Deadline-nya sudah mau dekat! Kira-kira bagaimana reaksi kita ketika
mendengar kalimat itu dan mendapati bahwa pekerjaan dan tugas kita belum
selesai? Kita tentunya akan panik, mengeluarkan seluruh tenaga,
pikiran, semangat untuk menyelesaikannya. Kita rela tidak tidur
semalaman dan mengupayakan segala macam cara untuk membuat diri kita
tetap terjaga. Baik itu dengan meminum secangkir kopi, makan cabe rawit,
mencubit diri sendiri, dan sebagainya. Intinya semua pekerjaan dan
tugas kita harus selesai sebelum tanggal deadline.
Kenapa kita rela melakukan hal tersebut? Karena kita menganggap hal tersebut merupakan hal yang penting bagi kita. Bayangkan apa jadinya jika kita tidak menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepada kita. Kita akan kehilangan kepercayaan dari atasan, klien kita, kehilangan kesempatan untuk promosi, gagal wisuda sesuai dengan waktu yang ditentukan, dan sebagainya.
Nah, bagaimana jika kita berbicara mengenai pelayanan atau panggilan Tuhan kepada kita? Apakah kita juga akan mencurahkan seluruh tenaga, pikiran, semangat, perhatian kita seperti kita tengah dikejar deadline pekerjaan atau perkuliahan kita? Saya yakin, kita mungkin tidak akan begitu gigihnya memperjuangkan hal tersebut (walaupun tidak semua orang demikian). Kenapa? Karena kita sering kali menganggap Tuhan adalah Allah yang Mahabaik dan pengertian. Ia tidak seperti bos, klien, ataupun dosen kita. Ia adalah Allah yang mengerti keterbatasan, kekurangan, kesulitan kita, dan sebagainya. Intinya segala macam alasan dan jawaban bisa kita kemukakan jika hal itu berkaitan dengan pelayanan dan kehendak Tuhan atas hidup kita.
Tetapi pernahkah kita sadari bahwa hidup kita itu ada batas waktunya? Begitu kita mencapai batas waktu, kita akan menghadap Tuhan dan diminta pertanggungjawaban oleh-Nya. Begitu selesai, Tuhan akan menilai kita seperti atasan, klien, atau dosen kita menilai tugas, kepercayaan, atau kewajiban yang diberikan kepada kita, bahkan lebih lagi karena Tuhan itu sempurna adanya. Apakah kita termasuk hamba yang setia atau tidak? Artinya seluruh hidup kita sebenarnya sedang berjalan menuju deadline yang Tuhan tetapkan bagi kita. Meskipun kita tidak mengetahui sampai di mana dan kapan kita mencapai deadline tersebut. Jika demikian, bukankah kita seharusnya juga bergegas-gegas mengerjakan dan menyelesaikan panggilan dan kehendak Tuhan yang dipercayakan-Nya kepada kita dengan seluruh kemampuan, semangat, tenaga, dan pikiran kita.
Jadi mari kita renungkan, sudah sejauh mana kita mengerjakan dan menyelesaikan tugas panggilan Tuhan atas hidup kita? Jika belum, marilah kita segera bergegas mengerjakannya dengan tidak menunda-nunda lagi. Sehingga ketika tiba waktunya, kita dapat mempertanggungjawabkan di hadapan-Nya, dan Tuhan berkata: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat. 20:21).
Kenapa kita rela melakukan hal tersebut? Karena kita menganggap hal tersebut merupakan hal yang penting bagi kita. Bayangkan apa jadinya jika kita tidak menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepada kita. Kita akan kehilangan kepercayaan dari atasan, klien kita, kehilangan kesempatan untuk promosi, gagal wisuda sesuai dengan waktu yang ditentukan, dan sebagainya.
Nah, bagaimana jika kita berbicara mengenai pelayanan atau panggilan Tuhan kepada kita? Apakah kita juga akan mencurahkan seluruh tenaga, pikiran, semangat, perhatian kita seperti kita tengah dikejar deadline pekerjaan atau perkuliahan kita? Saya yakin, kita mungkin tidak akan begitu gigihnya memperjuangkan hal tersebut (walaupun tidak semua orang demikian). Kenapa? Karena kita sering kali menganggap Tuhan adalah Allah yang Mahabaik dan pengertian. Ia tidak seperti bos, klien, ataupun dosen kita. Ia adalah Allah yang mengerti keterbatasan, kekurangan, kesulitan kita, dan sebagainya. Intinya segala macam alasan dan jawaban bisa kita kemukakan jika hal itu berkaitan dengan pelayanan dan kehendak Tuhan atas hidup kita.
Tetapi pernahkah kita sadari bahwa hidup kita itu ada batas waktunya? Begitu kita mencapai batas waktu, kita akan menghadap Tuhan dan diminta pertanggungjawaban oleh-Nya. Begitu selesai, Tuhan akan menilai kita seperti atasan, klien, atau dosen kita menilai tugas, kepercayaan, atau kewajiban yang diberikan kepada kita, bahkan lebih lagi karena Tuhan itu sempurna adanya. Apakah kita termasuk hamba yang setia atau tidak? Artinya seluruh hidup kita sebenarnya sedang berjalan menuju deadline yang Tuhan tetapkan bagi kita. Meskipun kita tidak mengetahui sampai di mana dan kapan kita mencapai deadline tersebut. Jika demikian, bukankah kita seharusnya juga bergegas-gegas mengerjakan dan menyelesaikan panggilan dan kehendak Tuhan yang dipercayakan-Nya kepada kita dengan seluruh kemampuan, semangat, tenaga, dan pikiran kita.
Jadi mari kita renungkan, sudah sejauh mana kita mengerjakan dan menyelesaikan tugas panggilan Tuhan atas hidup kita? Jika belum, marilah kita segera bergegas mengerjakannya dengan tidak menunda-nunda lagi. Sehingga ketika tiba waktunya, kita dapat mempertanggungjawabkan di hadapan-Nya, dan Tuhan berkata: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat. 20:21).