Bacaan: Filipi 4:6a
Seperti yang kita ketahui, surat kepada jemaat Filipi ini ditulis oleh Paulus pada saat ia di penjara. Kemungkinan besar ia berada antara di Roma atau di Kaisarea, tidak ada yang tahu secara pasti. Tema umum dari surat ini sendiri adalah “encouragement” (menyemangati). Menyemangati dalam hal apa? Menyemangati dalam hal pertumbuhan iman jemaat Filipi. Bagaimana caranya? Dengan mengikuti teladan Paulus, sebagaimana Paulus pun mengikuti teladan Kristus sebagai contoh yang sempurna. Di surat ini, Paulus menjelaskan bagaimana yang namanya kedewasaan di dalam Kristus itu tidak terjadi secara instan, melainkan butuh proses dan kesabaran. Di surat ini, Paulus juga menjelaskan bagaimana sebagai pengikut Kristus, jemaat Filipi harusnya senantiasa bersukacita karena Kristus telah menebus mereka.
Dengan dasar pemahaman secara garis besar surat Filipi tersebut, kita masuk kepada Filipi 4:6a di mana Paulus mengajak kita untuk “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga.” Secara sudut pandang dunia, sebenarnya hal ini agak aneh, karena kalau kita lihat latar belakang ceritanya, Paulus sendiri saat itu sedang dalam kondisi dipenjarakan. Dengan adanya kemungkinan akan dihukum mati (Flp. 1:20), Paulus masih bisa-bisanya memberi semangat kepada jemaat Filipi dan menyuruh mereka untuk jangan mengkhawatirkan apa pun juga. Bahkan pada ayat 4, Paulus menyuruh mereka untuk bersukacita senantiasa. Padahal jelas-jelas Paulus sendiri sedang dalam kondisi yang mengkhawatirkan, tetapi malah menasihati jemaat Filipi supaya tidak khawatir akan suatu apa pun. Apakah nasihat Paulus ini nasihat yang kosong?
Secara kacamata dunia melihat, nasihat Paulus ini seolah tidak masuk akal. Bagaimana caranya orang, yang dirinya sendiri dalam kondisi tidak mengenakkan, tetapi masih bisa memberikan “encouragement” atau semangat kepada orang lain? Yah penjelasan terbaik akan hal ini adalah Paulus sendiri memang tidak sedang mengkhawatirkan apa pun. Ia bahkan berada dalam kondisi yang bersukacita. Di pasal 1, Paulus masih bisa bersyukur akan jemaat Filipi. Ia bersukacita melihat pemberitaan Injil. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana seseorang yang lagi di penjara dengan kemungkinan dihukum mati, masih bisa bersukacita?
Dalam Filipi 1:21 Paulus berkata, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Jelas bahwa yang membedakan Paulus dengan kebanyakan orang adalah fokus hidupnya. Paulus tidak berfokus pada dunia atau hidup itu sendiri, melainkan yang menjadi fokus hidup Paulus adalah Kristus dan pemberitaan Injil. Jadi mau dipenjarakan atau tidak, mau hidup atau mati, tidak menjadi masalah bagi Paulus, karena bagi Paulus yang penting adalah Kristus diberitakan dan dipermuliakan. Bahkan ketika mati pun, itu adalah keuntungan baginya, karena ia bisa bersama dengan Kristus. Itulah sukacita Paulus. Lalu, apakah yang kita khawatirkan dan apa yang membuat kita bersukacita dalam hidup ini?
Seperti yang kita ketahui, surat kepada jemaat Filipi ini ditulis oleh Paulus pada saat ia di penjara. Kemungkinan besar ia berada antara di Roma atau di Kaisarea, tidak ada yang tahu secara pasti. Tema umum dari surat ini sendiri adalah “encouragement” (menyemangati). Menyemangati dalam hal apa? Menyemangati dalam hal pertumbuhan iman jemaat Filipi. Bagaimana caranya? Dengan mengikuti teladan Paulus, sebagaimana Paulus pun mengikuti teladan Kristus sebagai contoh yang sempurna. Di surat ini, Paulus menjelaskan bagaimana yang namanya kedewasaan di dalam Kristus itu tidak terjadi secara instan, melainkan butuh proses dan kesabaran. Di surat ini, Paulus juga menjelaskan bagaimana sebagai pengikut Kristus, jemaat Filipi harusnya senantiasa bersukacita karena Kristus telah menebus mereka.
Dengan dasar pemahaman secara garis besar surat Filipi tersebut, kita masuk kepada Filipi 4:6a di mana Paulus mengajak kita untuk “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga.” Secara sudut pandang dunia, sebenarnya hal ini agak aneh, karena kalau kita lihat latar belakang ceritanya, Paulus sendiri saat itu sedang dalam kondisi dipenjarakan. Dengan adanya kemungkinan akan dihukum mati (Flp. 1:20), Paulus masih bisa-bisanya memberi semangat kepada jemaat Filipi dan menyuruh mereka untuk jangan mengkhawatirkan apa pun juga. Bahkan pada ayat 4, Paulus menyuruh mereka untuk bersukacita senantiasa. Padahal jelas-jelas Paulus sendiri sedang dalam kondisi yang mengkhawatirkan, tetapi malah menasihati jemaat Filipi supaya tidak khawatir akan suatu apa pun. Apakah nasihat Paulus ini nasihat yang kosong?
Secara kacamata dunia melihat, nasihat Paulus ini seolah tidak masuk akal. Bagaimana caranya orang, yang dirinya sendiri dalam kondisi tidak mengenakkan, tetapi masih bisa memberikan “encouragement” atau semangat kepada orang lain? Yah penjelasan terbaik akan hal ini adalah Paulus sendiri memang tidak sedang mengkhawatirkan apa pun. Ia bahkan berada dalam kondisi yang bersukacita. Di pasal 1, Paulus masih bisa bersyukur akan jemaat Filipi. Ia bersukacita melihat pemberitaan Injil. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana seseorang yang lagi di penjara dengan kemungkinan dihukum mati, masih bisa bersukacita?
Dalam Filipi 1:21 Paulus berkata, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Jelas bahwa yang membedakan Paulus dengan kebanyakan orang adalah fokus hidupnya. Paulus tidak berfokus pada dunia atau hidup itu sendiri, melainkan yang menjadi fokus hidup Paulus adalah Kristus dan pemberitaan Injil. Jadi mau dipenjarakan atau tidak, mau hidup atau mati, tidak menjadi masalah bagi Paulus, karena bagi Paulus yang penting adalah Kristus diberitakan dan dipermuliakan. Bahkan ketika mati pun, itu adalah keuntungan baginya, karena ia bisa bersama dengan Kristus. Itulah sukacita Paulus. Lalu, apakah yang kita khawatirkan dan apa yang membuat kita bersukacita dalam hidup ini?