Dalam era digital ini kecepatan menjadi satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua hal dibuat menjadi serba instan. Jika kita membutuhkan informasi, kita bisa langsung bertanya kepada Mr. Google dan bisa mendapatkan informasi tersebut dalam hitungan detik. Jika kita lapar, kita bisa langsung menggunakan jasa ojek online untuk delivery makanan ke depan pintu rumah kita secara cepat. Banyak hal yang kita inginkan dapat kita peroleh dengan mudah dan cepat.
Tanpa kita sadari kebudayaan yang serba cepat ini memberikan ilusi kepada kita bahwa segala sesuatu dapat kita peroleh dengan instan. Bukan hanya itu, kebudayaan ini memberikan iming-iming bahwa seolah-olah kita bisa mendapatkan hasil yang maksimal dengan usaha yang paling minimum dan dalam waktu yang instan. Tanpa disadari cara pikir ini meracuni banyak anak muda, termasuk dalam kehidupan Kekristenan. Kita mungkin sering terkagum-kagum dengan pahlawan-pahlawan Kristen dalam sejarah Kekristenan dan kita ingin seperti mereka, tetapi tanpa melalui sebuah proses hidup yang panjang dan teruji. Inilah semangat instan yang kita sering bawa dalam kehidupan Kekristenan. Dan inilah semangat yang sangat bertolak belakang dengan semangat inkarnasi.
Ketika kita berbicara tentang Natal, kita mungkin sudah tahu mengenai fakta bahwa Tuhan Yesus rela datang ke dalam dunia ini, menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Informasi ini mungkin sudah ada di luar kepala kita, tetapi kita sering kali gagal merenungkan salah satu makna yang penting dari peristiwa inkarnasi. Inkarnasi mengajarkan kita bahwa seorang manusia sejati harus rela menjalankan sebuah proses dalam hidup ini untuk menggenapkan rencana Tuhan. Yesus sendiri rela berproses menjadi seorang bayi yang rentan, kemudian perlahan-lahan bertambah besar. Dalam proses pertumbuhan ini Dia dengan sabar menjalani keterbatasan fisik yang ada. Dengan kesabaran pula Dia rela terus mengingatkan murid-murid-Nya yang bebal dan lambat mengerti maksud Tuhan. Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa semangat inkarnasi adalah semangat yang rela menjalankan sebuah proses. Dan dalam menjalankannya diperlukan kesabaran, ketekunan, dan kesetiaan. Berbeda dengan ajaran dunia ini yang mengelu-elukan keinstanan, berproses itu memerlukan waktu dan sering kali waktu yang harus dilalui itu tidak singkat. Tidak heran jika hari ini banyak orang yang gagal menjadi pemuda Kristen yang sejati karena mereka memang tidak terlatih untuk menjalankan proses yang Tuhan sudah siapkan dengan satu endurance. Pemuda Kristen mengambil jalur pintas yang instan dan berharap mereka bisa menjadi orang Kristen yang memuliakan Tuhan. Inilah tipuan iblis di zaman postmodern ini.
Biarlah Natal mengingatkan kita sekali lagi akan semangat inkarnasi. Mari kita meneladani Tuhan Yesus. Mari kita melatih diri untuk terus bersabar, bertekun, dan setia dalam menghadapi setiap proses hidup yang Tuhan izinkan. Biarlah semangat ini menjadi detak jantung kita sehari-hari, sehingga kita bisa menjadi seorang pemuda yang rela berproses dan diproses oleh Tuhan. Kiranya kita boleh menjadi anak-anak muda yang terus dipakai oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik.