Di dalam kitab Yohanes, kita bisa menemukan perkataan Yesus yang terkenal dengan istilah “7 Great I am”. Satu hal yang menarik dari ketujuh istilah ini adalah Yesus tidak menggunakan contoh-contoh yang rumit untuk menjelaskan diri-Nya. Ia menggunakan metafora-metafora yang sederhana dan dekat dengan keseharian kita, supaya orang-orang paling sederhana pun dapat mengenal diri-Nya. Salah satu metafora yang Yesus pakai adalah pintu dan gembala, seperti tercatat dalam Yohanes 1:1-10.
Pintu, seperti yang kita tahu, adalah alat yang digunakan manusia untuk masuk dan keluar dari suatu tempat. Di dalam perikop di atas, Yesus menjelaskan bahwa ada dua kelompok orang. Kelompok pertama adalah yang masuk melalui pintu (diri-Nya) yaitu gembala. Kelompok kedua adalah yang masuk tidak melalui pintu (diri-Nya) yang Ia sebut sebagai pencuri dan perampok. Yesus mengatakan bahwa ada perbedaan antara kedua kelompok ini, yaitu kelompok pertama memberi nyawa sendiri supaya domba-domba itu dapat hidup, sedangkan kelompok kedua mengambil nyawa domba-domba itu demi keuntungan sendiri. Kemudian, Yesus menjelaskan bahwa hidup seperti gembala itulah yang dinamakan hidup yang berkelimpahan.
Di sini kita melihat perbedaan cara berpikir Yesus dengan cara berpikir kita. Kita selalu berpikir bahwa hidup yang limpah adalah ketika kita menarik banyak hal ke dalam diri kita. Kita hidup seperti perampok, yang mengeruk dan memeras orang lain untuk diri kita sendiri. Kita menghabiskan banyak energi untuk mengejar prestasi atau posisi supaya kita memperoleh pujian dan penghargaan dari orang lain. Kita melelahkan diri kita untuk membenarkan diri dan menjatuhkan orang lain supaya kita memperoleh penerimaan dan pengertian dari orang lain. Kita melakukan segala sesuatu untuk mengejar kekayaan dan kekuasaan dan kita melakukannya dengan menginjak dan memperalat sesama kita. Bahkan, kita dapat rajin beribadah dan melayani Tuhan, supaya kita memperoleh keuntungan dari Tuhan.
Kontras dengan sang pencuri dan perampok, Yesus mengatakan hidup yang limpah adalah hidup yang terus mengeruk, menggali, dan memeras diri bagi orang lain, seperti gembala yang memberi nyawa dan hidupnya bagi domba-dombanya. Memberikan nyawa berarti kita rela mati dan memberikan hidup artinya menyerahkan semua yang kita miliki di dalam hidup (pikiran, hati, harta, dan kekuatan) supaya domba-domba, umat Allah, memperoleh padang rumput—hidup yang limpah di dalam Allah.
Kita perlu memerhatikan bahwa Yesus tidak memberikan alternatif ketiga. Kita tidak bisa mengatakan “Saya tidak memeras dan mengeruk orang lain demi diri saya, tetapi saya juga tidak memeras dan mengeruk diri saya demi orang lain.” Kita pasti menjadi salah satu. Kita juga jangan sampai tertipu ketika kita melihat ada orang di luar Kristus yang kesannya mengorbankan nyawa dan hidupnya demi orang lain. Yesus dengan jelas mengatakan bahwa hidup seperti gembala hanya dapat diperoleh melalui satu pintu, yaitu diri-Nya sendiri. Di luar Dia, tidak ada cara hidup yang berkenan di hadapan Allah.
Jadi, bagaimana kita akan memasuki dan menjalani hidup di tahun yang baru ini? Kita hanya bisa menjadi satu dari dua kemungkinan: entah kita menjadi gembala, atau menjadi pencuri dan perampok. Kristus adalah pintu dan Ia juga adalah gembala yang baik sehingga kehidupan yang limpah ini hanya dapat kita peroleh melalui persatuan dengan diri-Nya. Mari kita memohon hal ini di dalam doa dan berjuang untuk menghidupinya. Bukan hanya ketika memasuki tahun yang baru ini saja, melainkan sampai kita bertemu dengan Tuhan, muka dengan muka.