Yoas, raja Yehuda

Devotion from 2 Raja-raja 12:1-21

Penjelasan
Yoas adalah raja yang sangat mudah dipengaruhi. Selama ada pengaruh baik dari imam yang setia kepada Tuhan, yaitu imam Yoyada, dia menjadi raja yang juga setia kepada Tuhan. Dia bahkan mempunyai kerinduan yang besar untuk memperbaiki rumah Tuhan. Kegigihannya ini adalah kegigihan akibat pengaruh dari Yoyada. Betapa besar pengaruh dari pengertian akan kebenaran digabungkan dengan semangat memperjuangkan kebenaran itu. Kegigihan Yoyada untuk berjuang demi nama Tuhan mempunyai pengaruh besar sehingga Yoas setia kepada Tuhan seumur hidup Yoyada. Kegigihan yang – sayangnya – hanya memengaruhi Yoas dalam semangat, kegigihan, dan kegiatan yang luar biasa, tetapi tidak memengaruhi dia secara iman. Yoas tidak pernah sungguh-sungguh memelihara iman yang sejati. 2 Tawarikh 24:22 mengatakan bahwa Yoas bertanggung jawab untuk kematian anak imam Yoyada, yaitu Zakharia, yang Tuhan bangkitkan untuk memberikan peringatan kepada Yoas karena Yoas telah meninggalkan Tuhan setelah kematian Yoyada.

Perubahan Yoas ternyata berasal dari para petinggi Yehuda (2Taw. 24:17-18). Ini memberi bukti bahwa penyimpangan yang dilakukan pada zaman Ahazia dan pengaruh dari Atalya memberikan bekas yang sangat sulit untuk dihapuskan. Sangat sulit membelokkan kembali mental penyembahan berhala yang dimiliki oleh Israel dan Yehuda sekali mereka sudah tercemar. Teks-teks bacaan dalam kitab-kitab sejarah menunjukkan hal itu. Di saat kita merasa Tuhan sudah bekerja membersihkan semuanya itu, ternyata masih ada sisa-sisa kejahatan yang Tuhan izinkan. Inilah yang menjadi jerat bagi kerajaan Yoas dan bagi sang raja sendiri. Raja muda yang sejak kanak-kanak sudah memerintah itu telah kehilangan Yoyada. Sekarang, setelah suara kenabian dari imam Yoyada hilang, Yoas tidak berpaut kepada kebenaran hukum Tuhan. Dia memalingkan telinganya dan mendengar setiap dusta dari para penyembah berhala yang ada di sekitar dia. Ternyata reformasi yang dilakukan oleh Yoyada belum tuntas. Masih banyak pekerjaan yang belum sempat dilakukan, misalnya pembacaan kembali Taurat dan kembali melakukan perayaan-perayaan agama dan mengembalikan identitas seluruh bangsa sebagai umat Tuhan. Ini semua belum sempat dilakukan. Yoyada hanya sempat membersihkan para penyembah berhala. Dia meruntuhkan, tetapi tidak sempat membangun kembali. Yoas membangun rumah Allah secara fisik, tetapi tidak membangun seluruh bangsa di dalam ketaatan, komitmen, dan kesetiaan melakukan seluruh firman Tuhan. Yehuda hanya mengikat perjanjian untuk menghancurkan segala berhala, tetapi mereka tidak diarahkan untuk melakukan penyembahan sesuai dengan yang Tuhan perintahkan. Mereka masih memiliki lubang di dalam ketaatan mereka karena tetap menjalankan ibadah mereka sesuai kebiasaan lama, bukan sesuai cara Tuhan (2Raj. 12:3).

Kesalahan yang sepertinya kecil itu ternyata berefek besar. Karena tidak ada ketaatan kepada Tuhan di setiap aspek, maka aspek penyembahan kepada Tuhan lagi-lagi menjadi menyeleweng. Celah yang dibiarkan ini akhirnya menjadi merusak. Sekarang para tua-tua memengaruhi Yoas dan dia meninggalkan Tuhan. Setiap kali seorang raja meninggalkan Tuhan, akibat yang terjadi pasti memengaruhi seluruh bangsanya. Pelanggaran seorang raja tidak hanya akan merusak dirinya atau keluarganya, melainkan seluruh kerajaannya. Tuhan menghukum Yehuda dan Yerusalem dan mengirimkan Hazael, raja Aram untuk memerangi mereka. Di dalam 2 Tawarikh 24:23 dikatakan bahwa raja Aram hanya datang dengan sedikit orang saja, tetapi mereka sukses menaklukkan Yoas. Maka Yoas terpaksa mengumpulkan segala kekayaan dari istananya dan dari rumah Tuhan untuk membayar upeti kepada raja Aram (2Raj. 12:18). Dia juga mengalami kekalahan dan terluka oleh karena serangan orang Aram itu (2Taw. 24:25). Pada akhirnya dia harus membayar harga karena membunuh anak imam Yoyada. Raja Yoas dibunuh oleh pegawai-pegawainya sendiri setelah 40 tahun bertakhta di Yerusalem.

Untuk direnungkan:
Ada perbedaan yang besar antara tindakan pertobatan dengan pertobatan sejati. Orang dapat melakukan tindakan pertobatan tetapi belum sungguh-sungguh bertobat. Ini terjadi pada Yoas. Jika kita melakukan segala tindakan yang baik, bahkan sangat giat, ini tidak berarti kita telah sungguh-sungguh bertobat. Yoas melakukan segala tindakan ini karena pengaruh dari orang yang sangat dia kagumi, yaitu Yoyada. Tetapi dia tidak mewarisi iman Yoyada. Mewarisi tindakan, tetapi tidak mewarisi iman. Ini sayang sekali. Paulus di dalam surat kepada Timotius mengatakan bahwa Timotius mewarisi iman yang ada pada neneknya dan ibunya (1Tim. 1:5). Setelah mengatakan bahwa Timotius telah sungguh-sungguh mewarisi iman, Paulus memerintahkan dia untuk terus memperjuangkan pekerjaan Allah dengan mengobarkan karunia yang ada padanya. Iman sejati yang menggerakkan semangat pelayanan sejati. Inilah kehidupan pelayanan yang sejati. Yoyada memiliki iman yang sejati. Ini menggerakkan dia untuk bertindak dengan risiko kehilangan nyawanya sendiri. Yoyada juga, dengan iman yang sejati, mendudukkan Yoas di takhta kerajaan dan mendukung dia sambil memberikan bimbingan untuk hal-hal rohani. Tetapi Yoas hanya mengadopsi segala kegigihan tindakan Yoyada karena Alkitab mencatat dia bersemangat memperbaiki rumah Tuhan. Bersemangat melakukan sesuatu untuk Tuhan ternyata tidak berarti orang tersebut telah beriman. Orang yang sungguh-sungguh beriman tidak mungkin tidak rindu melakukan banyak hal bagi Tuhan. Tetapi orang yang tidak beriman pun dapat terlihat sedang melakukan banyak hal dengan giat bagi Tuhan. Terlihat demikian, tetapi hatinya tidak berpaut pada Tuhan.

Lalu bagaimana dengan kita sendiri? Di dalam Gerakan Reformed Injili kita dipercayakan melakukan begitu banyak pekerjaan bagi nama Tuhan. Alangkah bahagianya melihat orang-orang yang bergerak dengan giat di dalam pekerjaan-pekerjaan ini. Orang-orang yang tidak mengenal lelah terus bekerja melaksanakan apa pun yang Tuhan percayakan. Tetapi yang menakutkan adalah kalau ternyata tidak semua melakukannya dengan iman yang sungguh-sungguh dari Tuhan. Mungkin kita hanyalah raja Yoas yang bersemangat melakukan sesuatu karena terdorong semangat orang lain. Semangat orang lain, dan bukan iman orang lain. Iman yang seharusnya diadopsi pula oleh kita semua. Mungkin semangat memperbaiki rumah Tuhan dan melaksanakan pekerjaan bagi pelayanan untuk Tuhan telah menjadi budaya yang harus diikuti. Malu kalau tidak punya semangat juang yang tinggi. Tetapi semua motivasi pendorong ini membuat kita bekerja tanpa didorong oleh kerinduan yang sejati untuk kemuliaan Tuhan. Kita tidak pernah mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kita tidak pernah tahu apa yang kita kerjakan itu diperkenan Tuhan atau tidak. Yang penting secara aktivitas kita telah begitu baik dan secara etos kerja kita benar-benar unggul karena semangat yang tinggi. Tetapi, apakah keadaan iman kita yang haus dan rindu akan Tuhan yang mendorong semua itu? Jika tidak, biarlah kita bertobat. Beriman kepada Tuhan hingga kita mendedikasikan segenap hati untuk Dia, barulah dorongan sejati untuk menyenangkan Dia muncul. Jika motivasi kita melakukan semua hanya untuk menyenangkan hati Tuhan, maka kita sedang bekerja didorong oleh iman sejati.

Pertanyaan renungan:

Mengapa kita giat melayani Tuhan? Apakah karena teladan dari orang lain? Atau karena budaya di lingkungan gereja kita memang seperti itu?Bayangkanlah jika keadaannya berbeda. Jika gereja kita lesu dan tidak ada gerakan apa-apa, dan tidak ada orang yang menyemangati kita dengan teladannya untuk bergiat bagi Tuhan. Masihkah kita giat bagi Tuhan?Apakah kita telah digerakkan oleh iman yang sejati sehingga motivasi hanya menyenangkan Tuhan menjadi satu-satunya motivasi bagi kita?