Kematian adalah kata yang tidak kita sukai. Kita ingin kata itu menjauh dari kita karena kita tidak ingin kematian itu terjadi dalam hidup kita. Kita rela melakukan segala cara demi terhindar dari kematian. Bahkan kita rela seluruh harta kita terkuras demi untuk mendapatkan pertolongan agar kita terhindar dari kematian, walaupun hanya sesaat lamanya.
Namun seolah kematian itu tidak pernah berhenti mengejar kita ke mana pun kita pergi. Saat sehat ataupun sakit, saat senang ataupun susah, saat kaya ataupun miskin, saat sukses ataupun gagal, apa pun keadaannya kematian tidak pernah berkompromi. Dia tidak peduli kita siap atau tidak. Dengan begitu saja dia datang menghampiri dan kita tak berkuasa untuk menghalanginya, menahannya, apalagi melawannya.
Sebagai orang Kristen, kita juga tidak terluput dari kematian. Namun, kita yang sudah percaya kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juru Selamat, kita tidak perlu lagi takut akan kematian di dunia ini. Bagian kita selama masih hidup bukan lagi berjuang agar tidak mengalami kematian di dunia ini, tetapi bagaimana seharusnya kita hidup meresponi kehidupan kekal yang sudah kita terima dari Sang Penebus kita.
Kita akan mengalami kematian, itu pasti. Tetapi kematian hanyalah pintu yang menghantarkan kita untuk bertemu Bapa di Sorga selamanya. Kematian bukan lagi ketakutan bagi orang Kristen. Hal itu menyadarkan kita bahwa manusia adalah manusia berdosa, dan satu-satunya yang bisa menolong kita dari rasa takut kepada kematian adalah Sang Penebus, Tuhan kita Yesus Kristus.
Demikian juga kematian dari orang yang kita kasihi tidaklah perlu kita tangisi berkepanjangan. Perpisahan dengan orang yang kita kasihi itu memang menyakitkan. Tetapi di dalam perpisahan yang sementara ini ada sukacita, karena kita tahu orang yang kita kasihi tersebut telah bersama dengan Allah Bapa di Sorga dan kelak kita akan berjumpa serta bersukacita bersama dengan dia di sana selama-lamanya.
Kematian tidak lagi berkuasa bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Kematian dari orang yang kita kasihi itu tidak juga mengikat kita yang masih hidup di dunia ini. Kita tidak perlu melakukan segala ritual bagi orang yang kita kasihi yang telah dipanggil Tuhan. Dia sudah di sorga. Dia tidak perlu segala ritual kita yang ada di dunia berdosa dan sementara ini agar dia mendapat ketenangan dan hidup bahagia di sana. Dia tidak perlu suguhan makanan dari kita. Dia tidak perlu doa dari kita. Dia tidak perlu perhatian dari kita. Dia tidak perlu apa pun dari kita karena dia sudah menikmati segala kepenuhan, kebahagiaan, kecukupan yang sempurna dan selama-lamanya bersama Allah Bapa di Sorga. Kepenuhan, kebahagiaan, dan kecukupan yang tidak mungkin bisa kita berikan dengan segala ritual kita yang terbaik sekalipun. Dia sudah merdeka, bebas, dan hidup bahagia selama-lamanya bersama Allah Bapa di Sorga. Tidak lagi ada sakit penyakit, tidak lagi ada penderitaan, tidak lagi ada tangis dan air mata. Merdeka, karena Kristus Sang Penebus yang memerdekakannya.
Jikalau demikian, bagi kita yang masih hidup di dunia ini, apakah yang harus kita kerjakan? Kita tidak perlu diikat oleh kematian dari orang yang kita kasihi. Kita juga tidak perlu meratapinya seperti orang tidak percaya karena ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi. Bagian kita adalah menghidupi hidup ini dan berkarya bagi Tuhan hingga kita dipanggil oleh-Nya sebagai tanda dan kesaksian hidup bahwa kematian tidak lagi berkuasa mengikat kita. Hidup ini adalah perjalanan menuju sukacita abadi, bukan lagi kemalangan abadi.
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. (2Tim. 4:7) (DS)