
Dari dukacita yang seperti inilah ada pengharapan yang dapat dibagikan kepada orang lain. Yeremia menguatkan orang sebangsanya justru dengan mengatakan bahwa apa yang Tuhan timpakan adalah baik untuk mereka. Yeremia sendiri sangat menderita dan sulit menerima apa yang Tuhan timpakan kepada umat-Nya. Tetapi dia belajar untuk melihat janji Tuhan dan penyertaan Tuhan di tempat dan keadaan yang paling tidak mungkin. Sekarang banyak kesaksian orang Kristen hanya berkisar keberhasilan, kekayaan, kesuksesan, punya prestasi besar, diberkati dengan tanah, rumah, uang, gedung gereja yang besar… dan hanya mampu terus melihat kepada hal ini. Yeremia berbangga karena ketika dia tidak bisa melihat sukacita, ketika penderitaan bangsanya dan umat Tuhan terlalu besar, dia tetap mendapatkan penyertaan dan janji Tuhan.
Kita telah menyelesaikan kitab 2 Raja-raja di hari yang lalu. Sekarang kita akan merenungkan tulisan Yeremia setelah bangsanya dihancurkan Tuhan. Yeremia menulis ratap tangis yang sangat menyedihkan karena menceritakan tentang betapa berat hatinya menerima keputusan Tuhan untuk membuang Yehuda dan menghancurkan Yerusalem. Yeremia terus berkhotbah mengenai kehancuran Yerusalem sebelum Yerusalem hancur, tetapi dia terus berkhotbah tentang pemulihan Yerusalem dan Israel setelah Yerusalem dihancurkan Babel. Pesan Tuhan selalu melampaui apa yang dialami manusia. Dengan panggilannya ini, Yeremia adalah seorang nabi yang sangat kasihan. Dia seorang yang lemah dan rapuh, tetapi diperintahkan untuk mengucapkan firman yang keras dan sangat berani. Dia seorang yang sangat cinta bangsanya, tetapi diperintahkan untuk menubuatkan bahwa bangsanya akan dihancurkan Tuhan dengan cara yang sangat kejam. Dia seorang yang sangat cinta Tuhan dan umat Tuhan, tetapi dia harus mendengar firman dari Tuhan bahwa umat-Nya akan ditinggalkan dan diserahkan kepada bangsa-bangsa lain. Dia sangat cinta Bait Allah, tetapi dialah yang harus menyerukan berkali-kali bahwa Bait Allah akan dihancurkan. Dan terakhir, dia adalah seorang benar yang mengalami sendiri penderitaan akibat serangan Babel. Dia mengalami bangsanya menjadi bangsa tanpa pemerintah yang jelas, Yerusalem menjadi tanah tak bertuan, dan Yehuda menjadi tempat tinggal orang-orang lemah dan tua. Mari kita lihat ratapan Yeremia akibat hancurnya Yerusalem dan Yehuda.
Derita Orang Benar
Dalam bagian pertama pembahasan ini Yeremia menyerukan bahwa dia menderita karena tekanan tangan Tuhan yang menghukum umat-Nya melalui serangan Babel. Ini adalah peristiwa sangat berat bagi seluruh Yehuda. Mereka harus menyaksikan pemandangan yang menyayat hati. Orang-orang Yehuda yang mati dibiarkan begitu saja di jalan-jalan, rumah-rumah yang terbakar, mayat-mayat tentara Yehuda yang menumpuk, tembok kota yang diruntuhkan, istana raja yang dibakar habis, dan Bait Allah yang hancur sama sekali. Siapa yang bisa tahan melihat daerah asalnya mengalami hal ini? Yeremia melihat semua ini dan dia menderita karena hukuman Tuhan bagi bangsanya. Orang benar mengapa ikut menderita? Orang benar mengapa ikut dihukum? Orang benar tidak dihukum, tetapi dia ikut menderita. Apa bedanya? Bedanya adalah orang yang dihukum Tuhan menerima murka Tuhan, tetapi orang benar yang ikut menderita tetap disertai oleh Tuhan di dalam segala kesulitan mereka.
Dalam bagian pertama ini juga Yeremia mengatakan bahwa doa dan seruannya kepada Tuhan tidak didengarkan Tuhan. Tuhan sudah begitu murka. Dia tidak lagi memberikan kesempatan kepada Yehuda untuk bertobat dan berbalik kepada-Nya. Bahkan, bukan saja Tuhan meninggalkan Yehuda, Tuhan menjadi lawan Yehuda dengan mengirimkan hamba-Nya, Nebukadnezar, untuk menghancurkan Yehuda. Tuhan menjadi lawan dari umat-Nya. Ditinggalkan Tuhan saja sudah memberikan sengsara yang sangat dalam, apalagi jika Tuhan berubah menjadi lawan yang siap menghancurkan. Siapakah yang memerangi Yerusalem dan Yehuda? Tuhan! Siapakah yang mengangkat senjata dan membunuh tentara-tentara Yehuda? Tuhan! Siapakah yang merobohkan tembok Yerusalem, membakar istana raja, dan merobohkan semua bangunan Bait Suci? Tuhan! Dialah yang berperang melawan Israel dan Yehuda.
Pengharapan Orang Benar
Tetapi ketika Yeremia telah berhenti berharap, dia justru diingatkan bahwa masih ada harapan. Tuhan masih mau memberikan kesegaran dan kasih setia kepada setiap orang benar yang harus menderita bersama-sama dengan orang fasik. Di tengah-tengah segala derita dan keluhan, Yeremia mendapatkan kekuatan karena janji Tuhan. Tuhan sendiri yang menyertai Yeremia sehingga dia bisa berkata, “tak berkesudahan kasih setia Tuhan, dan tak habis-habisnya rahmat-Nya. Selalu baru setiap pagi, besar kesetiaan-Mu.” Ini adalah kalimat yang sangat menyegarkan di tengah-tengah derita begitu hebat yang harus dirasakan oleh umat Tuhan dan oleh Yeremia. Tuhan menyertai, Tuhan memberikan kekuatan, Tuhan memberikan perlindungan dan kesegaran di tengah-tengah situasi dan suasana yang tidak mungkin. Di tengah penderitaan hebat yang sangat berat, yang hampir tidak ada manusia dapat tanggung, Yeremia dapat menyerukan kalimat agung ini. Inilah kalimat penghiburan sejati. Inilah kekuatan sejati di tengah-tengah badai penderitaan hebat. Sering kali manusia terlalu mengasihani diri. Situasi remeh dianggap badai penderitaan besar. Kesulitan kecil disamakan dengan kehancuran Yerusalem dan Yehuda. Penyakit ringan disamakan dengan mayat-mayat yang berserak di jalan-jalan Yerusalem akibat dibantai oleh Babel. Kita mengalami kesulitan? Tidak. Kita hanya pikir kita sulit. Mengapa? Karena kita terlalu manja. Kita tidak melihat tangan penyertaan Tuhan dan firman Tuhan yang menguatkan di tengah-tengah hidup yang hanya sedikit berat. Yeremia melihat neraka di dunia dan dia terhibur oleh kekuatan dari firman Tuhan. Puji Tuhan! Dia tidak pernah lupa menguatkan dan menghibur hamba-Nya yang telah menyerahkan segala sesuatu untuk mengucapkan firman demi nama-Nya.
Nasihat Orang Benar
Dalam pembahasan yang ketiga ini Yeremia memberikan kekuatan kepada bangsanya. Dia mengatakan bahwa jika seseorang dihukum karena dosa-dosanya, itu baik. Adalah lebih baik jika kita dihukum dan kita sadar bahwa kita sedang membayar untuk dosa-dosa yang telah kita lakukan. Ini akan membuat kita tahu betapa beratnya dosa. Ini membuat pertobatan yang sunguh terjadi di dalam hati. Tetapi jika seseorang berdosa dan tidak mendapatkan hukuman, maka dia akan menganggap enteng dosa. Bukankah saya sudah berdosa dan tidak terjadi apa-apa? Saya bisa berdosa dan lolos. Ini bukan hal yang berat. Dosa adalah hal yang enteng. Ini sangat rusak! Itulah sebabnya Yeremia mengatakan bahwa memikul kuk, penderitaan, dan kesulitan karena dosa adalah baik. Ini membuat kita menghargai Tuhan, kekudusan-Nya, dan akan memimpin kita di dalam perubahan yang sejati.
Untuk direnungkan:
Dukacita Yeremia adalah untuk bangsanya. Biarlah dukacita kita juga bisa tertuju kepada umat-Nya. Jangan egois! Jangan anggap diri paling penting! Jangan anggap kesusahan diri sebagai hal yang sangat besar dan berat! Lihatlah kepada umat Tuhan! Lihatlah kepada kejahatan dan kekejaman yang terjadi! Lihatlah kepada penyembahan berhala dan penolakan manusia terhadap Tuhan! Tuhan dihina, diabaikan, dan tidak dihormati. Inilah hal besar yang sangat merusak dan sangat tidak pantas. Apakah kita memedulikan hal-hal ini? Jika kita hanya melihat diri, maka kehidupan rohani kita tidak akan pernah bertumbuh. Orang Kristen sejati harus belajar memiliki keluasan hati. Belajar melihat dan merasakan dukacita yang sesuai dengan kehendak Allah. Sedih karena diri dan umat Tuhan terus gagal setia kepada Tuhan. Yeremia juga mengajarkan kepada kita untuk menaruh pengharapan kepada janji Tuhan, terutama janji Tuhan bahwa Sang Mesias akan menjadi Raja atas seluruh bumi. Kiranya Tuhan memakai kita untuk melihat pengharapan di tengah-tengah kerusakan yang sepertinya tidak bisa diperbaiki.
Dari dukacita yang seperti inilah ada pengharapan yang dapat dibagikan kepada orang lain. Yeremia menguatkan orang sebangsanya justru dengan mengatakan bahwa apa yang Tuhan timpakan adalah baik untuk mereka. Yeremia sendiri sangat menderita dan sulit menerima apa yang Tuhan timpakan kepada umat-Nya. Tetapi dia belajar untuk melihat janji Tuhan dan penyertaan Tuhan di tempat dan keadaan yang paling tidak mungkin. Sekarang banyak kesaksian orang Kristen hanya berkisar keberhasilan, kekayaan, kesuksesan, punya prestasi besar, diberkati dengan tanah, rumah, uang, gedung gereja yang besar… dan hanya mampu terus melihat kepada hal ini. Yeremia berbangga karena ketika dia tidak bisa melihat sukacita, ketika penderitaan bangsanya dan umat Tuhan terlalu besar, dia tetap mendapatkan penyertaan dan janji Tuhan.