your time is my time

Sebagai ciptaan, kita dibatasi oleh ruang dan waktu. Tetapi karena kita diciptakan memiliki sifat kekekalan, maka dalam hidup kita, kita sering ingin melampaui waktu yang sementara ini. Artinya kita ingin menjadi tuan atas waktu dengan mengaturnya sesuai dengan kemauan kita, dan kita berharap semua itu akan berjalan sesuai dengan kehendak kita. Terkadang memang seolah pengaturan akan waktu itu sesuai dengan kemauan kita. Misal, kita mengatur waktu kapan kita mau berpiknik, kapan kita mau lulus, kapan kita mau bekerja, kapan kita mau terlibat pelayanan, dan sebagainya. Ketika semua pengaturan waktu itu lancar dan sukses sesuai dengan kemauan kita, kita bangga dan senang, dan dengan mudahnya kita bersyukur kepada Tuhan karena menganggap Allah memberkati kita dengan segala kelancaran tersebut. Kita berhasil! Kelancaran itu menjadi bukti kalau pengaturan kita akan waktu diluluskan oleh Tuhan, Tuhan juga setuju dengannya. Tetapi apa yang terjadi ketika pengaturan-pengaturan waktu tersebut tidak sesuai harapan kita? Ketika kita mengatur waktu untuk ini dan itu, ternyata ada saja kejadian yang membuat kita tidak bisa menjalani rencana kita tersebut. Kita lalu mulai mengeluh. Otak kita akan berputar mencari kesalahan apa yang menyebabkan semua itu. Dan cenderungnya, kita tidak bertobat tetapi menyalahkan sekitar kita, entah orang lain, entah lingkungan, dan sebagainya, sebagai penyebab kegagalan tersebut. Dan bukan hanya itu saja, kita makin gelisah ketika waktu yang sama, orang yang kita merasa menjadi saingan kita justru berhasil. Kita tidak rela orang tersebut berhasil, apalagi kita menganggap kita juga sudah berjerih payah untuk mengerjakan rencana kita tersebut dengan tepat waktu. Akhirnya, kita timpakan penyebab kesalahan kita kepada Tuhan. Tuhan tidak menyelaraskan waktu-Nya dengan perencanaan kita. Pertanyaan “mengapa” akan dengan lancar terus menerus kita utarakan kepada Tuhan, seolah Tuhan yang salah mengatur waktu untuk kita, padahal kita amat sangat jelas mengetahui bahwa Tuhan tidak pernah salah dalam mengatur apa pun. Kitalah yang salah, kita ingin mengatur waktu kita bebas daripada pengaturan Tuhan.
Marilah kita kembali menyerahkan seluruh rancangan waktu kita ke dalam tangan Tuhan. Allah berkata: “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.  Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 55:8-9). Allah tidak pernah salah mengatur waktu hidup kita, karena Dia Pencipta kita. Bukan hanya itu, Dia bahkan rela menyerahkan Anak-Nya yang tunggal mati di atas kayu salib agar kita mampu menjalani waktu yang sementara ini seturut kehendak-Nya yang kekal. Jika Anak-Nya yang tunggal Ia rela korbankan untuk membawa kita kembali kepada-Nya, akankah Ia membiarkan kita menjalani waktu dalam kesia-siaan?
Oleh karena itu mari kita menaruh waktu kita ke dalam waktu-Nya. “Bukan waktuku adalah waktu Tuhan, tetapi waktu Tuhan adalah waktuku.” Kiranya Allah menolong kita merancang waktu hidup kita dalam hikmat-Nya, pimpinan-Nya, dan seturut kehendak-Nya.