Pada suatu dari Minggu pagi, sama seperti minggu-minggu sebelumnya,
saya pergi ke gereja dengan menggunakan kendaraan. Pagi itu merupakan
pagi yang sejuk dan tenang. Tetapi dengan tidak disangka, di tengah
ketenangan itu saya menyaksikan suatu kejadian yang sangat tidak
menyenangkan. Saya melihat ada motor yang melaju dengan kencang ke arah
motor yang lain. Lalu si pengemudi motor yang kencang itu mengulurkan
tangannya dan merampas tas dari tangan penumpang motor yang diincarnya
itu.
Saya tidak habis pikir bahwa masih saja ada orang yang sangat tega, yang pekerjaan sehari-harinya mencari mangsa untuk menjambret orang yang tidak berdaya. Namun, kejadian ini menyadarkan saya akan realitas hidup yang sesungguhnya. Sama seperti si penjambret tadi, itulah yang dilakukan Iblis dalam kehidupan orang-orang percaya: dia selalu siap sedia mencari mangsa dan merenggut apa saja yang bisa direnggutnya dari kehidupan orang Kristen. Apa yang direnggut sih? Yang paling sering dicuri adalah waktu kita (masa muda), karena Iblis tahu bahwa masa muda adalah masa yang sangat penting. Sama seperti penumpang yang menjadi korban di tengah suasana yang tenang, kita pun sering kecolongan justru ketika kita sedang merasa aman-aman saja bukan? Ketika kita menganggap kita punya banyak waktu, di situlah justru kita tidak menggunakan waktu yang ada dengan bijaksana. Mengapa? Karena di tengah-tengah rasa aman itulah we let our guards down.
Kita bisa bersusah hati ketika barang berharga kita hilang, tetapi mengapa kita merasa fine-fine saja ketika waktu hidup kita terbuang dengan sia-sia? Padahal kita tahu jelas bahwa waktu yang sudah hilang tidak bisa kembali. Iblis sedang mencuri waktu kita, tetapi kita merasa baik-baik saja. Ini sungguh ironis. Janganlah kita terus melihat apa yang kelihatan oleh mata jasmani kita saja, tetapi mintalah kepada Tuhan agar kita diberikan mata rohani yang jeli: untuk bisa membedakan mana yang tidak boleh hilang dalam hidup ini dan mana yang boleh. Janganlah masa muda kita terbuang dengan sia-sia, tetapi marilah kita berdoa agar kita boleh tetap stay alert dan setia menggunakan anugerah waktu yang Tuhan berikan. Hidup di dunia ini hanya sekali saja. Oleh sebab itu, marilah kita hidupi setiap momen yang ada sekarang dengan penuh tanggung jawab di hadapan Pencipta kita.
Saya tidak habis pikir bahwa masih saja ada orang yang sangat tega, yang pekerjaan sehari-harinya mencari mangsa untuk menjambret orang yang tidak berdaya. Namun, kejadian ini menyadarkan saya akan realitas hidup yang sesungguhnya. Sama seperti si penjambret tadi, itulah yang dilakukan Iblis dalam kehidupan orang-orang percaya: dia selalu siap sedia mencari mangsa dan merenggut apa saja yang bisa direnggutnya dari kehidupan orang Kristen. Apa yang direnggut sih? Yang paling sering dicuri adalah waktu kita (masa muda), karena Iblis tahu bahwa masa muda adalah masa yang sangat penting. Sama seperti penumpang yang menjadi korban di tengah suasana yang tenang, kita pun sering kecolongan justru ketika kita sedang merasa aman-aman saja bukan? Ketika kita menganggap kita punya banyak waktu, di situlah justru kita tidak menggunakan waktu yang ada dengan bijaksana. Mengapa? Karena di tengah-tengah rasa aman itulah we let our guards down.
Kita bisa bersusah hati ketika barang berharga kita hilang, tetapi mengapa kita merasa fine-fine saja ketika waktu hidup kita terbuang dengan sia-sia? Padahal kita tahu jelas bahwa waktu yang sudah hilang tidak bisa kembali. Iblis sedang mencuri waktu kita, tetapi kita merasa baik-baik saja. Ini sungguh ironis. Janganlah kita terus melihat apa yang kelihatan oleh mata jasmani kita saja, tetapi mintalah kepada Tuhan agar kita diberikan mata rohani yang jeli: untuk bisa membedakan mana yang tidak boleh hilang dalam hidup ini dan mana yang boleh. Janganlah masa muda kita terbuang dengan sia-sia, tetapi marilah kita berdoa agar kita boleh tetap stay alert dan setia menggunakan anugerah waktu yang Tuhan berikan. Hidup di dunia ini hanya sekali saja. Oleh sebab itu, marilah kita hidupi setiap momen yang ada sekarang dengan penuh tanggung jawab di hadapan Pencipta kita.