Kita sangat gampang menganggap bahwa kita telah beriman dan percaya penuh kepada pimpinan Tuhan dalam hidup kita ketika segala sesuatu berjalan lancar seperti apa yang kita harapkan, atau segala sesuatu terjadi sesuai dengan “kemampuan” kita beriman atau bersandar kepada perlindungan-Nya. Pertanyaannya adalah apakah benar kita sudah sungguh beriman kepada-Nya dan menyerahkan seluruh hidup kita ke dalam tangan perlindungan-Nya yang teguh?
Dengan gampang kita sering mengatakan hidup-mati kita sepenuhnya ada di dalam tangan Tuhan. Kita seakan-akan begitu meyakininya ketika mengucapkannya. Sampai… ketika kita harus diperhadapkan dengan peristiwa real di dalam kehidupan sehari-hari kita. Di situlah baru kelihatan seberapa sebenarnya kita mengamini apa yang kita imani. Beberapa waktu lalu kita dikagetkan dengan peristiwa kecelakaan pesawat terbang. Tidak ada yang sanggup memprediksinya, tidak ada yang sanggup menerimanya begitu saja, karena peristiwa ini begitu mendadak dan di luar prediksi kita. Di dalam kondisi seperti inilah, iman kita diuji, iman kita ditantang, dan iman kita diminta hadir di dalam keseharian kita.
Kita sebenarnya sering kali tidak sepenuhnya beriman kepada Tuhan. Kita masih menganggap ada bagian-bagian tertentu dalam hidup kita yang Tuhan tidak peduli atau kurang bijaksana mengaturnya sehingga kita sendiri yang harus mengatur dan menyelamatkan hidup kita. Beriman kepada pemikiran dan kebijaksanaan kita dianggap lebih masuk akal, lebih menenangkan, dan bahkan lebih bertanggung jawab karena kemampuan berpikir merupakan bagian dari anugerah Tuhan.
Abraham disebut sebagai Bapa beriman karena dia hanya menuruti perintah Allah tanpa meragukan bahwa Allah tidak memimpinnya atau bahkan Allah mungkin akan mencelakakannya. Abraham rela meninggalkan kota Ur dan pergi ke suatu tempat yang dia tidak tahu, hanya atas perintah Allah. Demikian juga Abraham menyerahkan anaknya kekasih yang tunggal untuk dikorbankan sebagai korban persembahan atas dasar perintah Allah. Demikian juga Yosua sungguh-sungguh percaya bahwa mereka pasti menang perang meskipun musuh-musuhnya berbadan besar, karena Allah memerintahkan mereka untuk masuk Kanaan dan berperang melawan bangsa Kanaan. Baik Abraham maupun Yosua, mereka sama-sama memiliki iman yang menyerahkan sepenuhnya seluruh hidupnya ke dalam tangan Tuhan tanpa meragukan ada bagian dalam hidup mereka yang Tuhan tidak pimpin.
Sudahkah kita beriman dengan benar? Mari kita minta kekuatan Tuhan agar Tuhan menolong kita makin bertumbuh dalam iman kita. Mari kita terus minta Tuhan memberanikan diri menyaksikan kepada dunia bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup, Allah yang baik, dan Allah yang menguasai sejarah umat manusia. Mari kita terus memohon Tuhan memberikan kerelaan kepada kita untuk berjalan di dalam pimpinan-Nya, dan bukan terus berfokus kepada alasan rasional untuk tidak taat kepada-Nya. Kiranya kekuatan Allah memampukan kita menaruh seluruh hidup kita di dalam tangan kuasa pemeliharaan-Nya.