Mimpi

Bacaan: Mazmur 57
Pernahkah kita begitu menyesal karena harus terbangun dari mimpi? Ketika kita mau tidak mau harus kembali berangkat dari kasur, dan memasuki realitas yang tidak jarang mengecewakan. Lelah, pahit, dan stressful. Sewaktu mata pertama kali terbuka, malah perasaan yang semacam demikian yang menyeruak. Kalau boleh memilih, kita ingin mimpi itu saja yang menjadi realitas, bukan sebaliknya.
Padahal hari baru saja dimulai, tetapi energi terasa sudah habis. Hari demi hari seperti ini, berulang menjadi minggu, bulan, dan bahkan tahunan. Apakah depresi ini yang dinamakan sebagai hidup? Inikah hidup!?
Kalau teman-teman pembaca pernah, atau sedang merasa seperti demikian, teman-teman tidak sendiri. Daud pun pernah mengalami itu. Dan jalan keluar dari depresi hidupnya bukan kawan, obat-obatan, ataupun kematian. Jalar keluar satu-satunya hanya Daud temukan di dalam Tuhan. Depresi, ketakutan, kesedihan, dan beban psikis yang harus dihadapinya tidak langsung sirna ketika ia berdoa kepada Tuhan.
Namun apa yang penting baginya dalam melalui masa-masa itu adalah iman kepada kasih setia Tuhan. Bahwa jalan satu-satunya hanyalah datang, berdoa, menangis, mengeluh, dan berserah kepada Tuhan saja. Bagi kita yang sedang tertekan: hanya berharap pada belas kasihan Tuhan saja jalan keluar kita.