dahulu kuanggap rugi, sekarang malah jadi untung

Bacaan: Ibrani 12:5-10
“Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?”, demikian penulis Ibrani melemparkan pertanyaan retoris kepada para pembacanya. Awas hati-hati, jangan buru-buru jawab “saya!”. Apalagi ditambah penjelasan bahwa “Saya anak kesayangan lho”. Sebab, kalau kita jawab seperti itu, balasan penulis Ibrani pada kalimat selanjutnya akan terlalu menohok. Sakit bro.
Hehehe, sakitnya kenapa? Ya iyalah sakit, karena selanjutnya penulis Ibrani langsung bilang begini: “kalau kita tidak pernah mendapatkan ganjaran yang harus diderita oleh semua orang, maka sebenarnya kita bukanlah seseorang yang diakui sebagai anak”. LAI menerjemahkan sebagai “anak-anak gampang”. Tetapi versi King James Version (KJV) menerjemahkannya lebih dekat kepada bahasa aslinya, yaitu “anak haram”. Waduh!
Betul saja bahwa kebanyakan orang tidak akan terlalu peduli pada anak orang lain. Selain karena tidak ada ikatan batin, mungkin juga karena tidak mau berselisih dengan orang tua kandung anak itu. Ngapain repot-repot.
Nah, berbeda bila Tuhan mendidik kita. Ketika Tuhan mau “repot” mendisiplinkan hidup kita, itu berarti Ia menganggap kita sebagai umat-Nya. Alkitab sendiri mengatakan, betul bahwa ketika ganjaran itu datang, ia akan membawa rasa sakit. Tetapi rasa sakit yang perlu untuk membentuk hidup kita.
Mungkin pada awalnya kita melihat pendidikan Tuhan sebagai sebuah kerugian. Tetapi apa yang datang dari Tuhan sesungguhnya adalah sebuah keuntungan. Sebab Ia mendidik orang yang dikasihi-Nya, dan menghajar orang yang Ia anggap sebagai anak-Nya.
Sudahkah kita belajar setia, tak bersungut-sungut, dan mengucap syukur di dalam didikan Tuhan?