silent christmas

Natal dan Paskah adalah dua hari raya besar yang diperingati oleh orang Kristen di seluruh dunia. Jikalau kita perhatikan, ada perbedaan yang sangat kontras di antara dua hari besar ini. Salah satunya adalah kemeriahan yang sangat luar biasa di dalam merayakan hari Natal. Tidak hanya diperingati oleh orang Kristen Protestan atau Katolik saja, orang-orang sekuler pun juga “merayakan” Natal dengan cara mereka sendiri. Di setiap pusat perbelanjaan kita akan menemukan berbagai macam diskon besar-besaran khusus menjelang Natal. Sehingga momen Natal yang seharusnya menjadi momen perenungan akan inkarnasi Kristus, justru menjadi momen merenungkan mau belanja apa. Sebagai contoh, rumah tangga di US pada tahun 2018 rata-rata menghabiskan uang untuk hadiah Natal sebesar USD 1.536 (sekitar 21 juta rupiah). Angka tersebut adalah yang tertinggi selama 10 tahun terakhir ini. Selain itu, orang-orang sekuler “merayakan” malam Natal dengan pesta pora dan mabuk-mabukan. Bahkan sebagian orang Kristen ada juga yang sudah menjauhkan diri dari ibadah Natal, dan mengikuti perayaan demikian. Selalu ada usaha untuk membuat sesuatu yang meriah, menyenangkan, dan heboh. Momen kesunyian dan perenungan akan makna Natal diabaikan begitu saja dengan alasan tidak lagi relevan dengan gaya hidup anak muda zaman ini.
Hal ini sangat kontras dengan apa yang Tuhan Yesus lakukan–Ia justru datang dalam  keheningan. Ia lahir di palungan yang sunyi dan tidak ada sambutan meriah dari kaum Israel yang padahal selama ribuan tahun menantikan kedatangan-Nya, Sang Mesias. Yesus hanya dijenguk oleh beberapa gembala dan orang majus. Melalui keheningan inilah, justru Allah menggenapkan rencana keselamatan bagi umat-Nya.
Sebagai orang Kristen, mari kita kembali kepada makna Natal yang sesungguhnya. Kesunyian di dalam palungan mengingatkan kita untuk menyambut Natal dengan kesenyapan hati dalam merenungkan betapa pentingnya inkarnasi Kristus ke dunia. Kedatangan-Nya menggenapkan seluruh nubuat di Perjanjian Lama dan kelahiran-Nya menjadi titik balik dari sejarah peradaban manusia, membagi dua zaman yaitu zaman Perjanjian Lama dan zaman Perjanjian Baru. Bahkan, di dalam penulisan tahun, kita menemukan istilah BC (Before Christ) dan AD (Anno Domini/After Christ). Sesuatu yang menyatakan betapa signifikannya inkarnasi Kristus.
Di dalam momen Natal ini, marilah kita rehat sejenak dari segala kesibukan rutin dan ingar-bingar dunia ini. Mari kita pakai momen ini untuk merenungkan kembali makna inkarnasi Kristus dan bagaimana meresponinya dengan tepat di dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Kristen. Semoga kita tidak lagi terjerat dengan segala kemeriahan dan kehebohan palsu yang ditawarkan oleh dunia ini. Hendaknya di dalam keheningan inilah kita dapat menyadari kehendak Allah yang harus digenapi melalui hidup setiap orang percaya.