zombie

Kita semua tentunya sudah pernah dengar yang namanya zombie. Pada umumnya kita tahu tentang zombie dari film-film horor yang kita tonton. Zombie adalah suatu makhluk fiksi yang menggambarkan re-animasi dari tubuh manusia yang sudah mati. Tubuh yang sudah mati atau mayat manusia dihidupkan lagi. Mereka tampak “hidup” karena bergerak, namun tidak memiliki roh; lebih tepatnya seperti mayat hidup. Apakah itu bisa disebut sebagai manusia? Tentu saja tidak. Namun gambaran zombie itu bisa menjadi analogi gambaran kehidupan manusia berdosa. Manusia berdosa yang telah terputus relasinya dari Allah Sang Pencipta, Sang Pemberi Hidup, bagaikan zombie di dalam hidupnya. Mengapa bisa demikian?
Alkitab mengatakan manusia diciptakan oleh Allah menurut gambar dan rupa Dia. Dibentuk-Nya manusia dari debu tanah dan dihidupkan-Nya mereka dengan hembusan nafas-Nya. Demikianlah seorang manusia yang diciptakan dengan tubuh materi dan nafas Allah atau roh. Itulah manusia! Roh berasal dari Allah memungkinkan manusia memiliki relasi dengan Sang Penciptanya. Keberadaan relasi ini tidak ada pada makhluk hidup lain selain manusia. Inilah keunikan manusia sebagai ciptaan Allah.
Namun ketika manusia jatuh ke dalam dosa, relasi manusia dengan Allah terputus total. Akibat relasi yang putus inilah manusia menjadi mati. Jadi kematian yang sesungguhnya adalah karena putusnya relasi manusia dengan Allah. Manusia tidak lagi mempunyai hidup yang takut kepada Sang Penciptanya, ia terlepas dari Sumber Pemberi Kehidupan baginya. Roh yang mati (yang terpisah dari Allah) dan tubuh yang dying; itulah kondisi manusia berdosa. Tampak memang bahwa manusia masih “hidup” dan bergerak secara badani, namun roh yang menopang tubuh untuk memiliki relasi dengan Sang Sumber Hidup telah mati. Akibatnya, kegairahan hidup untuk memuliakan Tuhan sama sekali tidak ada. Keberadaan mati seolah sedang menutupi fakta penghakiman dari Allah Sang Hakim Kekal dengan berbagai gairah hidup yang ditujukan kepada hal-hal yang fana. Keberadaan roh tanpa Sumber Hidup dengan tubuh yang dying ini persis “zombie” di dalam hidup setiap kita; menjalankan hidup tanpa relasi dengan Allah.
Bagaimana keadaan manusia seperti itu? Ya silakan Anda bayangkan sendiri, bagaimanakah manusia mati yang hidup ini bisa melakukan/mengemban tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya? Adakah harapan? Tubuh yang tidak memiliki roh, yang tak mempunyai Sumber Kehidupan, masihkah ada harapan? Jelas tidak. Manusia “zombie” ini bisa makan, bisa minum, bisa sekolah, bisa bekerja, menikah, memiliki anak, mengusahakan bisnisnya, bisa menggendong cucu, dan sebagainya, namun tidak bisa menghindari fakta yang sedang menunggunya. Si zombie suatu hari harus menghadapi fakta yang tidak bisa ditolaknya, di mana tubuhnya harus mengalami kematian menyusul kematian rohaninya. Seluruh pencapaian di dunia yang sia-sia tidak akan dibawa masuk ke dalam dunia kekal di sana. Di sana, di mana Sang Hakim kekal akan menuntut pertanggungjawaban darinya atas seluruh kepercayaan yang diberikan kepadanya, yang tidak mungkin dicapainya.
Tentu saja kita tidak ingin hidup seperti itu bukan? Kehidupan yang diisi dengan kesia-siaan demi kesia-siaan, seperti yang tercantum di dalam Kitab Pengkhotbah. Kehidupan yang hanya berjalan menuju kematian sampai kekekalan. Karena itu, hanya ada satu jalan keluar dari kesia-siaan ini, jalan kehidupan di dalam Kristus, Anak Allah yang berinkarnasi datang ke dalam dunia untuk membebaskan manusia dari kehidupan sia-sia melalui kematian-Nya di atas kayu salib dan kebangkitan-Nya. Kuasa kebangkitan Kristus telah membawa manusia keluar dari kegelapan hidup yang sia-sia menuju kepada terang hidup sehingga manusia dapat kembali hidup dengan benar dan berguna. Di dalam Dia, seluruh relasi kita dengan Allah Bapa dipulihkan, sehingga kehidupan kita menjadi benar-benar hidup di hadapan-Nya. Manusia menjadi mampu mengenal Dia, mengenal kehendak-Nya, menjalankan kehendak-Nya, dan memuliakan Dia di dalam seluruh hidupnya. Mari kembali hidup di hadapan Sang Pencipta.