life must go on

Bacaan: Keluaran 33
Waktu tidak pernah menunggu manusia. Dia akan selalu berjalan di depan, dan siap atau tidak siap, manusia harus selalu mengikutinya sehingga life must go on sering kali menjadi konklusi dari banyak orang. Ketika hidup sedang susah, life must go on. Ketika kegagalan menerpa, life must go on. Bahkan, waktu kita lagi senang-senangnya, life juga must go on.
Hidup orang Kristen juga sama. Bersama dengan seluruh manusia di dunia, our life must go on, too. Tetapi, soal “life” yang mesti “go on” itu, Alkitab memberikan kita satu kunci yang penting, yaitu kita must go on karena apa. Alkitab mencatat, di bawah kaki gunung Sinai Israel menunggu kapan mereka akan “go on”. Mereka menunggu Musa yang tak kunjung turun. Karena tak sabar, akhirnya mereka memutuskan untuk “go on” dengan cara mereka sendiri yaitu dengan membuat patung lembu emas dan hal itu akhirnya malah mendatangkan murka dari Allah.
Pada saat bersamaan, Musa juga sedang menunggu kapan dia dan umat Allah harus “go on”. Dua-duanya sama-sama menunggu, dua-duanya sama-sama ingin maju, tetapi yang pertama maju dengan caranya dan keinginannya sendiri, sedangkan yang kedua ingin maju jika, dan hanya jika, Tuhan menyertai. “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini”, demikian kata Musa (ay. 15).
Sekarang, bagaimana dengan kita? Ketika “life” kita juga “must go on”, pertimbangan apa yang menggerakkannya? Karena pergumulan atas penyertaan Tuhan? Ataukah karena kita sudah tidak tahan lagi untuk bergegas kepada apa yang ingin kita tuju? Masihkah pencarian akan “penyertaan Tuhan” menjadi pusat dalam pergumulan kita menjalani hidup ini?