Devotion from 2 Raja-raja 13:1-25
Penjelasan
Pasal 13 mengisahkan dua orang raja Israel, Yoahas dan Yoas, dan juga memasukkan narasi singkat mengenai kematian Elisa. Sejak mengurapi Yehu, Elisa seperti keluar dari catatan Kitab ini. Seolah sang penulis ingin mengatakan bahwa sekarang gambaran mengenai sejarah Israel dilukiskan dengan fokus perhatian yang berbeda. Sekarang fokus perhatian ada pada keluarga Yehu. Setelah Yehu mati, maka Yoahas anak Yehu menjadi raja menggantikan dia. Baik Yoahas ataupun anaknya kemudian, Yoas, kedua raja Israel ini mengalami peperangan dengan Hazael, raja Aram. Keduanya pun sama-sama ditaklukkan lalu dibebaskan kembali oleh Tuhan. Keduanya sebenarnya tidak berdaya karena Hazael, tetapi ayat 4 dan ayat 23 mengatakan bahwa Tuhan masih memberikan belas kasihan-Nya bagi Israel. Itulah sebabnya dia tidak membuang mereka. Apakah rencana Tuhan yang Dia nyatakan di dalam 1 Raja-raja 19:17? Bukankah Tuhan berencana memusnahkan Israel? Ya. Tetapi belas kasihan-Nya juga tetap Dia janjikan di dalam ayat 18. Tuhan belum akan menghancurkan Israel dengan membuang mereka. Tuhan masih memberikan kesempatan kepada mereka untuk berbalik kepada Tuhan. Maka, meskipun Dia mengutus Hazael menyerang dan menaklukkan Israel, Tuhan masih membiarkan Israel diam di tanahnya karena kesabaran Tuhan bagi mereka.
Bahkan janji Tuhan bagi Israel pun diberikan di dalam nubuat yang diberikan melalui Elisa. Ayat 18-19 mengatakan bahwa Tuhan memutuskan untuk memberikan kesempatan kepada Israel untuk memukul balik Aram. Tuhan masih akan memberikan kemenangan kepada mereka. Dengan cara yang tidak biasa, yaitu memukulkan anak-anak panah ke tanah, menjadi tanda berapa kali Israel akan memukul Aram. Ini bagian yang sangat unik. Memukulkan panah-panah ke tanah bukan saja menjadi tanda kemenangan, tetapi juga menjadi dasar berapa kali pertempuran yang memberikan kemenangan itu akan terjadi. Tuhan memberikan kemenangan, tetapi masih dengan melihat apa yang akan diperbuat Raja Israel. Raja Israel, yaitu Yoas, akan dipakai Tuhan untuk memberikan kemenangan, tetapi hanya tiga kali. Bagian selanjutnya, dalam ayat 20-21, dicatat mujizat terakhir yang dilakukan Elisa setelah dia mati. Ketika ada mayat yang dilemparkan ke tulang belulang Elisa, tiba-tiba mayat itu hidup kembali. Orang mati (bahkan tulang-tulangnya) membangkitkan orang mati. Ini merupakan tanda bahwa Tuhan akan memberikan kebangunan ke tengah-tengah Israel yang telah mati. Tulang-belulang dihidupkan kembali oleh Tuhan. Bahkan tulang-belulang akan menjadi tanda kebangunan rohani bagi Israel (Yeh. 37:11-13). Pasal 13 kemudian ditutup dengan berita kematian Hazael dan kemenangan Yoas tiga kali atas Aram. Baik Yehu, lalu Elisa, dan Hazael kini telah mati. Kematian orang-orang yang dinubuatkan Elia (1Raj. 19:15-16) menunjukkan bahwa periode penghukuman telah lewat, dan Israel tetap mendapatkan belas kasihan Tuhan. Seluruh bagian membahas hal itu. Ketika membahas Yoahas, penulis mencatat kalimat ayat 4 mengenai belas kasihan Allah. Ketika membahas mengenai Yoas, penulis mencatat tentang nubuat Elisa bahwa dia akan menaklukkan Aram tiga kali. Ketika membahas Elisa, penulis bahkan mencatat peristiwa bangkitnya orang mati karena tulang-tulang Elisa. Semua membahas pengharapan bagi Israel yang seperti telah mati sekalipun.
Untuk direnungkan:
Penjelasan
Pasal 13 mengisahkan dua orang raja Israel, Yoahas dan Yoas, dan juga memasukkan narasi singkat mengenai kematian Elisa. Sejak mengurapi Yehu, Elisa seperti keluar dari catatan Kitab ini. Seolah sang penulis ingin mengatakan bahwa sekarang gambaran mengenai sejarah Israel dilukiskan dengan fokus perhatian yang berbeda. Sekarang fokus perhatian ada pada keluarga Yehu. Setelah Yehu mati, maka Yoahas anak Yehu menjadi raja menggantikan dia. Baik Yoahas ataupun anaknya kemudian, Yoas, kedua raja Israel ini mengalami peperangan dengan Hazael, raja Aram. Keduanya pun sama-sama ditaklukkan lalu dibebaskan kembali oleh Tuhan. Keduanya sebenarnya tidak berdaya karena Hazael, tetapi ayat 4 dan ayat 23 mengatakan bahwa Tuhan masih memberikan belas kasihan-Nya bagi Israel. Itulah sebabnya dia tidak membuang mereka. Apakah rencana Tuhan yang Dia nyatakan di dalam 1 Raja-raja 19:17? Bukankah Tuhan berencana memusnahkan Israel? Ya. Tetapi belas kasihan-Nya juga tetap Dia janjikan di dalam ayat 18. Tuhan belum akan menghancurkan Israel dengan membuang mereka. Tuhan masih memberikan kesempatan kepada mereka untuk berbalik kepada Tuhan. Maka, meskipun Dia mengutus Hazael menyerang dan menaklukkan Israel, Tuhan masih membiarkan Israel diam di tanahnya karena kesabaran Tuhan bagi mereka.
Bahkan janji Tuhan bagi Israel pun diberikan di dalam nubuat yang diberikan melalui Elisa. Ayat 18-19 mengatakan bahwa Tuhan memutuskan untuk memberikan kesempatan kepada Israel untuk memukul balik Aram. Tuhan masih akan memberikan kemenangan kepada mereka. Dengan cara yang tidak biasa, yaitu memukulkan anak-anak panah ke tanah, menjadi tanda berapa kali Israel akan memukul Aram. Ini bagian yang sangat unik. Memukulkan panah-panah ke tanah bukan saja menjadi tanda kemenangan, tetapi juga menjadi dasar berapa kali pertempuran yang memberikan kemenangan itu akan terjadi. Tuhan memberikan kemenangan, tetapi masih dengan melihat apa yang akan diperbuat Raja Israel. Raja Israel, yaitu Yoas, akan dipakai Tuhan untuk memberikan kemenangan, tetapi hanya tiga kali. Bagian selanjutnya, dalam ayat 20-21, dicatat mujizat terakhir yang dilakukan Elisa setelah dia mati. Ketika ada mayat yang dilemparkan ke tulang belulang Elisa, tiba-tiba mayat itu hidup kembali. Orang mati (bahkan tulang-tulangnya) membangkitkan orang mati. Ini merupakan tanda bahwa Tuhan akan memberikan kebangunan ke tengah-tengah Israel yang telah mati. Tulang-belulang dihidupkan kembali oleh Tuhan. Bahkan tulang-belulang akan menjadi tanda kebangunan rohani bagi Israel (Yeh. 37:11-13). Pasal 13 kemudian ditutup dengan berita kematian Hazael dan kemenangan Yoas tiga kali atas Aram. Baik Yehu, lalu Elisa, dan Hazael kini telah mati. Kematian orang-orang yang dinubuatkan Elia (1Raj. 19:15-16) menunjukkan bahwa periode penghukuman telah lewat, dan Israel tetap mendapatkan belas kasihan Tuhan. Seluruh bagian membahas hal itu. Ketika membahas Yoahas, penulis mencatat kalimat ayat 4 mengenai belas kasihan Allah. Ketika membahas mengenai Yoas, penulis mencatat tentang nubuat Elisa bahwa dia akan menaklukkan Aram tiga kali. Ketika membahas Elisa, penulis bahkan mencatat peristiwa bangkitnya orang mati karena tulang-tulang Elisa. Semua membahas pengharapan bagi Israel yang seperti telah mati sekalipun.
Untuk direnungkan:
- Hal yang dapat kita renungkan bersama-sama adalah seruan pertobatan yang dipanjatkan Yoahas. Raja Yoahas memohon belas kasihan Tuhan karena beratnya penindasan Hazael. Hazael benar-benar menghancurkan Israel dengan kekejaman yang sangat tinggi. Karena kekejaman itulah Tuhan berbalik memberikan belas kasihan kepada Israel. Demikian juga kita semua. Kita tidak sedang berperang melawan raja Hazael, tetapi kita semua sedang berperang melawan godaan dosa. Biarlah kita belajar untuk senantiasa datang kepada Tuhan dan memohon belas kasihan-Nya untuk menolong kita menang atas dosa. Biarlah kita menyadari betapa terdesaknya keadaan kita. Biarlah kita ingat betapa merusaknya dosa. Biarlah kita merasa benar-benar sadar akan kebutuhan pengampunan Tuhan, barulah kita benar-benar bisa meminta belas kasihan kepada Tuhan. Kita memohon belas kasihan-Nya untuk menolong kita yang tidak sanggup mengalahkan dosa.
- Hal kedua yang menjadi renungan kita untuk hari ini adalah bahwa hukuman Tuhan diberikan bukan saja karena kemarahan Tuhan terhadap dosa-dosa Israel, tetapi juga karena Tuhan menginginkan umat-Nya menyadari betapa besar mereka telah bersalah kepada Tuhan sehingga mereka bertobat dan memohon pengampunan-Nya. Inilah yang diperlukan agar Yoahas sadar bahwa dia dan bangsanya sudah jauh meninggalkan Tuhan. Kesadaran ini membuat Yoahas berseru memohon pertolongan Tuhan. Ini jugalah yang kita perlukan ketika hati kita sudah begitu bebal dalam berbuat dosa. Di saat tangan Tuhan berat menghukum barulah kita menyadari betapa jauh kita telah meninggalkan Dia. Inilah yang kita perlu ingat, bahwa di tengah-tengah beratnya tangan Tuhan yang menekan, seruan pertobatan dan minta tolong kita tidak pernah akan terhalang untuk didengar oleh-Nya.
- Hal ketiga yang dapat kita pelajari adalah mengenai kesetiaan Tuhan terhadap perjanjian-Nya melampaui rancangan murka-Nya. 1 Raja-raja 19:17 adalah rancangan murka Tuhan. Dia begitu marah kepada Israel sehingga Dia berfirman kepada Elia bahwa orang-orang seperti Hazael, Yehu, dan Elisa akan Dia pakai untuk menghukum Israel. Tetapi 2 Raja-raja 13:23 mengatakan bahwa Tuhan mengingat janji-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub sehingga Dia tidak jadi memusnahkan Israel. Dia belum mau membawa umat-Nya ke dalam pembuangan karena belas kasihan-Nya dan karena mengingat janji-Nya kepada Abraham. Jika perkataan di dalam 1 Raja-raja 19:17 adalah perkataan murka, maka Tuhan di dalam 2 Raja-raja telah mengubah rencana ini dengan tindakan yang jauh lebih lunak. Yang terjadi bukanlah yang luput dari pedang Hazael akan dibunuh Yehu, dan yang luput dari Yehu akan dibunuh Elisa, tetapi yang terjadi adalah Yehu memusnahkan seluruh keluarga Ahab, Hazael menghancurkan Israel dengan dahsyat tetapi tidak mengalahkan mereka, dan Elisa malah Tuhan pakai untuk mengerjakan tanda-tanda dan bukti penyertaan Tuhan bagi Israel. Tuhan benar-benar masih memberikan kesempatan sekali lagi bagi Israel. Dia telah menyatakan kemuliaan-Nya naik bersama dengan Elia, tetapi ternyata Dia masih berkenan untuk menyertai Israel sekali lagi melalui Elisa. Biarlah kesabaran Tuhan kita ingat untuk membuat kita makin mengagumi Dia dan meninggalkan semua dosa-dosa kita dengan rela. Jangan permainkan kesabaran Tuhan karena setiap kali Dia menyatakan kesabaran-Nya, Dia sedang memanggil kita semua untuk bertobat dan kembali kepada Dia. Maksud kesabaran Tuhan adalah menuntun kita semua ke dalam pertobatan (Rm. 2:4). Dan betapa besarnya karya Tuhan memperbaiki orang yang mau bertobat kepada Dia. Bacaan kita hari ini memberikan contoh bahkan ketika sang nabi Elisa sudah tinggal tulang belulang dan orang Israel sudah seperti mayat yang dilemparkan begitu saja ke kuburan, ternyata Tuhan sanggup memberikan hidup. Tuhan sanggup memperbaiki Israel walaupun keadaan mereka seperti tulang belulang saja. Tuhan sanggup memperbaiki hidup kita walaupun keadaan kita waktu bertobat dan datang kepada Dia adalah seperti orang tanpa harapan sama sekali.
- Sadarkah kita akan kegagalan kita berjuang meninggalkan dosa dan hidup bagi Tuhan? Berkali-kali mencoba tetapi kembali jatuh? Sudahkah kita datang kepada-Nya dengan sungguh-sungguh dan memohon pengampunan dan kekuatan dari Tuhan untuk diberi kekuatan melawan cara hidup yang sia-sia?
- Sudahkah kita memiliki hati yang peka dan menyadari betapa mudah kita menjauh dari Tuhan dan terjerumus dalam dosa?
- Sudahkah kita memahami bahwa ketika Tuhan memperbaiki umat-Nya, Dia memperbaiki mereka dari keadaan rusak yang sangat parah sehingga sepertinya tidak ada harapan?