Devotion from Kisah Rasul 8:18-25
Meskipun telah melihat tanda mukjizat dan mendengar berita Injil melalui Filipus dan juga kedua rasul, yaitu Petrus dan Yohanes, Simon sang penyihir ternyata tidak benar-benar mengerti bagaimana bertobat sejati. Dia tetap hidup di dalam pola pikir yang lama. Betapa sulit untuk lepas dari cara berpikir duniawi yang begitu membelenggu kita. Bahkan ketika mukjizat dan kuasa Roh Kudus telah dinyatakan dengan sangat jelas pun Simon tetap memiliki hati dan kehendak yang ditundukkan kepada dosa. Dia ingin kembali merebut posisinya sebagai pembuat mukjizat terbesar di kota itu. Dia melihat kemungkinan itu waktu menyaksikan Roh Kudus turun. Ini merupakan mukjizat yang sangat besar, tetapi mukjizat yang besar ini tidak membuat Simon menjadi takut dan gentar akan Tuhan. Dia malah berpikir bagaimana memperoleh keuntungan dari tanda-tanda mulia ini. Betapa picik pikirannya, dan betapa jahat niat hatinya.
Selain hatinya dikuasai oleh pikiran jahat dan rancangan yang licik, Simon juga berpikir bahwa semua orang selicik dan sejahat dia. Dia berani menawarkan sejumlah uang kepada Petrus supaya Petrus memberikan kuasa kepadanya. Iman Kristen bukanlah komoditi untuk diperjualbelikan. Tetapi para pembuat mukjizat palsu sepertinya punya satu kesamaan, sama-sama memikirkan keuntungan diri dan berpikir bahwa semua orang juga memperhitungkan untung rugi untuk diri sendiri sebagai motivasi utama beragama. Tetapi Lukas mengatakan di dalam bagian ini bahwa memikirkan keuntungan finansial atau nama besar dan memanfaatkan agama untuk memperolehnya adalah praktik-praktik para tukang sihir, bukan hamba Tuhan. Hamba Tuhan tidak memperjualbelikan iman Kristen. Orang-orang yang bertujuan meraih popularitas besar dan keuangan yang limpah karena memanfaatkan iman Kristen telah bertindak seperti tukang sihir berbaju hamba Tuhan.
Jawaban Petrus di dalam ayat 20 menunjukkan sikap hamba Tuhan yang sejati. Petrus menegur dengan sangat keras permintaan Simon itu. Karunia Allah tidak mungkin bisa dibeli dengan uang. Karunia Allah melampaui seluruh harta di dunia ini, sehingga tidak mungkin dikuasai oleh seseorang karena dia mempunyai uang. Begitu banyak orang yang bersikap seperti Simon ini. Orang-orang ini berpikir bahwa karena uang banyak, maka mereka bisa mendapatkan apa pun yang mereka inginkan. Mereka begitu sesat dan bodoh. Mereka tidak tahu kalau uang mereka bukanlah hal yang dihargai oleh Tuhan. Dunia begitu menghargai uang dan memuja-muja orang yang memiliki banyak uang. Karena penghargaan dunia begitu besar terhadap uang, maka orang-orang yang banyak uang merasa bisa mengatur seluruh dunia. Simon merasa dia bisa mengatur Petrus karena dia banyak uang. Hamba Tuhan yang mau diatur oleh uang adalah hamba Tuhan palsu. Pengkhianat yang menyamar menjadi murid Kristus, itulah sebutan yang tepat untuk hamba-hamba Tuhan yang diperhamba oleh uang. Petrus menegur dengan kalimat sangat keras. “Binasalah kamu dan uangmu…” Orang-orang yang memiliki banyak uang perlu sekali-kali mendengar kalimat ini, supaya mereka tidak jadi sombong. Uang bisa mengatur para penjilat dan bisa menyuap pemimpin-pemimpin yang korup. Tetapi di hadapan seorang hamba Tuhan sejati, uang yang dimiliki oleh orang yang tidak jujur hanya akan binasa bersama dengan si pemiliknya.
Apakah uang bisa membeli anugerah Tuhan? Tidak mungkin! Apakah Roh Kudus bisa diperintah dengan diberi uang? Tentu saja tidak! Tuhanlah pemilik dunia dan segala isinya. Apakah yang dapat kita tawarkan kepada Dia untuk menambah sesuatu pada-Nya? Tidak ada. Tetapi jikalau Tuhan berkenan memberikan anugerah-Nya untuk kita semua, maka Dia akan memberikan apa yang kita tidak mungkin capai dengan usaha sendiri. Itulah sebabnya jika Tuhan masih mau memberikan kepada kita anugerah-Nya, biarlah kita sadar bahwa itu tidak mungkin kita peroleh dengan cara apa pun. Hanya Tuhan yang sanggup memberikan dan Dia memberikannya dengan cuma-cuma di dalam anugerah-Nya. Karunia keselamatan, pimpinan oleh Roh-Nya yang kudus, kebenaran dan pengertian akan firman Tuhan, kuasa dan penyertaan Roh Kudus, semua ini tidak mungkin kita dapatkan dengan cara bagaimanapun. Tetapi Tuhan memberikan semua ini kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan cuma-cuma.
Di dalam ayat 21 dan 22 teguran Petrus dilanjutkan dengan seruan bertobat. Petrus adalah seorang gembala yang sejati. Dia memukul dombanya bilamana perlu agar domba itu kembali ke kawanan yang digembalakannya dan tidak tersesat. Simon ditegur dengan sangat keras oleh Petrus bukan karena Petrus membenci dia, tetapi karena Petrus ingin dia bertobat dari dosanya. Hati Simon yang banyak cabang tidak mampu menipu Petrus. Petrus tahu kelicikan hatinya dan memperingati dia dengan keras. Teguran, bahkan marah yang sangat keras, jika dinyatakan karena motivasi kasih, akan menjadi berkat besar bagi orang-orang yang sedang dalam dosa.
Simon bukan hanya berdosa dari tingkah lakunya saja, tetapi dia berdosa di dalam cara berpikirnya. Kita semua harus menyadari dosa kita di dalam hal ini. Saya tidak meminta Saudara mencatat dosa-dosa yang hanya di dalam wilayah perbuatan yang melanggar moral saja, tetapi saya minta Saudara merenungkan tentang cara berpikir Saudara. Apakah yang paling menguasai cara berpikir kita? Apakah yang paling mendorong kita untuk hidup? Apakah hal yang kita kejar dan sanggup memberikan motivasi bagi kita untuk melewati hari-hari kita dengan penuh gairah? Tuhankah? Atau harta? Kenikmatan? Dosa? Kekuasaan? Mungkin kita bukan orang yang pernah korupsi. Kita juga tidak pernah menipu, tidak pernah melanggar hukum, tidak pernah merugikan seorang pun, tetapi motivasi kita dipenuhi oleh hal-hal yang dibenci Tuhan. Motivasi seperti ini suatu saat akan menjerumuskan kita ke dalam keputusan dan tindakan yang sangat membuat Tuhan murka. Petrus tidak mengatakan bahwa Simon telah bertindak jahat saja. Petrus mengatakan bahwa hatinya tidak lurus. Hatinya telah pahit seperti empedu dan terjerat di dalam kejahatan. Dari dalam hati yang seperti ini keluar segala kekejian dalam hal perkataan maupun dalam hal tindakan.
Teguran Petrus yang demikian keras tetap disertai oleh seruan untuk bertobat. Petrus memerintahkan Simon untuk segera berdoa kepada Tuhan, mohon ampun kepada Tuhan supaya Tuhan mengampuni niat hatinya yang jahat. Ternyata Simon mau bertobat. Tuhan menyadarkan hatinya dan memberikan kepadanya kegentaran di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya setelah mendengar teguran Petrus yang demikian keras, Simon menjadi demikian takut dan segera memohon supaya Petrus berdoa baginya. Simon akhirnya bertobat. Dia telah mendengar Injil sejak dari ketika Filipus memberitakan Injil. Dia juga telah percaya, menjadi murid Filipus, dan telah menyerahkan diri untuk dibaptis. Tetapi semua ini tidak berarti sifat berdosanya yang lama sudah hilang sama sekali. Dia masih saja bisa dikontrol dan dikuasai oleh kehidupan di dalam dosa yang seharusnya telah dia tinggalkan.
Doa:
Tuhan, mohon berikan anugerah-Mu agar kami mengenal Engkau dengan benar, mengenal setiap anugerah yang Tuhan berikan kepada kami dengan cuma-cuma, dan menyadari setiap kekurangan kami dan dosa-dosa kami yang terus mengintip dan menanti saat kami lemah dan jauh dari-Mu. Jauhkan kami dari perasaan angkuh di hadapan Tuhan. Biarlah kami terus menerus sadar bahwa setiap pencapaian kami adalah murni karena Tuhan beranugerah. Janganlah membiarkan kami dijerat oleh dosa dan kecemaran kami, ya Tuhan. Bersihkanlah kami senantiasa agar pikiran kami dikuasai oleh kebenaran-Mu dan tingkah laku dan perkataan kami dinyatakan dari pikiran dan hati yang tunduk kepada-Mu. Amin.