Bacaan: Lukas 2:52
Di dalam perjalanan hidupnya, Yesus pun belajar bertumbuh. Ia masuk ke dalam proses, dan setia di dalam proses. Lukas 2:41-52 mencatat bagaimana sebagai seorang anak kecil, Ia melatih dirinya; baik untuk mengerti firman, maupun untuk menerapkan pengertian yang ada ke dalam perjalanan kehidupan.
Alkitab mencatat bagaimana Tuhan pun bertumbuh; baik secara intelektual, jasmani, maupun spiritual. Ia menaruh diri-Nya di dalam sebuah proses berdisiplin untuk semua hal itu. Tanya jawab-Nya dengan para guru, ahli kitab, dan alim ulama menunjukkan betapa pada usia muda ia serius untuk belajar memahami Taurat Tuhan. Tidak mungkin bagi seorang anak berusia 12 tahun untuk dapat memberikan pertanyaan yang baik bila selama ini Ia tak memperhatikan dengan saksama apa yang diajarkan kepada-Nya. Ia memahaminya dan menghidupinya.
Apa yang ditunjukkan kanak-kanak Yesus membawa kita kepada satu pertanyaan. Mengapa Ia melatih pemahaman, kekuatan badan, dan spiritualitasnya sedemikian rupa, dan untuk apa?
Saya percaya jawabannya adalah karena Kristus ingin mempersiapkan diri untuk 3,5 tahun masa pelayanan-Nya. 30 tahun sebelumnya adalah masa-masa pembentukan yang harus ada untuk menunjang masa 3,5 tahun yang amat sangat penting. Masa 30 tahun menjadi sarana pelatihan dan pembentukan utama yang harus dikerjakan untuk membangun tiang-tiang fondasi bagi pelayanan Tuhan Yesus menuju kayu salib.
Masuk kepada refleksi kita sebagai pemuda Kristen: selama ini kita mempersiapkan hidup kita untuk apa? Mungkinkah selama ini kita hanya mempersiapkan diri kita di dalam rencana untuk membangun karir, menikah, berkeluarga, (dan lain sebagainya) saja? Tentu semua hal tersebut adalah baik. Tetapi seberapa besar porsi upaya kita di dalam mempersiapkan diri bagi Gereja Tuhan, umat Tuhan, dan Kerajaan Tuhan?
Sering kali bukan hal-hal buruk yang dipakai untuk mengalihkan hidup kita, melainkan hal-hal yang baik. Sayangnya, hal-hal yang baik itu akan berubah menjadi racun pada akhirnya. Racun yang oleh karenanya kita gagal, baik untuk mempersiapkan diri, maupun untuk menggenapkan jalan salib yang telah tersedia bagi kita.
Meninggalkan cita-cita pribadi kita memang tidak mudah. Tetapi Tuhan sudah menjanjikan, barang siapa yang mengasihi Dia lebih daripada apa yang paling ia cintai di dunia, tidak akan pernah dibuat kecewa oleh Tuhan. Dan pada akhirnya mereka boleh menemukan, bahwa tidak ada hidup yang lebih manis selain daripada hidup yang dikasihi oleh Allah.