kerusakan total

Bicara mengenai keselamatan, sering kali kita mempunyai pemikiran bahwa kita memiliki andil di dalam keselamatan kita. Kita berpikir, ketika Allah memberikan keselamatan kepada kita, kita dapat memilih untuk menerima atau menolak keselamatan tersebut. Jadi ada semacam kerja sama antara kita dengan Allah di dalam keselamatan kita. Sayangnya, ini merupakan hal yang berlawanan dengan apa yang Alkitab ajarkan. Mengapa demikian?
Seperti yang kita ketahui, waktu Tuhan menciptakan manusia, Ia menciptakan menurut gambar rupa-Nya. Hal ini berarti bahwa manusia diciptakan seperti bayangan-Nya Allah. Maka apa yang Allah perintahkan kepada manusia, itulah yang manusia kerjakan. Bayangkan pada waktu kita bercermin, semua yang kita lakukan di depan cermin akan diikuti oleh bayangan kita yang ada di dalam cermin.
Namun waktu manusia jatuh ke dalam dosa, seluruh gambar rupa Allah yang ada di dalam diri manusia itu menjadi rusak secara total, atau dapat kita katakan rusak dalam segala hal. Kerusakan total ini membuat manusia tidak lagi mampu merespons perintah Tuhan dengan benar dan tepat. Semua yang manusia lakukan meleset dari sasaran yang harus dicapai. Inilah yang namanya dosa. Bayangkan seperti pada waktu kita berdiri di depan cermin, kita tersenyum, dan tertawa, tetapi bayangan yang ada di dalam cermin justru murung dan menangis. Maka bisa dibayangkan apa reaksi kita terhadap bayangan yang ada di dalam cermin tersebut. Mungkin kita akan terkejut, segera lari terbirit-birit, terdiam seribu bahasa atau jatuh pingsan seketika.
Selain kerusakan total, ketika manusia jatuh ke dalam dosa, manusia mendapati dirinya dalam keadaan mati. Keadaan mati yang dialami oleh manusia itu bukanlah kematian secara fisik, melainkan secara rohani. Keadaan mati memberikan kita satu pengertian akan ketidakmampuan untuk merespons sesuatu, baik dari luar maupun dari dalam dirinya. Kita bisa membayangkan seorang dokter yang sedang mengotopsi mayat. Orang yang mati tentu tidak dapat merespons apa pun yang terjadi pada dirinya ketika diotopsi oleh dokter. Ia tidak dapat merasakan sakit ketika tubuh dibedah, dijahit, atau disuntik cairan formalin, apalagi menjawab pertanyaan kita. Inilah yang disebut keadaan mati.
Demikian juga orang yang telah jatuh dalam dosa, yang telah mati secara rohani, orang tersebut tidak mampu melakukan segala sesuatu yang baik, benar, dan berkenan di hadapan Allah, termasuk ia tidak bisa merespons anugerah keselamatan yang Tuhan berikan kepadanya. Segala sesuatu yang dilakukan hanyalah kejahatan semata-mata. Maka tidaklah mengherankan Alkitab tiga kali mengulangi bahwa “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Rm. 3:10-12: Mzm. 14:1-3; Mzm. 53:2-4).
Inilah fakta yang harus kita sadari sebagai manusia yang berdosa, yaitu kita tidak mungkin dapat memilih untuk menerima atau menolak anugerah keselamatan dari Tuhan. Kalaupun mau dikatakan bahwa kita dapat memilih, maka sebagai orang berdosa, kita akan dengan memilih untuk menolak Allah, menolak anugerah keselamatan yang Ia berikan pada kita, karena kita tidak dapat berespons menerima, sehingga tawaran tersebut tidak mungkin diterima. Karena itu, sebagai orang berdosa kita tidak akan mampu memilih untuk menerima anugerah Allah.
Jadi bicara mengenai keselamatan, pertama-tama kita harus menyadari akan ketidakberdayaan kita serta mengakui bahwa kita tidak mempunyai andil apa pun di dalamnya. Keselamatan yang kita peroleh semata-mata hanya karena Allah terlebih dahulu beranugerah kepada kita. Allah terlebih dahulu mengerjakan karya penebusan yang digenapkan di dalam Kristus, dan memberikan Roh Kudus untuk meregenerasi kita serta memulihkan kembali gambar rupa Allah yang telah rusak. Sehingga dengan demikian kita baru dapat merespons anugerah keselamatan dari Allah. Pada akhirnya kita hanya dapat memuji dan berkata, segala kemuliaan hanya bagi Allah. Soli Deo Gloria