“Tuhan, ampuni saya karena hari ini saya berbuat dosa X. Saya berjanji tidak akan mengu-langinya lagi.” Demikian isi doa kita pada hari Senin. Keesokan harinya kita kembali berdoa, “Tuhan, ampuni saya karena hari ini saya berbuat dosa X. Saya berjanji hari ini akan be-rusaha lebih keras untuk tidak mengulanginya.” Bisakah kita menebak doa apa yang kita ucapkan pada hari Rabu? Ya, masih doa yang sama! Dan kita hampir putus asa ketika hari terus berganti, bertemu dengan hari Senin lagi, dan isi doa kita masih persis seperti minggu lalu.
Di tengah-tengah keterpurukan kita, mungkin kita menyerah: “Ah, ya sudahlah. Saya kan memang orang berdosa. Sudah sewajarnya jika saya terus-menerus berbuat dosa. Toh, Tuhan adalah kasih. Dia pasti mau mengampuni dosa-dosa saya. Lagipula Roma 5:20 kan mencatat, ‘… dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.’” Benarkah demikian? Ternyata tidak. Kitab Roma tidak berhenti di pasal 5. Roma 6:1-2 mengatakan, “… Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya makin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”
Alkitab mengajarkan bahwa kita, manusia adalah image of God, namun telah jatuh ke dalam dosa. Tetapi karena anugerah Allah, kita ditebus kembali melalui darah Anak-Nya yang Tunggal yaitu Yesus Kristus sehingga kita bebas dari kuasa dosa. Bebas dari kuasa dosa bukan berarti kita sama sekali tidak lagi berbuat dosa, tetapi kita dimampukan untuk bisa melawan dosa. Dan di dalam perjuangan melawan dosa tersebut, kita tidak berjuang sendiri tetapi ada topangan tangan Allah yang memelihara dan memampukan kita untuk melawan dosa tersebut.
Jadi bagaimana dengan keadaan kita yang berulang kali gagal melawan dosa? Memang ada waktu kita gagal mengatakan “tidak” kepada dosa, tetapi diri kita yang lama itu sudah mati. Sekarang kita hidup di dalam Yesus Kristus. Kita adalah ciptaan baru di dalam Kristus yang diberikan kemampuan untuk menolak dosa. Mari kita, bak anak kecil, datang kepada Allah, menyerahkan seluruh hidup ke dalam tangan-Nya. Hanya dengan topangan tangan-Nya dan kekuatan-Nya kita mampu melawan godaan dosa yang datang kepada kita.
Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana… tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah… untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. (Rm. 6:12-3)