Devotion from Kisah Rasul 9:1-9
Di dalam Kisah Rasul 8-10 berturut-turut dikisahkan mengenai pertobatan-pertobatan yang ajaib. Di pasal 8 ada orang-orang Samaria yang tadinya begitu keras hati menolak cara beribadah yang benar (Yoh. 4:19-24) dan sida-sida yang haus mencari Tuhan dan dipertobatkan. Pasal 9 ada pertobatan yang sangat penting dari Saulus yang keras melawan Tuhan, dan pasal 10 pertobatan dari Kornelius yang ada di Kaisarea. Roh Kudus mempertobatkan orang-orang ini dengan cara yang unik. Tetapi, walaupun menceritakan pertobatan-pertobatan yang begitu penuh anugerah, Kisah Rasul 8 ditutup dengan pernyataan bahwa Filipus terus berjalan ke utara hingga ke Kaisarea. Roh Kudus memimpin para pengabar Injil menjauhi Yerusalem. Berita baik bagi tempat-tempat di utara, tetapi berita buruk bagi Yerusalem yang terus menerus menolak berita Injil.
Setelah mengutus Filipus memberitakan Injil, di dalam pasal 9 Tuhan Yesus sendiri yang menyatakan diri untuk memberitakan Injil. Mengapa harus Kristus sendiri yang menyatakan diri-Nya? Karena orang yang akan dipertobatkan kali ini adalah alat pilihan Tuhan untuk memberitakan Injil sebagai rasul-Nya. Tuhan Yesus sendiri yang memilih rasul-rasul-Nya (Luk. 6:12-13), dan karena itulah Dia sendiri yang datang untuk mempertobatkan orang ini, yaitu Saulus dari Tarsus.
Ayat 1 mencatat kemunculan kedua Saulus dari Tarsus di dalam Kitab Kisah Rasul. Dia hadir untuk menjaga pakaian orang-orang yang melempari Stefanus sampai mati dan menyetujui pembunuhan itu (Kis. 7:58; 8:1). Saulus ternyata termasuk orang yang sangat giat dan begitu berpengaruh. Dia sangat giat untuk menyiksa murid-murid Kristus dan sangat berpengaruh untuk memperoleh surat kuasa dari Imam Besar di Yerusalem. Surat kuasa ini diberikan untuk menyatakan mandat dari pemimpin Yahudi bagi Saulus, sehingga kalau Saulus menangkap murid-murid Yesus di mana saja, orang-orang Romawi yang menjajah Israel dan sekitarnya dapat membiarkannya dan menganggap penangkapan ini sebagai urusan agama Yahudi. Orang-orang Yahudi diberikan kebebasan oleh orang-orang Romawi untuk mengadili dan menjatuhkan hukuman kepada sesama orang Yahudi di dalam hal-hal yang berkait dengan tradisi Yahudi. Dengan surat kuasa ini Saulus berniat untuk menangkap orang-orang Yahudi yang menjadi murid Kristus dan menghadapkan mereka ke pengadilan agama Yahudi di Yerusalem.
Saulus pun pergi dengan semangat yang berkobar-kobar, dan dengan marah yang meluap-luap untuk menyeret para pengikut Kristus di Damsyik. Tetapi ternyata justru di dalam perjalanan inilah Tuhan Yesus memanggil Dia. Tuhan Yesus menyatakan diri kepada Saulus dan langsung menyatakan panggilan-Nya kepada Saulus untuk menjadi rasul-Nya. Tuhan Yesus tidak menyatakan seruan pertobatan atau khotbah mengenai dosa dan penebusan. Tuhan Yesus memanggil Saulus dengan cara memberikan perintah kepada dia. Tuhan Yesus tidak tanya kesediaan Saulus. Tuhan Yesus juga tidak suruh Saulus bergumul dulu. Tuhan Yesus menanyakan alasan Saulus menganiaya Dia dan setelah itu pun Dia langsung memberikan perintah kepada Saulus untuk melanjutkan perjalanannya, masuk ke Damsyik, dan bertemu Ananias. Tuhan Yesus memanggil Saulus untuk pekerjaan yang telah ditetapkan Allah bagi Saulus sejak Saulus berada di dalam perut ibunya (Gal. 1:15-16).
Pertobatan Saulus begitu unik. Selain karena panggilan yang diberikan Yesus kepadanya untuk menjadi rasul, keunikan pertobatan ini adalah karena tidak ada seorang pun yang menjadi pengantara untuk memberitakan Injil kepada Saulus. Tuhan Yesus sendirilah yang menyatakan Injil kepada dia. Tuhan Yesus menyatakan dengan cara yang sangat luar biasa. Tuhan dengan kemuliaan-Nya menyatakan diri dengan cara yang membuat Saulus langsung buta. Kemuliaan yang melampaui apa pun dari dunia ini membuat Saulus segera rebah ke tanah dan kekuatannya hilang dari tubuhnya. Kemuliaan Kristus setelah bangkit dan setelah duduk di sebelah kanan Allah sekarang disaksikan oleh Saulus. Tekanan yang sangat berat dialami oleh Saulus. Dia menyaksikan kemuliaan yang mahatinggi sehingga dia sakit pada tubuhnya. Keadaan ini seperti yang dialami oleh Daniel yang menyaksikan kemuliaan Allah (Dan. 8:27). Kemuliaan Kristus yang terpancar bukanlah kemuliaan orang biasa. Kemuliaan ini adalah kemuliaan Allah yang memancarkan cahaya lebih terang daripada cahaya matahari (Kis. 26:13).
Tetapi walaupun menyatakan diri dengan cahaya terang yang melampaui terang matahari, Tuhan Yesus tetap menyatakan diri-Nya dengan cara yang sederhana. Dia tetap mengidentikkan diri-Nya dengan murid-murid-Nya. Dia menanyakan alasan mengapa Saulus menganiaya Dia. Dia mengidentikkan diri dengan murid-murid-Nya dengan cara yang sedemikian erat sehingga penderitaan dan penganiayaan yang dialami oleh murid-murid-Nya membuat Dia menderita dan teraniaya juga. Kasih dan penyertaan-Nya tetap diberikan kepada gereja-Nya. Kristus benar-benar tidak membiarkan gereja-Nya menjalani hidup seorang diri di dunia ini. Dia tetap menyertai mereka. Di dalam penderitaan mereka pun Dia tetap menyertai dan merasakan penderitaan mereka. Di dalam kemuliaan Kristus tetap merendahkan diri-Nya untuk dapat disamakan dengan gereja-Nya.
Untuk direnungkan:
Di dalam pemanggilan Saulus ini kita dapat merenungkan dua hal yang sangat penting. Yang pertama adalah bahwa Tuhan memanggil Saulus pada waktu yang Dia telah tetapkan. Tuhan menyatakan anugerah yang demikian besar dengan memanggil Saulus yang telah begitu membenci Dia dan menganiaya jemaat-Nya sendiri. Ini menyatakan betapa sabarnya Allah kita. Dia bukan hanya mau mempertobatkan orang-orang Samaria, atau sida-sida yang secara fisik cacat. Dia bahkan mau memanggil tokoh terpenting di dalam pengabaran Injil kepada bangsa-bangsa lain walaupun tokoh tersebut membenci-Nya dan menganiaya murid-murid yang sangat dikasihi-Nya. Kesabaran Tuhan melampaui kemampuan kita merenungkannya. Kesabaran-Nya diberikan bagi Saulus. Kesabaran yang sama juga yang telah diberikan-Nya kepada kita sekalian, yang begitu lama mengeraskan hati dan menolak Dia.
Hal kedua adalah kesabaran-Nya diberikan bukan karena Dia lemah atau tidak berdaya. Sauluslah yang tidak berdaya ketika berhadapan dengan Kristus. Apakah Kristus lemah? Tidak berdaya menghukum? Tidak sanggup memberikan penghakiman? Tidak sama sekali. Saulus terbaring dengan sangat ketakutan dan lemah. Tenaganya hilang sehingga dia tidak mampu berdiri dan matanya buta sehingga dia tidak mampu melihat. Kristus telah menjatuhkan dia dan membuat dia begitu tidak berdaya dan gentar. Tetapi perkataan Kristus bukanlah perkataan seseorang yang sedang menghakimi musuhnya yang telah jatuh tak berdaya. Perkataan Kristus justru perkataan yang mewakili kaum lemah yang disebut murid-Nya. “Mengapakah engkau menganiaya aku?” Siapakah yang ada dalam posisi menganiaya? Bukankah Kristus? Tetapi Kristus dengan segala kemegahan dan kekuatan, serta kemuliaan-Nya, sekarang berbicara mewakili orang-orang teraniaya. Betapa besar kegentaran Saulus menyadari fakta bahwa Sang Mesias yang sekarang menyatakan kemuliaan-Nya yang membutakan matanya ternyata adalah Yesus yang tersalib, dan bahwa Dia begitu mengasihi jemaat-Nya sehingga penganiayaan mereka adalah penganiayaan-Nya sendiri. Betapa mengerikan membayangkan hukuman apa yang akan diterimanya jika Kristus bermaksud membalaskan segala aniaya yang diderita oleh murid-murid-Nya di tangan Saulus. Tetapi Kristus tidak datang untuk menghukum Saulus. Kristus datang untuk memanggil rasul-Nya. Rasul yang dengan segala kegigihan akan menjadi pengaruh besar bagi bangsa-bangsa.