Bacaan: Pengkhotbah 3:1
Apakah ada suatu hal yang sedang engkau tunggu dalam hidup ini? Menunggu pimpinan Tuhan atas panggilan hidup? Menunggu Tuhan mempertemukan kita dengan pasangan hidup? Menunggu kapan penderitaan berakhir? Menunggu kapan diri ini atau orang yang kita layani hatinya diubahkan Tuhan, bertobat, tambah rohani, dan kudus? Masih ada begitu banyak hal lain yang kita tunggu, khususnya dalam hidup kita sebagai seorang pemuda. Jika satu penantian berakhir, penantian lain pun datang. Dengan penuh kesadaran, seharusnya kita menyadari bahwa hidup kita sebenarnya adalah perjalanan dari satu “pintu tunggu” kepada satu “pintu tunggu” yang lain.
Menunggu itu sulit. Menunggu bukanlah hal yang mudah. Berjalan bahkan berlari, terkadang merupakan hal yang lebih mudah bagi seorang tentara dibandingkan berdiri tetap di tempat sambil menunggu arahan dari sang Komandan. tetapi apakah kita juga sadar bahwa di dalam kedaulatan-Nya, masa menunggu ditetapkan oleh Allah? Mampukah kita melihat bahwa di dalam kasih-Nya, menunggu sebenarnya adalah sebuah anugerah? Ternyata di dalam menunggu, Tuhan sedang mengajarkan kebenaran yang keras kepada kita: mengajarkan iman, merendahkan hati kita, dan membawa kita kepada-Nya.
Menunggu melatih orang percaya untuk hidup oleh iman dan bukan oleh penglihatan. Ketika kita sedang menunggu, sebenarnya kita sedang menantikan apa yang tidak dapat kita lihat. Apa yang dapat kita lihat oleh mata jasmani hanyalah situasi di sekeliling kita, dan kita sering kali ingin menjadi orang yang bisa memegang kendali atas segala situasi. Di saat yang bersamaan, kita juga tahu bahwa banyak hal di luar kendali kita. Oleh karena itu, sesungguhnya menunggu adalah suatu peperangan antara iman dan penglihatan. Peperangan ini harus dimenangkan dengan dan di dalam doa. Tanpa doa, kita akan jatuh kepada apa yang terlihat. Dengan mudah kita akan menyerah dan kecewa dengan realitas-realitas jangka pendek yang terjadi di dalam keseharian kita. Ketika kita gagal berdoa, kita sebenarnya gagal melihat dengan iman bahwa di dalam masa menunggu pun sebenarnya Allah sedang bekerja. Di dalam masa menunggu yang diam, sebenarnya Allah sedang mematangkan iman kita. Menunggu di dalam iman tidak mudah dan hanya dapat terjadi di dalam pertolongan Tuhan.
Menunggu melatih orang untuk rendah hati. Sebagaimana telah dikatakan: masa menunggu ditetapkan oleh Allah. Masa menunggu bukanlah ditetapkan oleh diri kita. Jangan ada orang yang sombong. Di dalam keberdosaan, kita sering kali tertipu oleh diri dan oleh dunia. Bisikan hati maupun godaan dunia memperdaya kita untuk berpikir bahwa “Saya tidak bisa lagi tunggu Tuhan! Waktuku lebih baik dari waktu-Nya. Jadwalku lebih urgent daripada jadwal Tuhan!”. Bukan karena saya mau menunggu maka saya menunggu, dan bukan karena saya ingin bergerak maka saya bergerak. Namun saya menunggu karena Tuhan yang atur. Kita harus rendah hati menyadari bahwa tidak ada satu langkah yang dapat kita jalani, tidak ada satu pintu yang dapat kita buka, jika Tuhan belum memberikan izin.
Menunggu melatih orang percaya untuk mengenal diri dan mengenal Allah. Menunggu membuat kita makin sadar bahwa kita adalah manusia yang lemah, berdosa, dan tidak setia. Menunggu membawa kita mengenal bahwa Tuhan Mahakuasa, setia, dan memiliki rancangan sempurna bijak dan indah demi kemuliaan-Nya. Tuhan telah melihat akhir dari segala sesuatu sejak permulaan sedangkan kita hanya bisa melihat dan mengerti sejauh yang Tuhan izinkan di mana selebihnya harus kita jalani dengan iman. Namun dengan cara inilah sebenarnya Tuhan justru mengajarkan kita untuk memperoleh-Nya, bersekutu dengan-Nya, dan menantikan-Nya. Apa yang tidak boleh hilang di dalam masa penantian adalah diri Allah sendiri. Marilah kita berperang untuk bersukacita di dalam-Nya di dalam masa-masa menunggu. Panggilan itu akan tiba, pengharapan selau tersedia, penderitaan akan berlalu, dan dosa sudah dikalahkan. Tetaplah percaya bahwa kita pasti melihat kebaikan Tuhan. Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah Tuhan! (Mzm. 27:14) (AMM)