“Bertanya” beda artinya dengan “mempertanyakan”. Bertanya muncul dari
ketidaktahuan dan ingin menjadi tahu dengan tujuan untuk mengikuti,
menerima, dan menaati hasil dari jawaban yang ditanyakan itu. Sedangkan
mempertanyakan adalah tindakan bertanya yang ketika tidak bisa menerima
jawaban diberikan kepadanya, bahkan meragukannya. Jadi tujuan dari orang
yang mempertanyakan tersebut sebenarnya adalah untuk menilai apakah hal
itu sesuai dengan jalan pikirannya atau tidak, sesuai dengan yang
diinginkannya atau tidak, sesuai dengan kebenaran yang dianutnya atau
tidak. Lalu bagaimanakah seharusnya sikap orang Kristen terhadap firman
Tuhan yang didengarnya? Bertanya atau mempertanyakan?
Orang yang ingin mempelajari firman Tuhan atau mendengarkan pemberitaan firman Tuhan pastilah akan bertanya karena banyak hal yang belum dipahami dari yang didengarnya. Tetapi pertanyaannya adalah muncul karena kerinduan untuk ingin tahu yang kemudian belajar taat meski saat itu ia belum mengerti secara sepenuhnya. Mungkin akan dimulai dengan hanya sekadar menghafalkan istilah-istilah yang baru didengarnya, atau mengutip beberapa gagasan untuk dimasukkan ke dalam pendapat-pendapatnya, dan lain sebagainya. Inilah sikap yang benar. Tidak semua hal ditanyakan akan terjawab dengan memuaskan berdasarkan pikiran kita yang terbatas dan sudah tercemar dosa ini. Tetapi bila kita belajar untuk percaya dan menundukkan diri untuk hidup taat dari setiap firman yang sampai kepada kita, maka kita akan bertumbuh, dan seiring dengan pertumbuhan rohani kita itu pulalah kita akan perlahan makin hari makin mengerti.
Berbeda dengan sikap mempertanyakan. Mempertanyakan muncul dari sikap skeptis dan tidak ingin tunduk kepada apa yang didengarnya. Ia menjadi penentu terhadap jawaban yang diinginkannya. Ketika itu tidak memuaskannya, maka ia tidak bisa menerima jawaban itu sebagai kebenaran, sehingga ia tidak merasa harus tunduk kepada kebenaran tersebut, apalagi jalankan. Orang yang demikian sesungguhnya sulit untuk bertumbuh di hadapan Tuhan. Kesombongan atas pikirannya membuat dia tidak bisa bertumbuh sekalipun ia memiliki berbagai pengetahuan yang menumpuk di kepalanya. Kita perlu memohon kerendahan hati dari Tuhan untuk rela menundukkan diri di bawah kebenaran firman Tuhan dan belajar menaatinya. [DS]
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2Tim. 3:16)
Orang yang ingin mempelajari firman Tuhan atau mendengarkan pemberitaan firman Tuhan pastilah akan bertanya karena banyak hal yang belum dipahami dari yang didengarnya. Tetapi pertanyaannya adalah muncul karena kerinduan untuk ingin tahu yang kemudian belajar taat meski saat itu ia belum mengerti secara sepenuhnya. Mungkin akan dimulai dengan hanya sekadar menghafalkan istilah-istilah yang baru didengarnya, atau mengutip beberapa gagasan untuk dimasukkan ke dalam pendapat-pendapatnya, dan lain sebagainya. Inilah sikap yang benar. Tidak semua hal ditanyakan akan terjawab dengan memuaskan berdasarkan pikiran kita yang terbatas dan sudah tercemar dosa ini. Tetapi bila kita belajar untuk percaya dan menundukkan diri untuk hidup taat dari setiap firman yang sampai kepada kita, maka kita akan bertumbuh, dan seiring dengan pertumbuhan rohani kita itu pulalah kita akan perlahan makin hari makin mengerti.
Berbeda dengan sikap mempertanyakan. Mempertanyakan muncul dari sikap skeptis dan tidak ingin tunduk kepada apa yang didengarnya. Ia menjadi penentu terhadap jawaban yang diinginkannya. Ketika itu tidak memuaskannya, maka ia tidak bisa menerima jawaban itu sebagai kebenaran, sehingga ia tidak merasa harus tunduk kepada kebenaran tersebut, apalagi jalankan. Orang yang demikian sesungguhnya sulit untuk bertumbuh di hadapan Tuhan. Kesombongan atas pikirannya membuat dia tidak bisa bertumbuh sekalipun ia memiliki berbagai pengetahuan yang menumpuk di kepalanya. Kita perlu memohon kerendahan hati dari Tuhan untuk rela menundukkan diri di bawah kebenaran firman Tuhan dan belajar menaatinya. [DS]
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2Tim. 3:16)