Devotion from 2 Raja-raja 2:1-25
Menjelang akhir hidupnya di dunia ini, Elia menjalani beberapa tempat penting di Israel. Semua tempat penting ini berkait erat dengan kedatangan pertama Israel di bawah kepemimpinan Yosua. Elia dan Elisa berjalan dari Gilgal, kemudian menuju Betel, lalu Yerikho, hingga akhirnya tiba di sungai Yordan. Pada zaman Yosua, Gilgal adalah tempat Israel berkemah ketika mereka sedang melakukan perang untuk menaklukkan seluruh Kanaan (Yos. 5:10; 9:6), dan juga tempat mereka memperbarui perjanjian dengan melakukan sunat (Yos. 5:9). Kemudian Betel adalah tempat kedua yang ditaklukkan Israel (kota Ai) setelah sebelumnya sempat dikejar dan dipukul kalah oleh orang Ai (Yos. 8:16-18). Lalu Yerikho adalah tempat kemenangan pertama Israel di tanah Kanaan (Yos. 6:20-21). Bagaimana dengan sungai Yordan? Sungai Yordan adalah tempat masuknya Israel ke tanah Kanaan. Ketika mereka masuk, Tuhan memberikan tanda dengan membelah aliran sungai Yordan supaya orang Israel dapat berjalan di tanah yang kering (Yos. 3:15-16). Tempat-tempat pertama Israel menginjakkan kaki ke Kanaan ini menjadi tempat yang penting untuk tanda peralihan dari Elia kepada Elisa. Mengapa penting? Jikalau pada waktu Israel datang, mereka disertai oleh tabut perjanjian, yang melambangkan penyertaan Allah. Mereka masuk ke Kanaan dengan terbelahnya sungai Yordan ketika tabut itu beserta orang-orang yang memikulnya tiba di sungai tersebut. Ini menandakan bahwa Tuhan menyatakan kehadiran-Nya masuk ke tanah Kanaan. Sekarang pada zaman Elia, dia pergi ke tempat-tempat seperti Gilgal, Betel, dan Yerikho, kemudian dia melewati sungai Yordan yang terbelah ketika dia memukulkan jubahnya (ay. 8). Ini adalah lambang Allah meninggalkan Kanaan, yaitu daerah Israel. Tuhan sudah tidak mau menyertai Israel sehingga Dia menyeberang keluar Israel, dan ini dilambangkan dengan perginya Elia keluar dari Israel. Tuhan meninggalkan umat-Nya? Apakah ini mungkin? Ya. Dia menyatakan kemuliaan-Nya meninggalkan Bait Suci sebelum menghancurkan Bait Suci (Yeh. 10:18-19). Dia juga menyatakan kemuliaan-Nya meninggalkan Israel sebelum menyerahkan mereka ke tempat pembuangan. Itulah sebabnya Elia pergi meninggalkan dunia ini dengan naik kereta berapi dan kuda berapi. Ini adalah kendaraan yang dinaiki kemuliaan Allah meninggalkan Israel dan akhirnya kembali ke surga. Kemuliaan yang disimbolkan dengan Elia.
Ayat 3-5 mengatakan bahwa baik para nabi di Betel dan Yerikho, maupun Elisa, telah mengetahui bahwa Elia akan segera diangkat oleh Tuhan. Maka setelah mereka sampai ke seberang sungai Yordan, Elia menanyakan apakah yang ingin diminta oleh Elisa. Elisa menjawab bahwa dia ingin dua bagian roh Elia. Dua bagian ini adalah hak anak sulung dalam menerima warisan (Ul. 21:17). Elisa ingin menjadi penerus Elia. Hal ini adalah sesuatu yang sulit. Mengapa? Karena Elia tahu bahwa Tuhan akan meninggalkan Israel. Bahkan pengangkatan Elisa pun adalah untuk menghabisi bangsa Israel (1Raj. 19:16-17). Jika Elisa menjadi penerus Elia, bukankah itu berarti Tuhan akan bekerja untuk menyatakan tanda-tanda yang akan memanggil Israel kembali kepada Dia? Akankah Dia memberikan kesempatan sekali lagi melalui Elisa? Maka Elia mengatakan bahwa permintaan itu sulit untuk dikabulkan, tetapi Elia tetap membuka kemungkinan Tuhan akan terus bekerja memakai Elisa untuk memanggil kembali umat-Nya. Tetapi itu hanya akan terjadi kalau Elisa dapat melihat Elia terangkat.
Bagian selanjutnya mengatakan bahwa Elisa memang melihat Elia terangkat. Ini berarti Tuhan tetap mau memanggil kembali Israel untuk bertobat kembali pada-Nya. Tuhan masih memberikan kesempatan. Tetapi kesempatan itu adalah kesempatan yang banyak dimanfaatkan orang-orang kecil dan juga orang kafir seperti Naaman. Elisa banyak melakukan mujizat di tengah-tengah golongan nabi yang miskin. Dia juga menolong beberapa orang dengan melakukan mujizat-mujizat bagi mereka. Tetapi tetap tidak ada tanda-tanda Israel secara bangsa ingin kembali kepada Tuhan. Hanya kaum sisa yang tetap menyembah Tuhan sedangkan yang lain Tuhan biarkan untuk terus hidup di dalam keadaan kafir mereka. Bahkan setiap tanda-tanda yang dikerjakan Elisa untuk raja pun hanya sekitar kemenangan di dalam peperangan saja, tanpa adanya pertobatan ataupun dampak pertobatan yang sejati terjadi. Israel tetap meninggalkan Tuhan dan hanya tinggal menunggu waktu sebelum mereka benar-benar dibuang oleh Tuhan.
Ayat 16 mengatakan bahwa ada orang-orang dari golongan nabi yang ingin mencari mayat Elia. Mungkin saja Tuhan melemparkan Elia dan dia mati di salah satu tempat di gunung atau lembah. Elisa mengatakan bahwa mereka tidak akan bertemu mayat Elia. Keberadaan Elia yang menjadi tanda penyertaan Tuhan membuat Tuhan tidak mengizinkan mayat Elia sekalipun untuk berada di tengah-tengah Israel. Setelah pencarian yang tidak berhasil itu, narasi ayat 19 dan seterusnya membahas tanda-tanda kenabian Elisa dengan mengisahkan mujizat-mujizat yang dikerjakan olehnya. Mujizat pertama adalah membuat air Yerikho kembali menjadi sehat. Mujizat apakah ini? Ini adalah mujizat sekaligus tanda pemulihan yang Tuhan sedang kerjakan. Di dalam Yosua 6:26 dikatakan bahwa orang yang membangun kembali kota Yerikho akan terkutuk dan akan kehilangan anak sulung dan anak bungsunya. Ternyata para penduduk kota juga terkena dampak dari kutuk ini karena mereka pun kehilangan anak-anak yang belum dilahirkan karena ibu mereka mengalami keguguran. Tuhan berfirman melalui Elisa (ay. 21) bahwa Dia sudah membersihkan segala bentuk kutuk itu dengan memulihkan kembali air di kota Yerikho. Untuk siapakah pemulihan ini? Untuk penduduk Yerikho. Pemulihan dari kutuk yang sebelumnya diberikan. Ini adalah tanda kemurahan Tuhan bagi orang-orang yang dikasihani-Nya. Bahkan kutukan dosa pun akan Dia bersihkan jika Dia memang ingin mengasihani orang-orang yang terkena kutuk itu. Israel masih mendapatkan pengharapan jikalau mereka sungguh-sungguh kembali kepada Dia karena Dia sanggup mengubah keadaan orang yang terkutuk menjadi bebas dari kutuk.
Bagian selanjutnya adalah bagian hukuman yang mengerikan bagi orang-orang yang menghina sang nabi Allah ini. Ayat 23 mengatakan bahwa ada anak-anak dari kota Betel yang menghina Elisa. Anak-anak yang dimaksud di sini adalah yang berusia antara 12-30 tahun. Anak muda, bukan anak-anak kecil. Para remaja atau pemuda ini menghina Elisa karena sekarang Elia sudah tidak ada lagi. Mereka mengatakan kepada Elisa untuk naik ke atas (menyusul Elia) karena sekarang dia tidak sanggup melakukan apa-apa tanpa Elia. Mereka juga menyebut Elisa dengan sebutan “botak”. Mungkin Elisa mencukur kepalanya sebagai tanda berduka karena Elia telah pergi. Hinaan para pemuda ini adalah karena mereka tidak percaya kalau Elisa mampu melakukan sesuatu tanpa Elia. Lebih baik dia pergi menyusul gurunya itu. Tetapi Elisa mengutuk mereka dan Tuhan mengirim dua ekor beruang besar untuk mencabik-cabik 40 orang dari mereka. Inilah hukuman Tuhan bagi mereka yang menghina Tuhan. Hinaan kepada orang yang menyatakan firman mewakili Tuhan adalah hinaan yang ditujukan kepada Tuhan. Jika kita adalah pelayan Tuhan dan orang lain menghina kita, biarlah kita ingat bahwa Tuhanlah yang merasa terhina karena hinaan itu. Dialah yang akan bertindak ketika nama hamba-Nya yang dipilih-Nya untuk mewakili Dia dihina.
Untuk direnungkan
Tuhan melakukan segala tanda yang diperlukan sehingga orang tidak mungkin salah dalam mengenal Elisa sebagai nabi pengganti Elia. Mengapa Tuhan melakukan hal-hal ini? Agar umat-Nya menghormati Dia dengan menghormati firman yang diucapkan atas nama Dia. Ketika para hamba Tuhan berkhotbah, mereka sedang mewakili Allah yang berbicara. Ketika orang yang dipilih-Nya untuk berbicara diabaikan atau malah dihina, maka hinaan itu adalah hinaan yang ditunjukkan kepada Tuhan. Jangan menjadi tuli seperti Israel, yang walaupun mendapatkan kesempatan berikut melalui Elisa, tetap mengabaikan, bahkan menghina sang nabi Tuhan itu.