Kita sering kali berpikir bahwa dengan makin banyak pengetahuan yang
kita kejar, makin sering kita bepergian ke tempat-tempat atau
daerah-daerah atau kota-kota atau negara-negara lain, akan membuat
wawasan kita menjadi lebih terbuka luas. Benarkah?
Amsal 1:7 mengatakan: “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Ayat ini mengajarkan kita bahwa supaya orang bisa memiliki pengetahuan, maka langkah pertama yang harus ia lakukan adalah “takut akan Tuhan”. Apakah yang dimaksud dengan takut akan Tuhan? Takut akan Tuhan secara sederhananya adalah menghormati Dia dan taat atas segala perintah-Nya yang tertuang dalam firman-Nya. Mungkin kita akan bertanya, lalu bagaimana dengan orang-orang di luar sana yang tidak takut akan Tuhan? Bukankah tampak mereka memiliki pengetahuan? Mereka menjadi juara kelas, mereka mendapat gelar tinggi, mereka menemukan banyak pengetahuan baru, mereka bisa menjadi sumber tempat kita bertanya, dan lain-lain. Bukankah juga tampak oleh kita bahwa mereka yang sering bepergian, memiliki wawasan yang luas? Bukankah mereka tampak bisa memiliki hikmat terkait dengan berbagai pengalaman mereka karena sering bepergian tersebut? Jadi, apakah ajaran Alkitab yang demikian bisa dipercaya?
Sesungguhnya apa yang kita kira pengetahuan itu adalah hanyalah informasi yang kita kumpulkan. Kita hanya bisa mengeluarkan informasi-informasi yang ada di otak kita, namun kita tidak bisa menyatakan makna dari informasi-informasi tersebut. Demikian juga, apabila kita menyangka bahwa wawasan kita akan terbuka karena sering bepergian, maka sesungguhnya itu bukan wawasan kita yang terbuka, melainkan bertambahnya informasi demi informasi yang kita kumpulkan dari berbagai kunjungan kita ke lokasi yang berbeda tersebut tanpa kemampuan membaca makna dari semua pengetahuan tersebut.
Alkitab mengajarkan kita untuk terlebih dahulu takut kepada Tuhan. Tuhanlah Sang Pemberi Pengetahuan. Maka bagian kita adalah terlebih dahulu datang kepada Tuhan, meminta Tuhan menundukkan pemikiran kita di bawah pimpinan-Nya. Tanpa anugerah dan belas kasihan dari Tuhan, kita tidak mungkin memahami apa yang kita pelajari atau dengarkan. Kita tidak mungkin bisa menjawab 1 + 1 = 2, kalau bukan Roh Kudus yang mencelikkan pemikiran kita untuk mengertinya.
Demikian juga wawasan kita tidak mungkin terbuka bila kita tidak menyerahkan seluruh pemikiran kita, untuk tunduk kepada-Nya. Roh Kudus yang menolong kita untuk melihat secara benar apa yang kita lihat. Hanya pencerahan dari Roh Kudus yang membuat kita dapat melihat dan memahami berbagai informasi yang sudah terkumpul di kepala kita.
Oleh karena itu, ingin berpengetahuan? Berwawasan luas? Marilah datang kepada-Nya, bertobat dan hidup takut kepada-Nya. Mintalah agar Ia memberikan pencerahan kepada kita sehingga informasi yang kita terima bukan hanya berhenti di informasi saja, tetapi kita dapat memahami makna di balik semua informasi yang kita dapat tersebut, sehingga kita dapat bertemu dengan kebenaran sejati dan berespons dengan benar.
Amsal 1:7 mengatakan: “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Ayat ini mengajarkan kita bahwa supaya orang bisa memiliki pengetahuan, maka langkah pertama yang harus ia lakukan adalah “takut akan Tuhan”. Apakah yang dimaksud dengan takut akan Tuhan? Takut akan Tuhan secara sederhananya adalah menghormati Dia dan taat atas segala perintah-Nya yang tertuang dalam firman-Nya. Mungkin kita akan bertanya, lalu bagaimana dengan orang-orang di luar sana yang tidak takut akan Tuhan? Bukankah tampak mereka memiliki pengetahuan? Mereka menjadi juara kelas, mereka mendapat gelar tinggi, mereka menemukan banyak pengetahuan baru, mereka bisa menjadi sumber tempat kita bertanya, dan lain-lain. Bukankah juga tampak oleh kita bahwa mereka yang sering bepergian, memiliki wawasan yang luas? Bukankah mereka tampak bisa memiliki hikmat terkait dengan berbagai pengalaman mereka karena sering bepergian tersebut? Jadi, apakah ajaran Alkitab yang demikian bisa dipercaya?
Sesungguhnya apa yang kita kira pengetahuan itu adalah hanyalah informasi yang kita kumpulkan. Kita hanya bisa mengeluarkan informasi-informasi yang ada di otak kita, namun kita tidak bisa menyatakan makna dari informasi-informasi tersebut. Demikian juga, apabila kita menyangka bahwa wawasan kita akan terbuka karena sering bepergian, maka sesungguhnya itu bukan wawasan kita yang terbuka, melainkan bertambahnya informasi demi informasi yang kita kumpulkan dari berbagai kunjungan kita ke lokasi yang berbeda tersebut tanpa kemampuan membaca makna dari semua pengetahuan tersebut.
Alkitab mengajarkan kita untuk terlebih dahulu takut kepada Tuhan. Tuhanlah Sang Pemberi Pengetahuan. Maka bagian kita adalah terlebih dahulu datang kepada Tuhan, meminta Tuhan menundukkan pemikiran kita di bawah pimpinan-Nya. Tanpa anugerah dan belas kasihan dari Tuhan, kita tidak mungkin memahami apa yang kita pelajari atau dengarkan. Kita tidak mungkin bisa menjawab 1 + 1 = 2, kalau bukan Roh Kudus yang mencelikkan pemikiran kita untuk mengertinya.
Demikian juga wawasan kita tidak mungkin terbuka bila kita tidak menyerahkan seluruh pemikiran kita, untuk tunduk kepada-Nya. Roh Kudus yang menolong kita untuk melihat secara benar apa yang kita lihat. Hanya pencerahan dari Roh Kudus yang membuat kita dapat melihat dan memahami berbagai informasi yang sudah terkumpul di kepala kita.
Oleh karena itu, ingin berpengetahuan? Berwawasan luas? Marilah datang kepada-Nya, bertobat dan hidup takut kepada-Nya. Mintalah agar Ia memberikan pencerahan kepada kita sehingga informasi yang kita terima bukan hanya berhenti di informasi saja, tetapi kita dapat memahami makna di balik semua informasi yang kita dapat tersebut, sehingga kita dapat bertemu dengan kebenaran sejati dan berespons dengan benar.