kepada siapa kita akan berlari ?

Bacaan: Mazmur 11
Hidup kita tidak akan pernah bebas dari kesulitan. Orang yang paling kasihan adalah orang yang tidak pernah sulit, hidup jadi tidak tertempa. Ia tidak terbiasa menghadapi benturan, pukulan, dan tekanan. Di sisi lain, banyak orang dibesarkan oleh kesulitan walaupun ketika kesulitan itu menghampiri mereka, mereka juga tidak menikmatinya; bahkan membencinya. Itu wajar.  Siapa sih yang menyukai kesulitan di muka bumi ini? Sulit itu pahit, menyakitkan, membawa luka–apalagi kalau kesulitan itu datang dari perbuatan jahat orang lain–kesulitan juga mengandung risiko, mengandung upaya untuk menyingkirkan kita, bahkan mematikan kita.
Tidak ada orang yang bisa terbebas dari kesulitan. Karena itu pertanyaannya bukan soal siapa yang tidak pernah sulit, melainkan kepada siapa kita berlari dan kepada siapa kita akan menaruh percaya kita ketika kesulitan datang?
Pada masa-masa sulitnya, pada saat ia diincar untuk dibunuh oleh Saul, raja dari bangsanya sendiri, Daud lari kepada Tuhan. Yang menjadi tempat pelarian dan pengharapannya bukanlah kedua tangannya, bukan kekuatannya, bukan kepintarannya, melainkan Tuhan. Tuhan yang selalu menjadi penghiburannya dan dasar penopang yang tak akan pernah hilang ataupun hancur oleh karena kejahatan orang-orang fasik.
Daud menemukan bahwa Tuhanlah satu-satunya yang selalu setia. Dia lari ke Rumah Tuhan untuk menemukan ketenangan dan pengharapan. Daud pun tahu, Tuhanlah Sang Penguji hati manusia yang sesungguhnya. Hanya Dia yang sanggup menilai dengan adil, tidak seorang pun yang dapat menipu Dia; dan Tuhanlah satu-satunya yang sanggup menegakkan keadilan, baik bagi orang fasik, maupun bagi orang benar.
Daud sadar, bahwa setiap kesulitan itu pun datang dari tangan Tuhan. Tuhan yang baik itu bukan hanya menghukum orang fasik, tetapi juga menguji dan mendidik orang benar dari kesalahan mereka. Lewat pergumulan Daud, kita mendapatkan cermin. Ketika kesulitan datang, kepada siapa kita akan berlari dan mendapatkan penghiburan?