mengapa bosa?

Setiap kita pasti pernah mengalami yang namanya “bosan”. Bosan menunggu… Bosan kerja… Bosan duduk… bosan… silakan deretkan urutan kebosanan yang pernah kita alami ataupun yang sampai sekarang kita alami.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bosan adalah suatu kata sifat yang berarti sudah tidak suka lagi karena sudah terlalu sering atau banyak; jemu. Pada awalnya ketika seseorang memiliki suatu pengalaman baru dari apa yang dia sedang alami, dia akan sangat antusias. Tetapi, apabila itu terus rutin dilakukan dan tidak ada suatu kreativitas yang berkembang, maka pasti akan timbul rasa bosan. Bila bosan sudah melanda, orang sudah tidak lagi punya keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut, yang pada awalnya ia sangat antusias.
Apakah mengalami kebosanan merupakan suatu hal yang wajar? Di dalam dunia berdosa, dan kita sebagai manusia berdosa, mengalami rasa bosan itu wajar. Tetapi sangat tidak wajar bila sebagai orang Kristen yang sudah mengaku telah ditebus oleh darah Kristus, sudah mengalami kelahiran kembali, tetap menerima rasa bosan itu dengan kewajaran tanpa memiliki suatu inisiatif untuk menerobos, menebus kebosanan tersebut. Melalui penebusan Kristus kita dimampukan untuk hidup menerobos kehidupan kita yang lama termasuk kebosanan kita. Rasa bosan muncul karena hidup tidak memiliki tujuan dan hanya melakukan tugas kewajiban tanpa gairah di dalamnya. Orang yang sudah ditebus oleh darah Kristus punya kesadaran bahwa hidupnya adalah untuk kemuliaan Tuhan, maka tujuan dari seluruh hidupnya, tindak tanduknya, seluruh apa yang dikerjakannya adalah untuk kemuliaan Tuhan. Seluruh pekerjaan yang dijalaninya, tidak dijalankan hanya sebatas rutinitas, melainkan ia menjadikannya hidup dan bergairah dengan memikirkan penerobosan demi penerobosan apa yang bisa dikerjakannya untuk lebih maju dari sebelumnya. Dan tentu saja ia harus bergumul apakah itu sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Bila ini dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, akankah timbul rasa bosan? Tentu saja TIDAK… bosan itu akan dengan sendirinya menyingkir. Dan bila kedagingan kita yang berdosa ini mulai “merayu” dengan rasa bosan… kita akan sanggup mengatasinya karena tujuan kita bukan berhenti di pekerjaan itu tetapi pada kemuliaan Allah.
Jadi, mau tidak bosan? Bawalah seluruh yang kita kerjakan untuk diarahkan bagi kemuliaan Tuhan dan bukan bagi diri atau bagi pekerjaan itu sendiri. Langkah awal apa yang harus dilakukan? Jawaban klasik: bacalah firman Tuhan, biarkan Dia menuntunmu, dan belajarlah taat.