Devotion from Kisah Rasul 4:23-31
Di saat kesulitan datang bertubi-tubi kepada orang-orang yang mau melayani Tuhan dengan tulus dan benar, maka kehidupan doa yang tekun selalu menjadi reaksi orang-orang tersebut. Orang-orang yang takut akan Tuhan selalu mempunyai respons vertikal kepada Tuhan setiap kali mereka mengalami masalah di dalam dunia ini. Orang-orang yang takut akan Tuhan selalu melihat kepada Tuhan, bergantung kepada Dia, dan menantikan pimpinan-Nya di dalam segala kesulitan yang mereka alami. Di dalam bacaan hari ini kita mendapatkan beberapa pelajaran berharga di dalam doa kepada Tuhan.
Tuhan yang menjadikan segala sesuatu
1 Korintus 8:6 mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan. Kisah Rasul 17:24-27 mengatakan bahwa Dia memelihara seluruh bangsa di bumi. Dia bukan hanya menyebabkan segala sesuatu ada secara statis. Dia jugalah yang menyebabkan segala sesuatu menuju kepada penggenapan kehendak-Nya dengan dinamis. Ini adalah pengertian pertama yang harus dimiliki oleh kita semua yang mau bergantung kepada Tuhan. Betapa tidak kokohnya iman dari orang-orang yang tidak menyadari hal ini. Mereka tidak sadar bahwa dunia sedang ditopang oleh firman-Nya yang penuh kekuasaan (Ibr. 1:3). Mereka hanya melihat Tuhan sebagai sumber segala sesuatu. Tetapi setelah melihat Dia sebagai pencipta, mereka tidak ingat bahwa seluruh ciptaan ini diawasi, diatur, dipelihara, dan diarahkan oleh Dia menuju kepada kegenapan kehendak-Nya. Iman seperti ini akan memanjatkan doa-doa yang hanya perkataan mulut tanpa hati di saat keadaan normal, tetapi akan segera berlanjut kepada keputusasaan di dalam keadaan sulit. Mengapa putus asa? Karena tidak ada yang menopang hidup ini. Allah ada, tetapi Dia tidak mengurusi ciptaan-Nya lagi. Inilah iman palsu. Bagaimana mungkin kita belajar bergantung kepada Allah jika kita terus menerus lupa bahwa seluruh ciptaan diciptakan oleh Dia dan ditopang oleh Dia? Tetapi para murid berdoa dengan keyakinan akan fakta bahwa Allah adalah pencipta yang berkuasa atas segala sesuatu di dalam hidup. Jika kita percaya bahwa Allah adalah pencipta yang berkuasa, tetapi kita tidak percaya bahwa Dia menyatakan diri untuk berelasi dengan kita, maka kita tidak akan mungkin menyatakan doa kita dengan kalimat seperti ini. Ini adalah kalimat dari umat-Nya yang tahu dengan benar bahwa Allah memedulikan umat-Nya. Allah memerhatikan umat-Nya dan mendengar seruan mereka. Tidak mungkin Allah membiarkan umat-Nya. Siapa yang percaya kepada Allah yang berkuasa atas segala sesuatu, biarlah dia juga ingat bahwa Allah yang sama ini adalah Allah yang mau memanggil kita untuk menerima kasih-Nya dan mengasihi Dia karena kasih yang sudah diberikan-Nya kepada kita. Siapa yang mengasihi Allah, biarlah dia juga ingat bahwa Allah mendengarkan doa umat-Nya yang dipanjatkan dengan kesungguhan hati.
Dunia tidak sanggup melawan kehendak Allah
Hal kedua yang dipanjatkan oleh para murid di dalam ayat 25 dan 26 menyatakan pengertian para murid bahwa segala sesuatu yang dilakukan dunia untuk melawan Tuhan adalah usaha yang sia-sia. Kita bukan hanya berdoa untuk meminta sesuatu kepada Tuhan. Kita berdoa juga untuk merenungkan siapakah Tuhan yang kepada-Nya kita berdoa. Sambil memanjatkan doa sambil mengingat kembali Allah seperti apakah yang kita kenal ini? Setiap kali pikiran kita dibawa untuk merenungkan tentang Allah, ketenangan jiwa selalu muncul. Tidak ada yang lebih menenangkan jiwa yang gelisah selain ingatan akan siapakah Allah kita. Allah menyatakan di dalam Mazmur 2, dikutip di dalam bacaan kita hari ini, bahwa rencana Allah meninggikan Kristus tidak akan bisa dibatalkan oleh raja mana pun. Pemerintah bangsa mana pun, penguasa di seluruh bumi, bahkan di langit sekalipun tidak akan sanggup membatalkan rencana Allah meninggikan Kristus. Apa pun yang kita kerjakan, jika itu untuk memuliakan Allah dan menyatakan pengenalan akan siapa Kristus, pasti akan diteguhkan oleh Allah. Tidak ada raja bisa membatalkannya. Tidak ada pemimpin bisa membungkam mulut kita, membatalkan pekerjaan Tuhan melalui kita, membatalkan topangan dan pemeliharaan Tuhan atas hidup kita. Tidak ada yang sanggup! Betapa menguatkannya jika kita berdoa sambil kembali mengucapkan di dalam doa kita siapakah Tuhan yang kita kenal ini. Jika kita berdoa sambil mengingat kembali siapa Allah, maka pada saat kita berdoa pun kekuatan yang dari Allah akan membangkitkan kita kembali dari ketakutan kita. Inilah kenikmatan sejati di dalam melayani Allah. Inilah kekuatan sejati di dalam memberitakan Injil. Alangkah sayang jika kita menjalani hidup yang tanpa kekuatan, padahal kuasa Roh Kudus pasti menyertai setiap orang yang ingin memuliakan nama Kristus. Petrus diancam. Oleh siapa? Oleh pemimpin dunia? Bukankah Tuhan sudah mengatakan di dalam Mazmur 2 kepada seluruh pembesar di dunia ini untuk bungkam dan sujud mencium kaki Sang Anak? Siapa berani mengancam Allah, akan mendapatkan ancaman balik dari Allah pada saat penghakiman Sang Anak Allah! Mengingat hal ini membuat kita berhenti takut kepada siapa pun dan mulai merasa kasihan kepada siapa pun yang melawan Tuhan.
Ulurkanlah tangan-Mu untuk meneguhkan pekerjaan-Mu
Hal ketiga yang harus kita pelajari adalah bagaimana doa para murid ini sangat berfokus kepada pekerjaan Tuhan memuliakan Yesus Kristus. Doa tidak boleh berpusat ke diri! Tetapi doa juga tidak boleh tidak personal! Doa harus mengaitkan diri kepada pekerjaan Tuhan. Jika kita hanya mendoakan pekerjaan Tuhan tetapi tidak terlibat di dalamnya, maka kita akan menjadi pendoa-pendoa yang kering, karena kita tidak berdoa bagi diri kita. Doa itu seolah-olah dijauhkan dari kita yang berdoa. Kasihan dan ironis sekali! Tetapi jika kita berdoa bagi diri tanpa mempunyai beban apa pun bagi pekerjaan Tuhan, maka kita akan menjadi orang egois yang mengalami delusi diri. Delusi karena merasa diri berharga dan penting walaupun terlepas dari Kristus. Tidak seorang pun berharga kecuali dia ada di dalam Kristus (Rm. 11:17-18). Tanpa Kristus kita hanyalah pembenci-pembenci Allah yang egois, berpusat pada diri, memperilah diri, dan tidak memedulikan Tuhan dan pekerjaan-Nya. Di dalam Kristus barulah kita menjadi anak-anak yang kekasih, yang memperjuangkan pekerjaan Bapa-Nya di Surga (Yoh. 4:34). Mintalah kepada Bapa di Surga apa yang menjadi kesukaan-Nya yang terbesar, yaitu kemuliaan nama Yesus Kristus. Jangan lupa juga bahwa Yesus Kristus, selain Dia adalah kesukaan Bapa yang terbesar, juga adalah berkat paling besar bagi kita, umat tebusan-Nya. Maka mendoakan supaya Tuhan memakai kita, menguatkan kita, memberi kuasa kepada kita agar kita menyatakan Kristus kepada dunia, adalah doa yang paling mulia sekaligus paling menyentuh hati setiap orang yang percaya kepada Kristus. Doakanlah supaya Tuhan memakai kita untuk menyatakan Kristus kepada orang-orang di sekitar kita meskipun hal itu sangat sulit bagi kita. Semakin sulit semakin kita berlutut dan meminta kekuatan Roh Kudus untuk kita beroleh kekuatan. Ancaman orang-orang di sekitar kita, kelemahan dan keterbatasan kita, kesulitan dari pemerintah dan orang-orang berkuasa, semua itu memperkuat dorongan di dalam hati kita untuk berdoa bagi kita sendiri untuk kemuliaan Kristus.
Ayat 31 menggambarkan keadaan ketika Tuhan menjawab doa mereka. Bumi bergoncang dan mereka kembali dikuatkan oleh Roh Kudus. Mari kita memusatkan kepada berita inti, bukan kepada fenomena yang dipakai oleh Tuhan. Berita inti adalah mereka kembali mengalami kekuatan, kesegaran, dan semangat yang menyala-nyala untuk memberitakan Injil Tuhan. Fenomena yang terjadi adalah tempat mereka berdoa menjadi bergoncang. Yang manakah yang kita cari waktu kita berdoa? Tanda-tanda tanpa aksi? Atau memahami tanda-tanda itu sebagai dorongan untuk memberitakan Injil Kristus? Tanda-tanda tidak harus berupa goncangan. Bahkan tanda-tanda yang paling tersembunyi justru adalah tanda terkuat yang pernah Tuhan nyatakan (1Kor. 1:22-23). Biarlah kita meminta Tuhan untuk memberikan kita hikmat sehingga kita mencari apa yang paling penting dan tidak teralihkan kepada hal-hal yang tidak esensial. Goncangan tempat mereka berdoa adalah tanda yang diambil dari Yoël 3:16. Tanda yang menguatkan kembali murid-murid bahwa Tuhanlah yang akan menggoncangkan musuh-Nya dan memberi perlindungan kepada umat-Nya yang berharap kepada-Nya. Setiap tanda diberikan bukan untuk diulang-ulang oleh Tuhan. Setiap tanda diberikan supaya setiap generasi bisa belajar dari apa yang pernah Tuhan kerjakan (Yos. 4:5-7). Para murid mendapatkan tanda dari Tuhan dan tanda itu berlaku terus hingga saat ini, tanpa perlu diulangi lagi oleh Tuhan. Saat ini pun, ketika kita membaca bagaimana Tuhan menggoncangkan tempat para murid berdoa, saat ini juga kita tahu bahwa Tuhan yang sama masih bekerja. Tuhan yang dulu memberi kekuatan kepada para murid dengan kuasa dari Surga sekarang juga memberi kekuatan kepada kita dengan kuasa dari Surga untuk memberitakan Kristus.